BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

2015 MANFAAT PEMBELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DALAM PENUMBUHAN SIKAP WIRAUSAHA SISWA SMAN 1 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Asyarullah Saefudin, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

EKSPLORASI KESIAPAN SISWA MEMASUKI DUNIA KERJA PADA PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Mulyasa (2010) bahwa, pembangunan sumber daya manusia

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

EVALUASI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TUNE UP SEPEDA MOTOR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ghea Anggraini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan tuntutan baru dalam masyarakat. Perubahan tersebut. terlebih jika dunia kerja tersebut bersifat global.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari kebodohan dan kemiskinan. Hal ini Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional

2015 ANALISIS HASIL BELAJAR MERENCANAKAN MENU KESEMPATAN KHUSUS SEBAGAI KESIAPAN MENGOLAH MAKANAN UNTUK PESTA PERNIKAHAN PADA SISWA DI SMKN 3 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

2015 RELEVANSI MATA PELAJARAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPED A MOTOR SMK D ENGAN KOMPETENSI KERJA YANG D IBUTUHKAN D ALAM BID ANG SERVICE SEPED A MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU AGUSTUS 2013

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya.

B A B I PENDAHULUAN. bank menurut konsep Freire, pihak pendidik secara searah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Salah satu upaya membina dan membangun Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

Smart, Innovative, Professional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 7,6%, Diploma I/II/III dengan 6,01% dan universitas sebesar 5,5%. Pada posisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Fungsi dan tujuan di atas, menunjukkan bahwa pendidikan di setiap satuan pendidikan harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat, ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan sisanya 80% oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill dari pada hard skill. Hal ini menunjukan bahwa mutu pendidikan berkarakter sangat penting untuk ditingkatkan. SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) adalah merupakan salah satu bentuk pendidikan formal berkarakter yang mengedepankan soft skill dalam penyelenggaraan pendidikannya sebagai lanjutan dari SMP, MTS atau bentuk lain yang sederajat. SMK dipersiapkan oleh pemerintah kepada masyarakat dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi tenaga kerja yang berkompeten yang mampu bersaing di dunia usaha atau dunia industri, sehingga lulusan SMK dapat mengisi lowongan pekerjaan yang sesuai dengan program keahliannya serta mampu membuka usaha sendiri/berwirausahan.

2 Meningkatkan kemampuan dalam berwirausaha merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran, dengan berwirausaha diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam membuat inovasi-inovasi baru sehingga dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan perekonomian negara. Namun pada kenyataannya di Indonesia sendiri tingkat angkatan kerja yang menganggur tersebar pada berbagai tingkat pendidikan, tidak terkecuali pada tingkat SMK. Tabel1.1 berikut menjelaskan data tingkat pengagguran terbuka penduduk usia 15 Tahun ke atas Menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan tahun 2013 : Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan, 2012-2013 (Persen) Pendidikan Tertinggi 2012 2013 yang Ditamatkan Februari Agustus Februari Agustus (1) (2) (3) (4) (5) SD ke Bawah 3,69 3,64 3,61 3,51 Sekolah Menengah 7,80 7,76 8,24 7,60 Pertama Sekolah Menengah Atas 10,34 9,60 9,39 9,74 Sekolah Menengah 9,51 9,87 7,68 11,19 Kejuruan Diploma I/II/III 7,50 6,21 5,65 6,01 Universitas 6,95 5,91 5,04 5,50 Jumlah 6,32 6,14 5,92 6,25 Sumber : Berita Resmi Statistik No. 78/11/Th. XVI, 6 November 2013 Kenaikan angka pengangguran terbuka yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) mencapai sekitar 6,25% atau sebanyak 7,39 juta orang per Agustus 2013 atau naik sebesar 150.000 penganggur dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 7,24 juta pengangguran. Dari angka pengangguran tersebut yang menarik dicermati adalah dari sisi pendidikan penganggur. Berdasarkan data BPS, dari 7,39 juta pengangguran sekitar 11,19% atau sebanyak 814.000 orang berstatus tamatan sekolah menengah kejuruan (SMK), disusul alumnus sekolah menengah atas (SMA) dengan persentase 9,74% dari total angka pengangguran. Selanjutnya, tamatan sekolah menengah pertama

3 (SMP) sekitar 7,6%, diploma I/II/III mencapai 6,01%, dan universitas sekitar 5,5%. Adapun untuk lulusan SD ke bawah hanya tercatat sekitar 3,51%. Hal itu mengindikasikan bahwa semakin tinggi pendidikan tidak menunjukkan relevansi semakin mudah mendapatkan pekerjaan di negeri ini. Pengangguran untuk level lulusan SMK dari tahun ke tahun terus bertambah. pengangguran lulusan SMK naik menjadi 11,19 % pada Agustus 2013 dari 9,87% pada periode yang sama tahun lalu. Dari Tabel 1.1 di atas memperlihatkan bahwa terjadi fluktuasi jumlah pengangguran terbuka tamatan SMK. Angka ini mengindikasikan masih tingginya lulusan SMK yang belum terserap dunia kerja ataupun membuka lapangan kerja sendiri. SMK Negeri 1 Cimahi merupakan salah satu Lembaga Pendidikan Menengah Kejuruan di Jawa Barat yang menyelenggarakan Program Pendidikan Kejuruan 4 Tahun, dan merupakan salah satu SMK dari 8 (delapan) SMK Negeri di Indonesia yang memiliki program 4 (empat) Tahun. Kurikulum di SMK Negeri 1 Cimahi sangat mendukung dalam pengembangan pengetahuan dan wawasan siswa untuk berwirausaha. Hal ini dapat dilihat dari sebaran mata pelajaran yang di berikan sejak kelas X sampai kelas XIII, Namun fakta yang ditemukan di lapangan belum sejalan dengan tujuan yang diharapkan pada kurikulum tersebut. Sebagian besar siswa masih berorientasi untuk menjadi pegawai Negeri Sipil (PNS) ataupun pegawai Swasta. Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya tingkat sikap dan minat berwirausaha siswa SMK. Hal ini dapat dilihat dari hasil studi pendahuluan terhadap siswa SMK Negeri 1 Cimahi. Kuesioner disebarkan pada 50 orang siswa SMK kelas IX. Pertanyaan inti yang ditanyakan adalah apa pekerjaan yang anda inginkan setelah lulus SMK?. Hasil olahan data kuesioner tersebut dapat dilihat pada tabel 1.2 sebagai berikut: Tabel 1.2 Pekerjaan yang diinginkan Siswa SMKN 1 Cimahi Setelah lulus SMK No Pekerjaaan Jumlah Siswa Persentase 1 PNS 34 68 2 Pegawai Swasta 6 12 3 Wirausaha 10 20 Total 50 100

4 Sumber : Hasil Pra Penelitian 2014 Tabel 1.2 menjelaskan bahwa dari 50 orang siswa smk yang mengisi kuesioner, hanya ada 10 siswa yang berorientasi menjadi wirausahawan. Ini mengindikasikan masih rendahnya keinginan siswa untuk berwirausaha. Kecenderungan sikap dan minat siswa yang tidak tertarik dalam berwirausaha disebabkan oleh berbagai macam alasan. Alasan-alasan tesebut diantaranya karena mereka beranggapan bahwa PNS merupakan pekerjaan tetap dan kehidupan PNS lebih terjamin karena adanya pensiun, alasan lainnya mereka beranggapan bahwa berwirausaha merupakan sesuatu yang tidak mudah, butuh modal banyak untuk mulai berwirausaha terutama modal financial, dan menurut mereka modal itulah yang paling sulit didapatkan. Siswa beranggapan mereka akan lebih sukses jika mereka bekerja sebagai pegawai, karena tidak perlu ada uang yang dikeluarkan sebagai modal awal. Menurut pandangan penulis, sikap dan pandangan ini keliru. Faktanya bekerja sebagai pegawai pun saat ini tidaklah mudah, lapangan pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah tidak sebanding dengan para alumnus yang telah lulus dari berbagai tingkat pendidikan. Itulah salah satu yang menyebabkan terjadinya banyak pengangguran di negara Indonesia saat ini. Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Berikut adalah rekapitulasi tamatan siswa SMK Negeri 1 Cimahi tahun ajaran 2012-2013 : Tabel 1.3 Rekapitulasi Tamatan Tahun Ajaran 2012-2013 No Kompetensi Keahlian 1 Teknik Otomatis Industri 2 Teknik Elektronika Industri 3 Teknik Pendinginan & Tata Udara Jumlah Bekerja Kuliah Wiraswasta Menganggur 65 35 19 11 0 64 28 28 8 0 64 36 19 8 1

5 4 Kontrol Proses 62 39 13 9 1 5 Kontrol Mekanik 63 47 9 7 0 6 Teknik Transmisi 63 38 13 11 1 7 Rekayasa 60 31 18 10 1 Perangkat Lunak 8 Teknik Komputer 61 22 30 9 0 dan Jaringan 9 Teknik Produksi 58 35 14 9 0 dan Penyiaran Program Pertelevisian Jumlah Total 560 311 163 82 4 Persentase 55,54 29,11 14,64 0,71 Sumber: Hubin SMKN 1 Cimahi Tahun Ajaran 2012-2013 Dari hasil rekapitulasi tamatan siswa tahun ajaran 2012-2013 dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang bekerja sebanyak 311 siswa, yang melanjutkan ke perguruan tinggi sebanyak 163 siswa, yang berwirausaha sebanya 82 siswa dan yang menganggur sebanyak 4 siswa. Hasil rekapitulasi tersebut menunjukan bahwa siswa yang berwirausaha masih relatif sedikit hanya sebesar 14,64%, siswa yang memilih bekerja relatif banyak yaitu sebesar 55,54% dan melanjutkan ke perguruan tinggi sebesar 29,11%. hal tersebut mengindikasikan bahwa minat berwirausaha siswa masih sangat rendah. Timbulnya minat berwirausaha siswa tidak terlepas dari adanya sikap wirausaha dari dalam diri siswa itu sendiri. Berbagai macam upaya dilakukan untuk menumbuhkan sikap dan minat berwirausaha, salah satunya dengan kurikulum pendidikan kewirausahaan yang sudah diberikan kepada siswa sejak dari kelas X di sekolah menengah kejuruan. Pendidikan Kewirausahaan adalah suatu proses pembelajaran untuk menghasilkan peserta didik yang mampu untuk menciptakan usaha sendiri/berwirausaha dengan menanamkan sikap dan minat berwirausaha. Sikap dan minat berwirausaha dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan atau kompetensi. Dalam dunia pendidikan, kompetensi itu sendiri sangat ditentukan oleh pengetahuan dan hasil pendidikan yang diberikan guru di sekolah.

6 Permasalahan kegiatan belajar dan pembelajaran tidak akan pernah habis selama pendidikan masih ada. Permasalahan yang berasal dari diri siswa diantaranya masalah motivasi belajar, kemampuan memusatkan perhatian pada topik pembelajaran, sikap terhadap belajar, pengolahan bahan belajar, bagaimana menyimpan hasil belajar, bagaimana mengeluarkan hasil belajar yang tersimpan, kemampuan untuk berprestasi, rasa percaya diri siswa, kebiasaan belajar siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar serta cita-cita siswa. Selain masalah-masalah belajar yang ada pada diri siswa sendiri, terdapat beberapa masalah yang datangnya dari luar antara lain sarana dan prasarana pembelajaran, guru sebagai pendidik, penilaian hasil belajar, lingkungan sosial di sekolah dan kurikulum yang dipakai sekolah yang seringkali mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Salah satu permasalahan yang sering kali dijumpai adalah proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan standar proses pembelajaran. Hal ini harus diperhatikan oleh guru karena gurulah yang bertugas merancang pembelajaran. Kreativitas dan kecakapan guru sangat diperlukan agar kegiatan pembelajaran yang terjadi bisa optimal. Berhasilnya suatu tujuan pendidikan tergantung bagaimana proses pembelajaran yang dialami oleh siswa. Untuk lebih meningkatkan keberhasilan belajar siswa salah satunya dapat dilakukan melalui upaya memperbaiki proses pembelajaran sehingga dalam perbaikan proses pembelajaran ini tentu saja peranan guru sangat penting. Selaku pengelola kegiatan siswa, guru juga diharapkan membimbing dan membantu siswa. Hal tersebut sejalan dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional yang telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan PemerintahNomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Berdasarkan Salinan lampiran peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah, Standar proses adalah standar nasional

7 pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester. Standar proses itu sendiri meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Guru dituntut untuk menjadi manusia sumber yang harus memiliki segala informasi yang dibutuhkan dalam pembelajaran, dituntut sebagai komunikator yang mampu menyampaikan informasi secara tepat sehingga dapat mudah diterima siswa, dituntut sebagai moderator yang mampu memusatkan perhatian, memberikan motivasi serta memberikan kesempatan berpartisipasi kepada siswa, dituntut sebagai evaluator dari awal hingga akhir pembelajaran, dituntut menjadi pembimbing yang dapat mengarahkan siswanya dan yang paling penting adalah mampu memberikan contoh positif (Suciati, 2004: 18 21). Untuk hasil pembelajaran yang optimal maka perlu kecakapan dan kreativitas guru dalam merancang dan menciptakan sebuah proses pembelajaran yang optimal. Begitu pula dalam bidang kewirausahaan, untuk memperoleh hasil pembelajaran kewirausahaan yang optimal diperlukan proses pembelajaran kewirausahaan yang optimal dari guru mata pelajaran bidang tersebut. Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian terhadap proses pembelajaran kewirausahaan yang dilakukan guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Cimahi. Penelitian ini mencoba menjelaskan bagaimana

8 pengaruh proses pembelajaran kewirausahaan tersebut terhadap sikap dan minat siswa dalam berwirausaha. Adapun judul dari penelitian ini adalah : PENGARUH PROSES PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP SIKAP KEWIRAUSAHAAN SISWA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA SISWA PADA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 1 CIMAHI 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah dalam lingkup pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana gambaran proses pembelajaran kewirausahaan, sikap kewirausahaan siswa dan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 1 Cimahi? 2. Bagaimana pengaruh proses pembelajaran kewirausahaan terhadap sikap wirausaha siswa SMK Negeri 1 Cimahi? 3. Bagaimana pengaruh proses pembelajaran kewirausahan terhadap minat berwirausaha siswa SMK Negeri 1 Cimahi? 4. Bagaimana pengaruh sikap kewirausahaan siswa terhadap minat berwirausaha siswa SMK Negeri 1 Cimahi? 1.3 Tujuan Penelitian berikut : Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai 1. Untuk menganalisis bagaimana gambaran proses pembelajaran kewirausahaan, sikap kewirausahaan siswa dan minat berwirausaha siswa SMK Negeri 1 Cimahi?

9 2. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh proses pembelajaran kewirausahaan terhadap sikap kewirausahaan siswa SMK Negeri 1 Cimahi 3. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh proses pembelajaran kewirausahaan terhadap minat berwirausaha siswa SMK Negeri 1 Cimahi 4. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh sikap kewirausahaan siswa terhadap minat berwirausaha siswa SMK Negeri 1 Cimahi 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari dilakukannya penelitian ini yaitu: 1. Manfaat teoritis dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan referensi dan memperkaya teori yang mempengaruhi sikap dan minat siswa dalam berwirausaha dan dapat dijadikan bahan penelitian yang lebih mendalam untuk penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini sehingga hasilnya dapat lebih sempurna. 2. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan kebijakan bagi lembaga pendidikan dalam meningkatkan sikap dan minat berwirausaha siswa.