BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan, meningkat pula kebutuhan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. umumnya memperlihatkan Metalofon, Gambang, Gendeng dan Gong yang

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

PELAKSANAAN PEMBIAYAAN KONSUMEN DENGAN JAMINAN FIDUSIA (Study Kasus di BCA Finance Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan,

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kebutuhan masyarakat akan pembiayaan sekarang ini semakin tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. untuk aktif di dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan disertai berbagai tantangan dan resiko yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Dalam

ASPEK HUKUM JAMINAN DALAM PERJANJIAN PEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR DI PT. ASLI MOTOR DELANGGU KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. salah satu perjanjian accsoir yang ada dalam suatu perjanjian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan ini dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

KAJIAN PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM UANG DI PEGADAIAN KABUPATEN WONOGIRI

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

ASURANSI DAN KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan keberadaan lembaga-lembaga pembiayaan. Sejalan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

METODE PENELITIAN. sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia tidak bisa lepas dari dasar falsafah

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan

KREDIT TANPA JAMINAN

BAB I PENDAHULUAN. ini, semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik dalam bentuk perorangan ( natural person ) ataupun dalam bentuk badan

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada instansi

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

RAKA PRAMUDYA BEKTI

BAB I PENDAHULUAN. individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial di mana manusia hidup

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang. menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang berkesinambungan. Sedangkan para pelaku pembangunan, baik pemerintah maupun masyarakat, baik perseorangan maupun badan hukum, memerlukan dana yang besar. Selain itu seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan, meningkat pula kebutuhan terhadap pendanaan, sebagian besar dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperoleh melalui kegiatan pinjam-meminjam (kredit). 1 Pembelian secara kredit memberikan manfaat dan keuntungan yang tidak sedikit bagi masyarakat. Di tengah daya beli masyarakat yang lemah, beragam kemudahan untuk memiliki barang ditawarkan oleh lembaga pembiayaan konsumen. 2 Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan konsumen turut membawa andil yang besar dalam pembangunan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat yang kesulitan berhubungan dengan bank. Lembaga Pembiayaan konsumen ini muncul sebagai suatu bentuk penyediaan dana atau barang modal kepada masyarakat untuk pembelian barang yang pembayarannya dilakukan 1 Rizal Yanuar. Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Kendaraan Bermotor Roda Empat dengan Jaminan Fidusia di PT. Armada Finance Cabang Cirebon. (Semarang: Tesis Program Pascasarajana Universitas Diponegoro, 2008). Hal. 1. 2 Zhimri Atlanta Juda. Penyewaan Objek Jaminan Fidusia oleh Debitor kepada Pihak Ketiga tanpa Persetujuan Tertulis dari PT. Sinar Mas Multifinance Cabang Makassar. (Makassar: Skripsi, Universitas Hasanuddin Makassar, 2013). Hal. 1 1

2 secara angsuran atau berkala oleh konsumen. Dengan kehadiran berbagai lembaga pembiayaan konsumen tersebut sangat berperan bagi masyarakat, sebagaimana kita ketahui bahwa tidak semua orang dalam masyarakat mempunyai cukup dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, oleh karena itu lembaga pembiayaan konsumen sangatlah membantu menjalankan roda perekonomian Negara ini. Lembaga pembiayaan menyediakan barang bergerak yang diminta konsumen (semisal mobil atau mesin industri), kemudian di atas namakan konsumen sebagai debitur (penerima kredit atau pinjaman) sebagai konsekuensinya, debitur menyerahkan Hak Miliknya kepada kreditur (pemberi kredit) secara fidusia, artinya, debitur sebagai pemilik atas nama barang menjadi pemberi fidusia kepada kreditur yang dalam posisi sebagai penerima fidusia. Praktek sederhana dalam jaminan fidusia, adalah calon pembeli barang mengajukan pembiayaan kepada kreditor, lalu kedua belah sama-sama sepakat mengunakan jaminan fidusia terhadap benda milik debitor. Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia sesuai dengan pasa 4 UUJF disebutkan bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi prestasi. 3 Hal ini menegaskan bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian yang bersifat ikutan (accessoir). Gunawan Wijaya menyatakan bahwa suatu perjanjian fidusia sebagai perjanjian yang accessoir maka jaminan fidusia memiliki sifat: 1) ketergantungan terhadap perjanjian pokok, 2) keabsahan semata-mata ditentukan oleh sah tidaknya perjanjian pokok, 3 Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

3 dan 3) sebagai perjanjian bersyarat, maka hanya dapat dilaksanakan jika ketentuan yang disyaratkan dalam perjanjian pokok telah atau tidak dipenuhi. 4 BCA Finance Sukoharjo merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang menggunakan jaminan fidusia dalam praktik pemberian pembiayaan. Pemberian pembiayaan dengan pembebanan jaminan fidusia memberikan kemudahan bagi pihak konsumen, karena selain mendapatkan pinjaman juga tetap menguasai barang jaminan. Dengan adanya jaminan fidusia maka dokumen yang berkenan dengan kepemilikan barang yang bersangkutan seperti BPKB dipegang oleh BCA Finance Sukoharjo hingga pinjaman tersebut lunas. Pasal 1 UUJF Nomor 42 tahun 1999 menjelaskan bahwa jaminan fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Jaminan Fidusia merupakan hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor lainnya. Berdasarkan kondisi sebagaimana yang telah diuraikan tersebut di atas, maka Penulis merumuskan judul tentang PELAKSANAAN PEMBIAYAAN KONSUMEN DENGAN JAMINAN FIDUSIA (Study Kasus di BCA Finance Sukoharjo). 4 Gunawan Widjaya. Jaminan Fidusia. (Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2003). Hal. 127.

4 B. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini mengenai pelaksanaan pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia di BCA Finance Sukoharjo. C. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas dapat dirumuskan permasalahan yang merupakan fokus pengkajian, yaitu : 1. Bagaimana pelaksanaan pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia di BCA Finance Sukoharjo? 2. Apa problematika dalam pelaksanaan pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia di BCA Finance Sukoharjo? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia di BCA Finance Sukoharjo. 2. Untuk mengetahui problematika dalam pelaksanaan pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia di BCA Finance Sukoharjo. Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat melengkapi dan mengembangkan perbendaharaan ilmu hukum perdata khususnya di bidang hukum Perjanjian dan Jaminan.

5 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para praktisi dan pembuat kebijakan serta dapat memberikan sedikit gambaran bagi berbagai pihak tentang pelaksanaan subrogasi. E. Kerangka Pemikiran Pelaksanaan pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia pada BCA Finance Sukoharjo dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut: Barang Kreditur Debitur Pembiayaan Konsumen dengan Jaminan Fidusia UU No. 42 tahun 1999 Jaminan Fidusia Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keterangan: Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan konsumen turut membawa andil yang besar dalam pembangunan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat yang kesulitan berhubungan dengan bank. Lembaga Pembiayaan

6 konsumen ini muncul sebagai suatu bentuk penyediaan dana atau barang modal kepada masyarakat untuk pembelian barang yang pembayarannya dilakukan secara angsuran atau berkala oleh konsumen. Dengan kehadiran berbagai lembaga pembiayaan konsumen tersebut sangat berperan bagi masyarakat, sebagaimana kita ketahui bahwa tidak semua orang dalam masyarakat mempunyai cukup dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, oleh karena itu lembaga pembiayaan konsumen sangatlah membantu menjalankan roda perekonomian Negara ini. Lembaga pembiayaan menyediakan barang bergerak yang diminta konsumen (semisal mobil atau mesin industri), kemudian di atasnamakan konsumen sebagai debitur (penerima kredit atau pinjaman) sebagai konsekuensinya, debitur menyerahkan Hak Miliknya kepada kreditur (pemberi kredit) secara fidusia, artinya, debitur sebagai pemilik atas nama barang menjadi pemberi fidusia kepada kreditur yang dalam posisi sebagai penerima fidusia. Praktek sederhana dalam jaminan fidusia, adalah calon pembeli barang mengajukan pembiayaan kepada kreditor, lalu kedua belah sama-sama sepakat mengunakan jaminan fidusia terhadap benda milik debitor. Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia sesuai dengan pasal 4 UUJF disebutkan bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi prestasi. 5 Hal ini menegaskan bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian yang bersifat ikutan (accessoir). Gunawan Wijaya menyatakan bahwa suatu perjanjian fidusia sebagai perjanjian yang accessoir maka jaminan fidusia 5 Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia

7 memiliki sifat: 1) ketergantungan terhadap perjanjian pokok, 2) keabsahan semata-mata ditentukan oleh sah tidaknya perjanjian pokok, dan 3) sebagai perjanjian bersyarat, maka hanya dapat dilaksanakan jika ketentuan yang disyaratkan dalam perjanjian pokok telah atau tidak dipenuhi. 6 Pasal 1 UUJF Nomor 42 tahun 1999 menjelaskan bahwa jaminan fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Jaminan Fidusia merupakan hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor lainnya.. F. Metode Penelitian berikut: Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai 1. Jenis Penelitian Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam penulisan ini, digunakan metode penelitian hukum yuridis empiris yaitu metode penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum untuk memahami penerapan norma-norma hukum terhadap fakta-fakta yang tersaji 6 Gunawan Widjaya. Jaminan Fidusia. (Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2003). Hal. 127.

8 yang dalam hal ini keberadaanya untuk mengubah keadaan dan menawarkan penyelesaian yang berpotensial untuk menyeselesaikan setiap masalah kemasyarakatan yang konkret. 7 2. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis empiris, yaitu pendekatan perundang-undangan (statue approach) dilakukan dengan menelaah Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia sesuai dengan pasal 4 UUJF. 3. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan sumber data sebagai berikut: a. Data Primer Data primer dapat berupa keterangan-keterangan yang bersumber dari pihak-pihak yang terkait secara langsung dengan permasalahan yang diteliti. Pihak-pihak tersebut meliputi karyawan BCA Finance Sukoharjo. b. Data Sekunder Data penelitian hukum, data sekunder berupa bahan-bahan pustaka yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1) Bahan Hukum Primer, meliputi: a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata b) Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. 7 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, ( Malang; Bayumedia Publishing, 2006), hal 162.

9 2) Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder, meliputi sumber data secara langsung dari beberapa literatur-literatur, dokumen-dokumen dan arsip yang berlaku serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dan masih relevan dengan masalah yang diteliti. 3) Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang memberi petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, misalnya berupa bahan dari media internet, kamus-kamus dan sebagainya. 8 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Studi Kepustakaan Dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca, mempelajari dan mengutip dari literatur, dokumen-dokumen, peraturan perundangundangan yang berlaku serta dokumen lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. b. Penelitian Lapangan 1) Pengamatan (Observasi), yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan cara mengamati langsunng terhadap obyek penelitian yaitu pada instansi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti untuk Hal. 117. 8 Bambang Sunggono. 2003. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: Raga Grafindo Perkasa,

10 mengetahui keadaan sesungguhnya yaitu pada BCA Finance Sukoharjo tentang pelaksanaan pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia. 9 2) Wawancara yaitu mencari data dengan cara mengajukan pertanyaan kepada subyek penelitian mengenai obyek penelitian dan hal-hal yang ada relevansinya dengan obyek penelitian tersebut. 10 3) Dokumentasi yaitu sebuah cara yang dilakukan untuk menyediaan dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber-sumber informasi khusus terkait penelitian. 5. Metode Analisis Data Penelitian ini bersifat analitis karena hasil dari peneltian ini disajikan dalam bentuk laporan yang bersifat deskriptif analisis, yaitu analisis yang sifatnya memberikan gambaran tentang pelaksanaan pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia di BCA Finance Sukoharjo. Deskriptif maksudnya adalah dengan penelitian ini diperoleh suatu gambaran yang bersifat menyeluruh dan sistemtis mengenai asas-asas hukum, kaedah-kaedah hukum, doktrin dan peraturan perundang-undangan. Bersifat analitis ini karena hasil dari penelitian ini akan dilakukan analisis terhadap berbagai aspek hukum untuk menjawab permasalahan penelitian. Analisa bahan hukum yang dilakukan adalah dengan analisa kuantitatif yaitu dengan cara menafsirkan gejala yang terjadi. Analisa bahan hukum dilakukan dengan cara 9 Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardino, 2004, Metode Penelitian Hukum, Buku Pegangan Kuliah, Surakarta: FH UMS, hal. 47 10 Ronny Hanitijo Soemantri. 2009. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 116.

11 mengumpulkan semua bahan hukum yang diperlukan, yang bukan berupa angka-angka dan kemudian menghubungkannya dengan permasalahan yang diteliti. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis menggunakan metode analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis, untuk selanjutnya dianalisis secara kualitatif, untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas. 11 G. Sistematika Skripsi Untuk lebih memperjelas pemahaman dalam penelitian ini, penulis menjabarkan dalam 4 (empat) bab yang terdiri dari: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Pembatasan Masalah C. Perumusan Masalah D. Tujuan dan Manfaat Penelitian E. Kerangka Pemikiran F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Pembiayaan 1. Pengertian Perjanjian Pembiayaan Konsumen 2. Para Pihak dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen 3. Syarat Sah Perjanjian Pembiayaan Konsumen 11 Ibid. Hal. 57.

12 B. Jaminan Fidusia. 1. Pengertian Jaminan Fidusia 2. Subyek dan Obyek Jaminan Fidusia 3. Asas-Asas Hukum Jaminan Fidusia 4. Pembebanan dan Pendaftaran Fidusia 5. Eksekusi Fidusia BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia di BCA Finance Sukoharjo. B. Problematika dalam pelaksanaan pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia di BCA Finance Sukoharjo. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN