BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Menurut Winkel (Purwanto, 2008: 39) belajar adalah aktivitas mentas/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Pengertian ini menitik beratkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan. Kegiatan pendidikan merupakan aktivitas paling penting dalam keseluruhan upaya penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan dengan melalui kegiatan pembelajaran tujuan pendidikan akan tercapai, yaitu dalam bentuk perubahan hasil belajar pada siswa. Pendidikan merupakan aktivitas untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan merubah cara berpikir lebih aktif yang lebih praktis karena dengan pendidikan akan mengubah orang yang tidak tahu menjadi tahu. Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi anak-anak usia 6-12 tahun. Pendidikan di sekolah dasar dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan dan keterampilan peserta didik dimasa yang akan datang. Pendidikan di SD sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional yang bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratisserta bertanggung jawab. Akan tetapi, pada kenyataan yang ada pada sekarang ini sangat jauh berbeda dengan apa yang menjadi tujuan pendidikan. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok, mata pelajaran wajib yang ada di setiap jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sampai sekarang masih ada siswa yang kurang berminat terhadap Matematika dan prestasi 1
2 belajar Matematika pun belum menunjukkan hasil yang optimal. Menurut Ahmad Susanto (2013: 183) Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Rendahnya mutu pendidikan di sekolah dasar disebabkan pembelajaran belum bermakna bagi siswa. Pembelajaran akan bermakna bagi siswa apabila guru mampu membangkitkan motivasi siswa terhadap pelajaran tersebut. Motivasi siswa akan tumbuh apabila guru dalam menanamkan konsep pada siswa dapat memberikan makna yang lebih untuk dirinya. Dalam pembelajaran Matematika, banyak siswa yang kurang tertarik terhadap pelajaran Matematika disebabkan oleh karakteristik Matematika yang tidak tepat. Kita sering mendengan bahwa pelajaran matematika sulit sehingga siswa cenderung, malas, bosan bahkantakut ketika mereka menemuipelajaran matematika, akhirnya pelajaran yang diharapkan efektif menjadi terhambat karena tidak kondusifnya kegiatan belajar mengajar. Berbagai upaya yang telah ditempuh untuk meningkatkan kualitas pembelajaran antara lain pembaharuan dalam kurikulum, pengembangan model pembelajaran, perubahan sistem penilaian, dan lain sebagainya. Salah satu unsur yang sering dikaji dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa adalah metode yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran disekolah. Selama ini kegiatan pembelajaran berlangsung didalam kelas yang berpusat pada guru, sehingga siswa cenderung kurang aktif. Banyak cara yang yang dapat dilakukan agar siswa menjadi aktif salah satunya dengan merubah paradigma pembelajaran yaitu guru bukan sebagai pusat pembelajaran tetapi sebagai pembimbing, motivator, dan fasilitator. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswalah yang dituntut untuk aktif. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Pemilihan metode pembelajaran harus dapat membuat siswa untuk berpikir logis, kritis, dan kreatif. Namun kenyataan yang terjadi hingga saat ini dalam proes pembelajaran Matematika, guru umumnya terlalu berkonsentrasi pada latihan menyelesaikan
3 soal. Guru memberikan contoh soal dan memberikan latihan- latihan, dan peran guru merupakan pusat kegiatan sedangkan siswa cenderung pasif, siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan dan mengerjakan soal, dengan demikian pengalaman belajar mereka tidak berkembang. Pemahaman konsep matematika tidak lahir dengan sendirinya, tetapi diproses melalui tatanan kehidupan pembelajaran. Pelajaran matematika yang diupayakan guru kelas atau guru matematika belum menunjukkan sebagai suatu proses peningkatan pemahaman konsep siswa. Proses pembelajaran masih sebatas sebagai proses transfer of knowledge, bersifat verbalistik dan cenderung bertumpu pada kepentingan guru dari bukan pada kebutuhan siswa yang lazim disebut teacher centered. Menurut informasi yang diberikan oleh guru di SD Kanisius khususnya kelas 4, terdapat permasalahan yang dihadapi oleh siswa yaitu kurangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Terlihat dalam mengerjakan soal, siswa tidak mengerti apa yang harus dilakukan untuk menghitung dengan cara yang lebih mudah, tidak bisa merencanakan bagaimana cara menyelesaikan (menemukan pola atau rumus matematika), menyelesaikan rencana (mengerjakan jawaban), dan memeriksa kembali jawaban yang telah diperoleh. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menemukan kesenjangankesenjangan kemampuan pemahaman konsep siswa yang dapat dilihat dari Tabel 1.1. Tabel 1.1 Nilai Ulangan Hasil Observasi Siswa Nilai Jumlah Siswa Persentase Tidak Tuntas 65 15 58 % Tuntas < 65 11 42 % Jumlah 26 100 % Tabel 1.1 menunjukkan bahwa nilai ketuntasan sebesar 42% (11 siswa) masih jauh dari indikator keberhasilan belajar minimal 75% dari jumlah siswa yang mencapai KKM sekolah yaitu 65 atau 75% (15 siswa) belum tuntas. Berdasarkan permasalahan yang ada pada siswa kelas IV SD Kanisius Cungkup
4 Salatiga dalam pelajaran matematika belum memenuhi KKM, maka peneliti berkolaborasi dengan guru kelas untuk mengadakan penelitian dikelas IV SD Kanisius Cungkup Salatiga dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas IV SD Kanisius Cungkup Salatiga Semerter II Tahun Ajaran 2015/2016. 1.2 Identifikasi Masalah Kenyataan diatas, peneliti dengan bantuan teman sejawat untuk berkolaborasi yaitu dengan guru kelas, bersama-sama mengidentifikasi masalah terhadap kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil refleksi terungkap masalah masalah dalam pembelajaran, antara lain: a) Kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran matematika. b) Pembelajaran kurang menarik dan tidak menyenangkan bagi siswa. 1.3 Pembatasan Masalah Pembatasan Masalah diperlukan agar penelitian lebih efektif, efisien dan terarah. Adapun hal-hal yang membatasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Peneliti hanya meneliti siswa kelas 4 SD Kanisius Cungku Salatiga, Semester II Tahun pelajaran 2015/2016 pada materi Penjumlahan Pecahan. 2) Penelitian ini difokuskan pada upaya meningkatkan hasil belajar Matematika pada penjumlahan pecahan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 3) Penelitian ini diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan yang diajukan dalam skripsi ini adalah : Apakah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Kanisius Cungkup Salatiga semester II tahun ajaran 2015/2016?
5 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SD Kanisius Cungkup Salatiga semester II tahun ajaran 2015/2016. 1.6 Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan membawa manfaat secara langsung maupun tidak langsung bagi kita semua dan pihak-pihak lain yang berkepentingan diantaranya sebagai berikut: a. Manfaat teoritis Secara teori hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan masukan yang bermakna dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan konsep pembejalaran atau strategi belajar mengajar dalam pembelajaran matematika yang berkaitan dengan pemahaman dan konsep-konsep dasar pembinaan keterampilan. b. Manfaat praktis 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat memberikan pengalaman baru bagi penulis, serta dapat meningkatkan pengetahuan dalam mengatasi masalah pembelajaran khususnya Matematika, sehingga pengalaman ini dapat didesain sedemikian rupa sehingga dapat diterapkan pada Mata Pelajaran lain. 2. Bagi Kepala Sekolah dan Guru, dapat dijadikan media motivasi untuk dapat dilaksanakan di sekolah di tempat bekerja yaitu di SD Kanisius Cungkup, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. 3. Bagi siswa, dapat memberikan kesan bahwa belajar matematika itu mudah dan menyenangkan serta dapat memberikan wawasan materi pembelajaran. 4. Bagi pembaca, dapat dijadikan rujukan atau bahan pembelajaran dalam upaya melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).