PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG KATEGORI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAKARAN SAJI PANGAN OLAHAN

d. bahwa masyarakat perlu dilindungi dari peredaran pangan yang tidak memenuhi ketentuan standar dan atau karakteristik dasar pangan;

01.3 Susu kental dan analognya (plain) CPPB Krim yang digumpalkan (plain) CPPB Krim analog CPPB

BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP PENGERAS. Fungsi lain : Pengatur keasaman, pengemulsi, pengental, penstabil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP HUMEKTAN

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara

BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP SEKUESTRAN. 1. Kalsium dinatrium etilen diamin tetra asetat (Calcium disodium ethylene diamine tetra acetate) INS.

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN. Jenis cemaran mikroba dan batas maksimum

BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP BAHAN PENGKARBONASI Minuman berbasis susu yang berperisa dan atau difermentasi (contohnya susu coklat, eggnog,

BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP ANTIBUIH. - Pembentuk gel, pengemulsi, pengental, penstabil Buttermilk (plain) 6000

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

1. Asam L-glutamat dan garamnya (L-Glutamic acid and its salts)

2016, No Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Neg

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.345, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Cemaran Radioaktif. Pangan. Batas Maksimum.

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No Magnesium karbonat (Magnesium carbonate) INS. 504(i) : Tidak dinyatakan (not limited) Sinonim : -

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN PANGAN STERIL KOMERSIAL

2016, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Ikl

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN GARAM KONSUMSI BERIODIUM

Draft PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN PANGAN STERIL KOMERSIAL

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 1071, 2014 BPOM. Pangan. Olahan yang Baik. Cara Produksi. Sertifikasi. Tata Cara.

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

Menimbang : Mengingat :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

2016, No Indonesia Nomor 5360); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN

BERITA NEGARA. BPOM. Pangan Campuran. Bahan Tambahan. Persyaratan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN CAMPURAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Masa berlaku: Alamat : Jl. Dharmawangsa Dalam, Surabaya 15 Agustus 2006 Telp. (031) , pswt 150 Faks. (031) ,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor HK TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2013, No BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP PENGAWET 1. Asam sorbat dan garamnya (Sorbic acid and its salts)

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP ANTIKEMPAL

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KEAMANAN DAN MUTU MINUMAN BERALKOHOL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Sukarno Putra, 2013

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: HK TENTANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN ORGANIK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG KETENTUAN POKOK PENGAWASAN PANGAN FUNGSIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan.

2013, No BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BTP PROPELAN 1. Nitrogen (Nitrogen) INS. 941 : Tidak dinyatakan (no ADI necessary)

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PEMANIS

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Sekuestran. Batas Maksimum. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG LARANGAN PENGGUNAAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN BERBAHAYA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

Transkripsi:

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : a. bahwa pemerintah berkewajiban untuk melindungi masyarakat dari peredaran pangan olahan yang mengandung cemaran logam berat melebihi ambang batas maksimum; b. bahwa beberapa ketentuan mengenai batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan olahan sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 23 Tahun 2017 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan Olahan perlu disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan terkini; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan

- 2 - tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan Olahan; Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424); 4. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 180); 5. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1714); 6. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 21 Tahun 2016 tentang Kategori Pangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1220); 7. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 26 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1745); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN.

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. 2. Pangan Olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan. 3. Cemaran Pangan yang selanjutnya disebut Cemaran adalah bahan yang tidak sengaja ada dan/atau tidak dikehendaki dalam Pangan yang berasal dari lingkungan atau sebagai akibat proses di sepanjang rantai Pangan, baik berupa cemaran biologis, cemaran kimia, residu obat hewan, dan pestisida maupun benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. 4. Logam Berat adalah elemen kimiawi metalik dan metaloida, memiliki bobot atom dan bobot jenis yang tinggi, yang bersifat racun bagi makhluk hidup. 5. Batas Maksimum adalah konsentrasi maksimum Cemaran Logam Berat yang diizinkan dapat diterima dalam Pangan Olahan. 6. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

- 4-7. Kategori Pangan adalah pengelompokan Pangan berdasarkan jenis Pangan yang bersangkutan. 8. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. BAB II PERSYARATAN Pasal 2 (1) Setiap Orang yang memproduksi dan/atau mengedarkan Pangan Olahan di wilayah Indonesia wajib memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi Pangan Olahan. (2) Persyaratan keamanan Pangan Olahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk Batas Maksimum Cemaran Logam Berat. (3) Cemaran Logam Berat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. arsen (As); b. timbal (Pb); c. kadmium (Cd); d. merkuri (Hg); dan e. timah (Sn). (4) Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan Olahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Badan ini. Pasal 3 Pemenuhan Batas Maksimum Cemaran Logam Berat pada Pangan Olahan dibuktikan dengan sertifikat hasil pengujian secara kuantitatif.

- 5 - Pasal 4 (1) Pengujian Cemaran Logam Berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilakukan oleh laboratorium yang memiliki akreditasi. (2) Pengujian Cemaran Logam Berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan metode analisis yang tervalidasi atau terverifikasi. Pasal 5 (1) Pengujian Cemaran Logam Berat bagi Pangan impor harus memenuhi ketentuan pengujian Cemaran Logam Berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. (2) Pengujian Cemaran Logam Berat bagi Pangan impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh laboratorium luar negeri yang telah diakreditasi oleh komite akreditasi nasional atau badan akreditasi negara asal yang telah menandatangani perjanjian saling pengakuan (Mutual Recognition Arrangement/MRA). BAB III PENGAWASAN Pasal 6 (1) Pengawasan terhadap persyaratan Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan Olahan dilaksanakan oleh Kepala Badan. (2) Pengawasan terhadap persyaratan Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan Olahan industri rumah tangga dilaksanakan oleh Kepala Badan dan/atau bupati/wali kota secara sendiri atau bersama. (3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi: a. pengawasan sebelum beredar; dan b. pengawasan selama beredar.

- 6 - BAB IV SANKSI Pasal 7 Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 8 Pangan Olahan yang beredar wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Badan ini paling lama 12 (dua belas) bulan sejak Peraturan Badan ini diundangkan. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 9 Pada saat Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku, Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 23 Tahun 2017 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan Olahan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1712), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 10 Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

LAMPIRAN PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN BATAS MAKSIMUM CEMARAN LOGAM BERAT DALAM PANGAN OLAHAN A. ARSEN (As), TIMBAL (Pb), MERKURI (Hg) DAN KADMIUM (Cd) Kategori Pangan 01.0 Produk-Produk Susu dan Analognya, Kecuali yang Termasuk Kategori 02.0 Batas Maksimum (mg/kg) As Pb Hg Cd 0,10* 0,02* 0,02* 0,05* 02.0 Lemak, Minyak, dan Emulsi Minyak 0,10 0,10 0,05 0,10 02.2 Emulsi Lemak Terutama Tipe Emulsi Air 0,10 0,10 0,03 0,10 Dalam Minyak 03.0 Es Untuk Dimakan (Edible Ice), Termasuk Sherbet dan Sorbet 0,20 0,15 0,03 0,01

- 2 - Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) As Pb Hg Cd 04.0 Buah dan Sayur (Termasuk Jamur, Umbi, 0,15 0,20 0,03 0,05 Kacang Termasuk Kacang Kedelai, dan Lidah Buaya), Rumput Laut, Biji-Bijian Nori dan Rumput Laut Kering 1,0 sebagai arsen inorganik) 04.1.2.5 Jem, Jeli dan Marmalad 1,0 0,40 0,03 0,20 05.0 Kembang Gula/Permen dan Cokelat 1,0 1,0 0,05 kakao bubuk 0,03) 0,50 kakao bubuk 0,85) 06.0 Serealia dan Produk Serealia yang 0,10 0,25 0,03 0,05 merupakan Produk Turunan dari Biji (kecuali tepung Serealia, Akar dan Umbi, Kacang dan tepung terigu terigu sebagai tepung terigu tepung terigu Empulur (Bagian dalam Batang Tanaman), sebagai bahan bahan makanan sebagai bahan sebagai bahan Tidak Termasuk Produk Bakeri dari Kategori makanan 0,50) 1,0) makanan 0,05) makanan 0,1)

- 3 - Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) As Pb Hg Cd 07.0 dan Tidak termasuk Kacang Dari Kategori 04.2.1 dan 04.2.2 07.0 Produk Bakeri 0,50 0,50 0,05 0,20 08.0 Daging dan Produk Daging, Termasuk Daging Unggas dan Daging Hewan Buruan 0,25 0,50 0,03 0,05 09.0 Ikan dan Produk Perikanan Termasuk 0,25 0,20 0,50 0,10 Moluska, Krustase, dan Ekinodermata serta Amfibi dan Reptil ikan predator ikan predator ikan predator olahan seperti olahan seperti olahan seperti cucut, tuna, cucut, tuna, cucut, tuna, marlin 0,40) marlin 1,0) marlin 0,30) 10.0 Telur dan Produk-Produk Telur 0,25 0,25 0,03 0,10

- 4 - Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) As Pb Hg Cd 11.0 Pemanis, Termasuk Madu 1,0 0,25 0,03 0,20 11.1.5 Gula Kristal Putih 1,0 2,0 0,05 0,20 11.5 Madu 1,0 1,0 0,03 0,20 12.0 Garam, Rempah, Sup, Saus, Salad, Produk 0,15 1,0 0,05 0,50 Protein (kecuali garam (kecuali garam beriodium 10,0) beriodium 0,10) 13.0 Produk Pangan untuk Keperluan Gizi Khusus 13.1 Formula untuk Bayi dan Formula Lanjutan, serta Formula untuk Kebutuhan Medis Khusus dari Bayi 13.2 Makanan Bayi dan Anak Dalam Masa Pertumbuhan 0,10 0,25 0,01 0,01 0,02* 0,01* 0,01* 0,01* 0,10 0,10 0,01 0,05

- 5 - Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) As Pb Hg Cd 13.3 Makanan Diet Khusus untuk Keperluan 0,02* 0,02* 0,01* 0,01* Kesehatan, Termasuk untuk Bayi dan Anak- Anak (Kecuali Produk Kategori Pangan 13.1) Khusus untuk bayi 0,02* 0,02* 0,01* 0,01* 13.5 Makanan Diet (Contohnya Suplemen Pangan 0,02 0,02 0,01 0,01 Untuk Diet) yang Tidak Termasuk Produk (untuk pangan (untuk pangan (untuk pangan (untuk pangan dari Kategori 13.1, 13.2, 13.3, 13.4 dan 13.6 Ibu Hamil dan Ibu Hamil dan Ibu Hamil dan Ibu Hamil dan atau Ibu atau Ibu atau Ibu atau Ibu Menyusui serta Menyusui serta Menyusui serta Menyusui serta minuman Ibu minuman Ibu minuman Ibu minuman Ibu Hamil dan atau Hamil dan atau Hamil dan atau Hamil dan atau Ibu Menyusui) Ibu Menyusui) Ibu Menyusui) Ibu Menyusui) 14.0 Minuman, Tidak termasuk Produk Susu 0,05* 0,05* 0,005* 0,01* 14.1.1.1 Air Mineral Alami dan Sumbernya 0,01 0,01 0,001 0,003 14.1.1.2 Air Minum Olahan 0,01 0,005 0,001 0,003

- 6 - Kategori Pangan Batas Maksimum (mg/kg) As Pb Hg Cd 14.1.2 Sari Buah dan Sari Sayuran 0,10 0,10 0,02 0,03 14.1.3 Nektar Buah dan Nektar Sayur 0,10 0,20 0,03 0,05

- 7 - Kategori Pangan 14.1.4 Minuman Berbasis Air Berperisa, Minuman Elektrolit dan Particulated Drinks 14.1.5 Kopi, Kopi Substitusi, Teh, Seduhan Herbal, dan Minuman Biji-Bijian dan Sereal Panas, kecuali Cokelat 14.2 Minuman Beralkohol, Termasuk Minuman Serupa yang Rendah Alkohol Batas Maksimum (mg/kg) As Pb Hg Cd 0,05 0,05 0,01 0,01 cair cair cair cair atau padat atau padat atau padat atau padat konsumsi konsumsi konsumsi konsumsi 1,0 2,0 0,03 0,20 0,10 0,20 0,03 0,20 15.0 Makanan Ringan Siap Santap 0,25 0,25 0,03 0,05

- 8 - B. Timah (Sn) No. Jenis Pangan Olahan Batas Maksimum (mg/kg) 1. Kategori Pangan 13.1 Formula Bayi, Formula Lanjutan, Formula Pertumbuhan dan 10* Formula Bayi untuk Keperluan Medis Khusus 2. Kategori Pangan 13.2 Pangan Bayi dan Anak dalam Masa Pertumbuhan 40 3. Minuman dalam Kemasan Kaleng 100* 4. Pangan Olahan Lain yang Dikemas dalam Kaleng 250 5. Pangan Olahan Lain yang Tidak Dikemas dalam Kaleng 40 KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, ttd. PENNY K. LUKITO