Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 3 : Produksi induk

dokumen-dokumen yang mirip
Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) - Bagian 2: Produksi induk

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 4: Produksi benih

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

Ikan bandeng (Chanos chanos, Forskal) Bagian 3: Produksi benih

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 5: Produksi kelas pembesaran di kolam

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

Produksi ikan patin pasupati (Pangasius sp.) kelas pembesaran di kolam

Produksi benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

Produksi ikan nila (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas pembesaran di kolam air tenang

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

PRODUKSI BENIH UDANG VANAME (LITOPENAEUS VANNAMEI) KELAS BENIH SEBAR

Penanganan induk udang windu, Penaeus monodon (Fabricius, 1798) di penampungan

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 1: Induk

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer Bloch) kelas benih sebar

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih

Produksi benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 3: Benih

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 2: Produksi induk kelas induk pokok (Parent Stock)

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

BAB III BAHAN DAN METODE

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Produksi induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

Benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) kelas benih sebar

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) - Bagian 2: Metode longline

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

MODUL: PEMIJAHAN DAN PEMANENAN TELUR

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

MODUL: PEMELIHARAAN INDUK

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

Benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

METODOLOGI PENELITIAN

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

Produksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2: Metode long-line

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

Pakan buatan untuk ikan patin (Pangasius sp.)

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GABUS HARUAN

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

Pematangan Gonad di kolam tanah

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

MODUL TEACHING FACTORY

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 12/PERMEN-KP/2015 TENTANG

Kulit masohi SNI 7941:2013

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

Cara uji daktilitas aspal

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

MODUL: PEMANENAN DAN PENGEMASAN

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia ICS 65.150 Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 3 : Produksi induk Badan Standardisasi Nasional SNI 6145.3:2014

BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1. Ruang lingkup... 1 2. Acuan normatif... 1 3. Istilah dan definisi... 1 4. Persyaratan... 2 4.3 Seleksi... 5 5. Cara pengukuran dan pemeriksaan... 6 6. Pengambilan contoh... 7 Bibliografi... 8 Tabel 1. Kelayakan lokasi untuk produksi induk kakap putih... 2 Tabel 2. Persyaratan kualitas air untuk produksi induk kakap putih... 3 Tabel 3. Jenis dan dosis penggunaan pakan... 4 Tabel 4. Penggunaan bahan kimia dan obat-obatan... 4 Tabel 5. Penebaran, waktu pemeliharaan dan panen produksi induk... 5 BSN 2014 i

Prakata Standar Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 3: Produksi induk disusun sebagai upaya untuk meningkatkan jaminan mutu dan keamanan pangan. Proses dapat mempengaruhi mutu produksi induk ikan kakap putih yang dihasilkan sehingga diperlukan persyaratan teknis yang standar. Standar ini dimaksudkan untuk dapat digunakan oleh produsen benih (pembenih) dan instansi yang memerlukan serta untuk pembinaan mutu dalam rangka sertifikasi. Standar ini dirumuskan oleh Panitia Teknis 65-07 : Perikanan Budidaya pada tanggal 30 Oktober 2013 di Bogor dan dihadiri oleh anggota Panitia Teknis, Lembaga Pemerintah, Pakar, Produsen, Konsumen, Instansi/stakeholder lainnya, serta telah memperhatikan: a) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan b) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP. 02/MEN/2007 tentang Cara Budidaya Ikan yang Baik. c) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP. 07/MEN/2004 tentang Pengadaan dan Peredaran Benih Ikan. d) Keputusan Menteri Pertanian No. 26 Tahun 1999 tentang Pengembangan Perbenihan Nasional. Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 10 Juni 2014 sampai 8 Agustus 2014. BSN 2014 ii

1. Ruang lingkup Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 3 : Produksi induk Standar ini menetapkan persyaratan produksi, cara pengukuran dan pemeriksaan pada produksi induk ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790). 2. Acuan normatif SNI 01-6489 -2000 : Metode pengambilan contoh benih ikan dan udang SNI 7306:2009 : Prosedur pengambilan dan pengiriman contoh ikan untuk pemeriksaan penyakit SNI 6989.72:2009 : Air dan air limbah- bagian 72: cara uji kebutuhan oksigen biokimia (Biochemical Oxygen Demand / BOD) SNI 01-.-2013 : Ikan kakap putih (Lates calcarifer,bloch 1790)- bagian 1: induk 3. Istilah dan definisi Standar ini menggunakan istilah dan definisi yang meliputi : 3.1 benih calon induk benih ikan hasil seleksi berukuran 7 cm - 8 cm dengan bobot 4 gram 6 gram dan berumur 2,5 bulan -3 bulan sejak telur menetas 3.2 calon induk ikan hasil seleksi, berumur 6 bulan - 7 bulan dengan bobot minimal 500 gram 3.3 induk ikan kakap putih hasil seleksi yang siap dipijahkan berumur 2 tahun dengan bobot minimal 1,5 kg untuk jantan dan berumur 3 tahun dengan bobot minimal 3 kg untuk betina 3.4 praproduksi rangkaian kegiatan persiapan dalam memproduksi induk ikan kakap putih, dengan persyaratan yang harus dipenuhi meliputi lokasi, sarana, wadah, induk, bahan dan peralatan lainnya 3.5 produksi rangkaian kegiatan budidaya yang seluruh sistemnya meliputi praproduksi, proses produksi, pemanenan dan seleksi dilaksanakan secara terkendali untuk menghasilkan induk BSN 2014 1 dari 8

3.6 tingkat kelangsungan hidup persentase jumlah ikan yang hidup pada saat panen dibandingkan dengan jumlah ikan yang ditebar 3.7 seleksi pemilihan benih calon induk yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan 4. Persyaratan 4.1 Praproduksi 4.1.1 Lokasi Persyaratan kelayakan lokasi untuk produksi induk ikan kakap putih sesuai Tabel 1. Tabel 1 Kelayakan lokasi untuk produksi induk kakap putih No Persyaratan Tahapan pemeliharaan Telur dan benih Calon induk 1 Peruntukan lokasi sesuai dengan sesuai dengan RUTRD/RUTRW RUTRD/RUTRW 2 Letak pantai, mudah dijangkau pantai atau di laut 3 Dasar perairan - tidak berlumpur, 4 Air laut bersih tidak tercemar, salinitas bersih tidak tercemar, salinitas 28 g/l 33 g/l 15 g/l 35 g/l 5 Sumber air laut tersedia sepanjang waktu tersedia sepanjang waktu 6 Sumber air tawar tersedia sepanjang waktu dengan salinitas maksimal 5 g/l tersedia sepanjang waktu dengan salinitas maksimal 5 g/l 7 Kedalaman - minimal 7 m saat surut terendah 8 Kecepatan arus - 20 cm/detik - 50 cm/detik untuk di karamba jaring apung 4.1.2 Bahan a) pakan alami : Nannochloropsis, rotifer, nauplius artemia dan ikan segar. b) telur. c) pakan buatan : pelet dengan kandungan protein minimal 42%. d) bahan kimia, bahan biologi dan obat-obatan yang terdaftar di Kementerian Kelautan dan Perikanan. 4.1.3 Peralatan a) tenaga listrik PLN dan atau genset; b) perahu; c) pompa air; d) aerator; e) freezer/cool box; f) peralatan pendukung: selang, ember, batu aerasi dan pemberat, serok, seser, gayung, penampungan telur, hapa, akuarium, filter bag; BSN 2014 2 dari 8

g) pengukur kualitas air : termometer, salinorefraktometer, DO meter, ph meter atau kertas lakmus, Secchi disk, water quality test kit. 4.1.4 Kualitas air Persyaratan kualitas air untuk produksi induk kakap putih sesuai Tabel 2. Tabel 2 Persyaratan kualitas air untuk produksi induk kakap putih No Kualitas air Satuan Tahapan pemeliharaan Telur Benih Calon induk 1 Suhu o C 28 32 28 32 28 32 2 Salinitas g/l 28 33 28 33 15 35 3 ph 7,5 8,5 7,5 8,5 7,5 8,5 4 DO mg/l minimal 4 minimal 4 minimal 4 5 Kecerahan air cm minimal 30 6 BOD mg/l maksimal 3 7 Total ammonium nitrogen mg/l maksimal 1 8 Nitrit (NO - 2 ) mg/l maksimal 1 9 Klor (Cl) mg/l maksimal 0,8 4.1.5 Wadah a) Produksi telur pematangan gonad : jaring apung (mata jaring 1,5 inci 2 inci / 3,75 cm - 5 cm) di laut dengan ukuran minimal 3 m x 3 m x 3 m atau di bak dengan volume minimal 10 m 3 dan kedalaman minimal 1,5 m; pemijahan : bak berbentuk bulat atau persegi empat, volume minimal 10 m 3 dengan kedalaman air minimal 1,5 m; - penampungan telur : volume 100 l 500 l yang dilengkapi dengan saringan halus dengan ukuran mata jaring 300 µm 400 µm; - penetasan telur : volume 400 l 500 l.. b) Produksi benih calon induk di bak pemeliharaan larva: bak berbentuk persegi empat, atau bulat dengan volume minimal 6 m 3 dengan kedalaman minimal 1 m; pemeliharaan benih: bak berbentuk persegi empat atau bulat dengan volume minimal 2 m 3 dengan kedalaman minimal 0,75 m; penampungan air (tandon): bak dengan kapasitas minimal 20 % dari total volume bak larva, bak pendederan dan bak pakan alami. c) Produksi calon induk dan induk keramba jaring apung berbentuk persegi dengan ukuran 3 m x 3 m, dengan kantong jaring PE (Polyethylene) atau HDPE (High Denssity Polyethylene) berukuran 3 m x 3 m x 3 m, dan atau; bak berukuran minimal 10 m 3 dengan kedalaman minimal 1,5 m. 4.1.6 Induk sesuai dengan SNI 6145:2014 Ikan kakap putih (Lates calcarifer,bloch 1790) bagian 1: induk. BSN 2014 3 dari 8

4.2 Proses produksi a) proses produksi mencakup: - produksi telur; - produksi benih calon induk; - produksi calon induk; - produksi induk matang gonad. b) jenis dan dosis penggunaan pakan sesuai Tabel 3. c) penggunaan bahan kimia dan obat-obatan hanya bila diperlukan sesuai Tabel 4. d) penebaran, waktu pemeliharaan dan panen produksi induk sesuai Tabel 5; e) pemanenan per tahapan kegiatan sesuai Tabel 5 f) Tingkat kelangsungan hidup sesuai Tabel 5 Tabel 3 Jenis dan dosis penggunaan pakan No Kegiatan Jenis pakan Dosis pakan buatan dan atau 2-5 % biomassa /hari pemeliharaan induk 1 ikan segar dan atau 2-5 % biomassa /hari untuk produksi telur cumi-cumi 2-5 % biomassa /hari 2 pemeliharaan benih calon induk Nannochloropsis sp* rotifer nauplius artemia 1-5 x 10 5 sel/ml 5-10 ind/ml 1-2 ind/ ml pakan buatan at satiation pemeliharaan calon pakan buatan dan atau 3-7 % biomassa/hari 3 induk ikan segar *Catatan : Nannochloropsis sp digunakan sebagai bufer kualitas air dan pakan rotifer Tabel 4 Penggunaan bahan kimia dan obat-obatan No Jenis Satuan Dosis Cara Fungsi penyuntikan, jika hormon untuk 1 LHRH-a mg/kg 0,05 diperlukan pemijahan mg/kg pencampuran dengan 2 Vitamin mix 20 50 Pengayaan pakan perendaman selama 15 3 Formalin mg/l 50 100 menit 60 menit menghilangkan perendaman selama 5 4 Air tawar - parasit pada ikan menit 15 menit (untuk calon induk) 5 6 Hidrogen peroksida (H 2 O 2) Klorin (50%-60%) mg/l 100 150 mg/l 100 20 30 perendaman 30 menit 60 menit perendaman selama 24 jam dilarutkan ke media selama 24 jam persiapan wadah persiapan media BSN 2014 4 dari 8

Tabel 5 Penebaran, waktu pemeliharaan dan panen produksi induk No Kegiatan Satuan 1 Penebaran - padat tebar - awal tebar 4.3 Seleksi ekor/m 3 - Benih calon induk 10 000 Larva Calon induk 30-50 benih 7 cm - 8 cm 2 Lama pemeliharaan Bulan 2,5 3 6-7 3 Panen - tingkat kelangsungan hidup, - ukuran : panjang: bobot % cm kg minimal 4 7 8 0,004-0,006 minimal 50 22-25 Induk 4-6 calon induk 16 (jantan) 28 (betina) 4.3.1 Produksi telur : a) derajat pembuahan minimal 70%; b) lakukan pemilihan telur yang dipanen; c) ambil telur yang melayang atau mengapung, berwarna bening dan transparan dengan diameter telur 750 m 850 m; d) tetaskan telur yang terpilih dan derajat penetasan minimal 80%. 4.3.2 Produksi benih calon induk a) larva ditebar dengan tingkat kepadatan 10 000 ekor/m 3 dengan tingkat kelangsungan hidup minimal 4% yang terseleksi secara alami; b) pada umur 2,5 bulan dihasilkan benih yang sehat dan bentuk tubuh normal dengan ukuran minimal 7 cm sesuai pada Tabel 5; c) pilih 50% dari populasi benih calon induk dengan pertumbuhan tercepat. 4.3.3 Produksi calon induk a) benih calon induk ditebar dengan kepadatan 30 ekor/m 3 50 ekor/m 3 dengan tingkat kelangsungan hidup minimal 50%; b) setelah 6 bulan dilakukan pemilihan calon induk yang sehat, bentuk tubuh normal dan pertumbuhan tercepat, pilih sebanyak 5% - 10% dari populasi. 4.3.4 Produksi induk a) calon induk ditebar dengan kepadatan 4 ekor/m 3-6 ekor/m 3 dengan tingkat kelangsungan hidup minimal 70% b) setelah 16 bulan dilakukan pemilihan induk yang sehat, bentuk tubuh normal dan matang gonad (untuk jantan), dan setelah 28 bulan dilakukan pemilihan induk yang sehat, bentuk tubuh normal dan matang gonad (untuk betina) 0,5 minimal 70 jantan minimal 40 betina minimal 55 jantan minimal 1,5 betina minimal 3 BSN 2014 5 dari 8

5. Cara pengukuran dan pemeriksaan 5.1 Suhu dilakukan dengan menggunakan termometer yang dinyatakan dalam derajat celsius ( o C). 5.2 Salinitas dilakukan dengan menggunakan alat salinorefraktometer yang dinyatakan dalam g/l. 5.3 ph air dilakukan dengan menggunakan ph meter atau ph indikator (kertas lakmus). 5.4 DO dilakukan dengan menggunakan DO meter dinyatakan dalam mg/l. 5.5 BOD dilakukan sesuai dengan SNI 6989.72:2009 tentang air dan air limbah- bagian 72: cara uji kebutuhan oksigen biokimia (Biochemical Oxygen Demand / BOD) 5.6 TAN, Nitrit, dan Klorin dilakukan dengan menggunakan water quality test kit, dinyatakan dalam mg/l 5.7 Kedalaman air dilakukan dengan mengukur jarak antara dasar wadah pemeliharaan sampai ke permukaan air, menggunakan penggaris atau papan skala, dinyatakan dalam cm. 5.8 Kecerahan air dilakukan dengan menggunakan Secchi disk, yang dimasukan kedalam media pemeliharaan. kecerahan dinyatakan dengan mengukur jarak antara permukaan air kepiringan saat pertama kali piringan tidak terlihat, piringan dimasukkan ke dalam air kemudian diangkat sampai terlihat kembali, di rata-ratakan, dinyatakan dalam cm. 5.9 Jumlah pakan dilakukan dengan menghitung bobot rata-rata ikan dikalikan jumlah ikan dikalikan lagi dengan dosis pemberian pakan yang telah ditetapkan dalam satuan gram (g) atau kilogram (kg). jumlah pakan = W x n x d W : bobot rata-rata ikan (g) n : jumlah ikan (ekor) d : dosis pakan (%) 5.10 Umur dihitung sejak telur menetas dinyatakan dalam bulan. 5.11 Kematangan gonad a) dilakukan pengurutan (stripping) dari pangkal perut ke arah genital pada ikan jantan akan mengeluarkan sperma dengan motilitas minimal 75% dan dilakukan kanulasi pada lubang genital. pada ikan betina mengeluarkan telur dengan diameter minimal 400 µm; b) Secara visual : perut ikan betina membesar dengan genital menonjol berwarna merah. 5.12 Jumlah benih yang ditebar dilakukan dengan mengalikan jumlah ikan yang ditebar per satuan meter kubik dengan volume media pemeliharaan, dinyatakan dalam ekor. JIT : JIM x V BSN 2014 6 dari 8

JIT : jumlah ikan ditebar (ekor) JIM : jumlah ikan per meter kubik V : volume media (m 3 ) 5.13 Tingkat kelangsungan hidup dilakukan dengan menghitung jumlah ikan yang hidup pada saat panen dibagi dengan jumlah ikan yang ditebar dikalikan seratus persen, dinyatakan dalam persen (%). 5.14 Bobot dilakukan dengan menggunakan timbangan, dinyatakan dalam gram (g) atau kilogram (kg). 6. Pengambilan contoh pengambilan contoh untuk pemeriksaan benih ikan kakap putih sesuai dengan SNI 7306:2009 dan SNI 01-6489 2000 BSN 2014 7 dari 8

Bibliografi Anindiastuti, H. Santoso, Hardata dan Yuspanani. 2002. Rekayasa Teknologi Pemeliharaan Larva Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch). Laporan Tahunan, Balai Budidaya Laut Lampung. p 43-47. Anonimus. 1999. Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch). Leaflet. Balai Budidaya Air Payau. Jepara. Bejo Slamet, dan P.T. Imanto. 1989. Ransangan Hormonal untuk Pemijahan ikan Laut Ekonomis Penting. Sub Balai Balai Penenlitian Budidaya Pantai Bojonegeoro Serang. Fujita S. 1992. Tcnology for The Mass Production of Marine.NCA. Japan. Hermawan, T., Syamsul Akbar dan Dikrurrahman. 2004. Pengembangan Budidaya Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) di Indonesia. Makalah pertemuan lintas UPT Nasional di Bandung 4-7 Oktober 2004. Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Loka Budidaya Laut Batam. Imanto,P.T. dan Basyarie. 1993. Budidaya Ikan Laut Pengembangan Dan Permasalahannya. Proseding Rapat Teknis Ilmiah Penelitian Perikanan Budidaya Pantai. Tanjung Pinang.29 April 1 Mei 1993. Balai Penelitian Perikanan Pantai Maros. Mokoginta. Ing, Dr. 1997. Formulasi Pakan Buatan untuk Ikan Laut. Pertemuan Koordinasi dan Pemantapan Perekayasaan Teknologi Lintas UPT. Direktorat Jenderal Perikanan. Priyono, A. 2006. Manajemen Induk Ikan Laut. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut. Gondol, Bali Slamet, B. 2006. Penanganan Telur Ikan Laut (Kerapu, Kakap, Napoleon, Bandeng). Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut. Gondol, Bali BSN 2014 8 dari 8