BAB I PENDAHULUAN (selanjutnya disingkat UUPK) menyatakan bahwa : mendamaikan kedua belah pihak.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. 1 Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut senada dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang

FUNGSI PERJANJIAN KAWIN TERHADAP PERKAWINAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami berbagai peristiwa hukum.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP HAK ASUH ANAK DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi oleh pasangan suami istri yang terikat

BAB5 PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

BAB I PENDAHULUAN. serta membutuhkan manusia lainnya untuk hidup bersama dan kemudian

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

I. PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kekal yang di jalankan berdasarkan tuntutan agama. 1. berbeda. Pernikahan juga menuntut adanya penyesuaian antara dua keluarga.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. kepada Pengadilan Agama Malang yang Penggugat dan Tergugat sama-sama

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

HAK ASUH ANAK DALAM PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Negara. Perkawinan menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai naluri untuk bisa hidup

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. (ekonomis) hingga ratusan juta rupiah menjadi semakin marak. Undian-undian

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. hukum adat maupun hukum Islam. Dalam hukum adat, harta bersama. masing-masing pihak baik suami maupun istri adalah merupakan harta

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan yang lainnya untuk dapat hidup bersama, atau secara logis

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. suatu dinamakan perkawinan yang diharapkan dapat berlangsung selama-lamanya,

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

PROSEDUR PENGAJUAN GUGATAN DAN AKIBAT HUKUM ATAS PERCERAIAN TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI PENGADILAN NEGERI. Oleh : Ni Komang Dewi Mariani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu perkawinan yang di lakukan oleh manusia bukanlah persoalan nafsu

Bab 3 PEMBAGIAN HARTA BERSAMA SEBELUM PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara bersandar pada asas pendirian, bahwa setiap orang dianggaplah ia mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. bersama-sama dengan orang lain serta sering membutuhkan antara yang satu

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 1 Tahun Dalam Pasal 1 Undang-undang ini menyebutkan :

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. seorang diri. Manusia yang merupakan mahluk sosial diciptakan oleh Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap manusia dengan berbagai konsekuensi hukumnya. Karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk dikaji secara

BAB I PENDAHULUAN. harta warisan, kekayaan, tanah, negara, 2) Perebutan tahta, termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan

BAB I PENDAHULUAN. antaranya, waris menurut hukum BW (Burgerlijk Wetboek), hukum Islam, dan. Ika ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

KUISIONER HASIL SURVEI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif dan erat sekali hubunganya dengan kerohanian seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. perceraian/pemutusan perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkanya. Perkawinan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putusnya perkawinan menuru Pasal 39 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 (selanjutnya disingkat UUPK) menyatakan bahwa : a. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. b. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri. c. Tata cara perceraian di depan sidang pengadilan diatur dalam peraturan perundangan tersendiri Menurut UUPK apabila putus perkawinan karena perceraian mempunyai akibat hukum terhadap anak, dan harta bersama. Akibat hukum terhadap anak ialah, apabila terjadi perceraian, maka baik bapak atau ibu tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana terjadi perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, pengadilan memberikan keputusannya. Jadi bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak, bilamana bapak kenyataannya tidak dapat memberikan kewajiban tersebut maka pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut. Akibat hukum terhadap 1

2 bekas suami pengadilan dapat mewajibkan kepadanya untuk memberikan biaya penghidupan atau juga menentukan sesuatu kewajiban kepada bekas isteri. 1 Harta bersama adalah harta benda atau hasil kekayaan yang diperoleh selama berlangsungnya perkawinan. Meskipun harta tersebut diperoleh dari hasil kerja suami atau istri, jadi harta bersama meliputi harta yang diperoleh dari usaha suami dan istri berdua atau usaha salah seorang dari suami istri diatur lain dalam perjanjian perkawinan, apabila terjadi perceraian maka masing-masing pihak suami maupun istri berhak atas separuh dari harta perkawinan tersebut. Dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam (selanjutnya disebut KHI ) Pasal 85 dan 86 diatur mengenai harta kekayaan dalam perkawinan dimana menyatakan bahwa adanya harta bersama tidak menutup kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami atau istri. Pada dasarnya tidak ada pencampuran antara harta suami dan harta istri karena perkawinan, maka kedua pasal tersebut tidak mengenal adanya harta bersama atau pencampuran harta suami dan istri. Secara yuridis formal, ketentuan tentang harta bersama sudah diatur dalam Pasal 35 ayat (1) UUPK, dimana dinyatakan bahwa harta bersama adalah harta yang diperoleh selama istri diikat dalam suatu perikatan perkawinan. Dalam praktik peradilan, ketentuan tersebut tidaklah mudah dan sederhana sebagaimana bunyi pasal tersebut, terdapat beberapa hal yang sejalan dengan perkembangan hukum dan kondisi sosial yang berubah dalam masyarakat sesuai dengan perkembangan kemajuan zaman, yang kesemuanya itu hlm. 176. 1 Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, (Bandung: Mandar Maju, 2007),

3 sangat memengaruhi tentang perolehan harta bersama dan juga pembagian apabila terjadi sengketa di pengadilan. 2 Akibat hukum terhadap harta bersama diatur menurut hukumnya masingmasing, yaitu hukum agama, hukum adat atau hukum yang lain. Akibat yang menyangkut harta bersama atau harta perceraian ini UUPK rupanya menyerahkan kepada para pihak yang bercerai tentang hukum mana dan hukum apa yang mempertimbangkan menurut rasa keadilan yang sewajarnya. Dari tujuan yang sudah di terangkan di atas tidak sepenuhnya berjalan dengan bahagia dan kekal, oleh karena itu tujuan perkawinan sulit dicapai karena terjadi pertengkaran dan perselisihan serta adanya sebab-sebab yang menimbulkan terjadi suatu perceraian tersebut. Perceraian biasa dilakukan suami oleh ucapannya kepada istri dan istri tidak bisa bertindak sama sekali. Tetapi semakin berkembangnya hukum di Indonesia untuk mencapai suatu keadilan yang sama terhadap pria dan wanita maka perceraian itu bisa diajukan oleh istri dengan membuat suatu gugatan ke pengadilan. Akan tetapi pengadilan juga mempersulit untuk melakukan suatu perceraian dimana untuk mencapai kebahagian dan mengembalikan keutuhan dalam keluarga, tetapi juga walaupun melakukan perceraian itu di persulit tidak mengurangi jumlah keluarga yang bercerai, dan ini juga akan memicu gejala emosional dan trauma yang akan terjadi setelah perceraian itu terjadi, maka dari itu efek dari perceraian akan sangat terasa kepada anak-anak dan akan menganggu mental dari anak, dan akan menimbulkan permasalahan yang baru yaitu pemeliharaan anak yang akan ditentukan untuk ayah atau ibunya, dimana juga 2008), hlm. 104. 2 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana,

4 pemeliharaan anak itu tidak terlepas terutama kasih sayang ibu untuk anaknya bahwa anak lebih dekat kepada ibu dari pada ayah maka dari itu keadilan sulit diterapkan apabila pemeliharaan anak itu jatuh di tangan ibu maka ayah tidak mendapat hak tersebut disini akan terjadi suatu perselisihan maka dari itu perlu diajukan suatu gugatan atas hak pemiliharaan anak, permasalahan ini diajukan ke pengadilan. Selain anak yang berdampak pada perceraian tersebut juga berdampak kepada harta perkawinan mereka dimana apabila terjadi suatu perceraian maka harta perkawinan harus ditentukan berapa jumlah harta suami dan berapa jumlah harta istri dan ditentukan berdasarkan hukum mereka masing masing dan juga peran dari Pengadilan Agama sangat penting dalam menyelesaikan masalah perceraian, maka dari itu peran pengadilan berdampak positif agar tidak bertambahnya keluarga yang bercerai dan menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohma. 3 B. Permasalahan Permasalahan dalam skripsi ini adalah 1. Siapakah yang memiliki hak pemeliharaan terhadap seorang anak akibat putusnya perkawinan karena perceraian? 2. Bagaimanakah pembagian harta bersama di dalam UUPK No 1 Tahun 1974? 3 Ibid.

5 3. Bagaimanakah peranan Pengadilan Agama dalam menyelesaikan persoalan yang timbul sebagai akibat putusnya perkawinan karena perceraian? C. Tujuan Penulisan Tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah 1. Untuk mengetahui Siapakah yang memiliki hak pemeliharaan terhadap seorang anak akibat putusnya perkawinan karena perceraian? 2. Untuk mengetahui bagaimanakah pembagian harta bersama di dalam UUPk.? 3. Untuk mengetahui bagaimanakah peranan Pengadilan Agama dalam Menyelesaikan Permasalah yang timbul akibat perceraian. D. Manfaat Penulisan 1. Secara Praktis a. Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan serta pemikiran yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya dan hukum Perdata pada khususnya mengenai akibat hukum perceraian terhadap anak dan harta perkawinan. b. Memberikan sumbangan pemikiran dan suatu gambaran yang lebih dalam mengenai akibat hukum perceraian terhadap anak dan harta perkawinan. 2. Secara Teoritis

6 Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan, memberikan sumbangan pemikiran dalam mengembangkan kajian ilmu hukum perdata khususnya mengenai akibat hukum perceraian terhadap anak dan harta perkawinan. E. Metode Penulisan 1. Pendekatan Masalah Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendeka tan normatif sosiologi. Karena pada awalnya hanya meneliti bahan pustaka atau data sekunder untuk kemudian dilanjutkan dengan penelitian terhadap data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat. 4 2. Spesifikasi Penelitian Berdasarkan pada tujuan yang akan di capai dalam penelitian ini, nantinya akan bersifat deskriptif analitis yang artinya bahwa hasil penelitian ini berusaha memberikan gambaran secara menyeluruh, mendalam tentang suatu keadaan atau gejala yang diteliti. 5 3. Sumber Data Secara umum di dalam penelitian hukum biasanya sumber data dibedakan menjadi atas: 4 Soejono Soekanto, Pengatar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1984), hlm. 52. 5 Ibid., hlm.10.

7 a. Data primer Data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat, seperti melakukan penelitian di lapangan. Dalam hal ini penulis dapat memperoleh data primer dari Pengadilan Agama Medan b. Data sekunder yaitu data-data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang diteliti, antara lain; buku-buku literatur, laporan penelitian, tulisan para ahli peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Dalam penelitian ini yang merupahkan penelitian yuridis normatif, sebagai bahan dasar penelitiannya, penulis menggunakan data sekunder, yakni bahan-bahan yang diperoleh dari bahan pusaka lazimnya. Data sekunder yang digunakan sebagai bahan dasar penelitian ini terdiri atas: 1.) Bahan hukum primer Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum yang terdapat pada peraturan perundang-udangan atau sebagai perangkat hukum seperti : UUPK, hasil Penelitian yang didapatkan melalui studi pengadilan agama Medan Menjadi bahan hukum primer yang membantu dalam mengkaji masalah dalam penelitian ini. 2.) Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memperoleh dari buku teks, jurnal-jurnal, karya ilmiah, pendapat sarjana, dan hasil-hasil penelitian, dan bahan lainnya yang dapat dan berfungsi untuk memberikan penjelasan lebih lanjut atas bahan hukum primer.

8 3.) Bahan hukum tertier Bahan hukum tertier, merupakan data yang bersifat menunjang data primer dan sekunder atau biasa disebut bahan referensi (bahan acuan, bahan rujukan) misalnya kamus, ensiklopedia dll 6. 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: a. Penelitian kepustakaan (library research) Merupakan data-data yang diperoleh penulis dari buku-buku,serta bentukbentuk karya tulis lainnya seperti jurnal-jurnal yang berkaitan dengan skripsi ini. b. Penelitian lapangan (field reseach) Merupakan data-data yang di peroleh langsung untuk mengetahui akibat hukum perceraian terhadap anak dan harta perkawinan pada pengadilan agama. Pada penelitian ini juga untuk menentukan memanfaatkan data yang ada maka dilakukan dengan menggunakan metode sebagai berikut: 1) Studi dokumen Studi dokumen dilakukan mengumpulkan data serta melakukan analisis bahan-bahan tertulis yang digunakan dalam peristiwa hukum. 2) Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan teknik dan pedoman wawancara. 6 Ibid., hlm 13.

9 5. Analisi Data Analisis data merupakan proses perngorganisasian dan pengurutan data dalam pola, kategori, dan uraian dasar sehingga akan ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh data. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini model analisis interaktif, yaitu model analisis yang meliputi pengumpulan data, pengelolahan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan data sebagai suatu jalinan yang saling terkait dan membentuk hipotesa sesuai data yang telah diorganisir. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu metode dilakukan berdasarkan pada data yang dinyatakan informan secara lisan dan tertulis dan juga perilaku yang nyata, diteliti, dipelajari sebagai suatu yang utuh. F. Keaslian penulisan Penelitian ini dilakukan atas ide dan pemikiran diri sendiri atas masukan yang berasal dari berbagai pihak guna membantu dalam penelitian ini. Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui dilingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penelitian Akibat Hukum Perceraian Terhadap anak dan harta, belum pernah di teliti oleh peneliti sebelumnya. G. Sistematika Penulisan Untuk memperjelas pembahasn dalam skripsi ini, maka susunan penulisan dalam skripsi ini adalah antara lain sebagai berikut:

10 BAB I : PENDAHULUAN Merupakan pengantar yang berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan manfaat penulisan, Metode Penelitian, Keaslian Penulisan, Sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG PUTUSNYA PERKAWINAN. Merupakan gambaran umum tentang Pengertian Perkawinan, Putusnya Perkawinan: Karena Kematian, Karena Perceraian, karena putusan pengadilan, Akibat Hukum Putusnya Perkawinan: Terhadap Suami dan Isteri, Terhadap Anak Terhadap Harta. BAB III : TINJAUAN UMUM PERCERAIAN DAN AKIBAT HUKUMNYA. Pada bab ini berisi Pengertian Perceraian, Sebab-Sebab Perceraian, Kententuan Hukum Tentang Perceraian, Akibat Hukum Perceraian. BAB IV: AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP ANAK DAN HARTA PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 (STUDI PADA PENGADILAN AGAMA MEDAN). Merupakah Bab yang berisi Siapakah yang memiliki hak pemeliharaan terhadap seorang anak akibat putusnya perkawinan karena perceraian Untuk mengetahui bagaimanakah pembagian harta bersama di dalam UUPk, Bagaimanakah peranan Pengadilan Agama dalam Menyelesaikan Permasalah yang timbul akibat perceraian. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN.

11 Bab ini berisikan kesimpulan dari bab-bab yang telah di bahas sebelumnya dan saran-saran yang merupakan hasil pikiran penulis yang timbul saat penulis menguraikan permasalahan dalam skripsi ini.