BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pemerintahan berbagai pembenahan dalam bidang administrasi perpajakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN.

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tumpuan bagi pembangunan suatu negara. Penerimaan pajak

BAB I PENDAHULUAN. rakyat baik dari segi materill maupun spiritual. Merealisasikan tujuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kepada negara, maka negara menetapkan perpajakan sebagai salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. sektor perpajakan. Tiap tahunnya, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dalam penerimaan negara. Perkembangan kontribusi penerimaan pajak terhadap. Tabel 1. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor, khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber pendapatan utama negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu instrument yang digunakan negara untuk menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur (Punarbhawa dan Aryani, 2013). Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sektor pajak merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Berdasarkan UU No 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada perkembangan dan kemajuan dalam bidang kearsipan. Berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia, menjadikan penerimaan dari sektor perpajakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara sekitar 70-80%.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan dan pembangunan di negara kita ini, tentu membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

pembiayaan dan pembangunan dalam negeri. Pemerintah Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang besifat memaksa berdasarkan undang-undang,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemitro (1990:2) dalam buku Perpajakan: Pendekatan

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 16 tahun 2009 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. mau harus ditanggung Wajib Pajak (Waluyo, B.Illyas, Perpajakan Indonesia, 2003;4)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan pemerintah yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. maju dan demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk kebutuhan negara juga kemakmuran rakyatnya (UU NO.16 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional. merupakan kegiatan yang akan terus-menerus dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self Assessment.

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara yang berasal dari iuran masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber dana bagi pendapatan negara berasal dari pajak. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut, maka negara harus menggali

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak dipungut melalui pemerintah daerah maupun pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. paling populer bagi negara. Hal ini terjadi akibat pengaruh pergeseran penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memiliki fungsi budgetair, yaitu sebagai sumber dana bagi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali di Indonesia. Dari hari- kehari pengaruh globalisasi semakin kuat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya

BAB I PENDAHULUAN. karena penerimaan pajak digunakan oleh pemerintah sebagai sumber utama

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. macam kemudahan, kecepatan akses informasi, efektifitas dan efisiensi pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional diperoleh dari pendapatan sektor pajak. Oleh karena

Abstrak. Kata kunci: kemudahan pengisian SPT, pengetahuan peraturan perpajakan, kualitas pelayanan, kepatuhan wajib pajak.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan sektor pemasukan terbesar kas Negara, penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. setiap proyek pembangunan negara yang dilaksanakan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terus melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pajak sebesar 70% terhadap total penerimaan negara. Kontribusi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang diharapkan oleh suatu bangsa yang telah merdeka. Salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. pengabdian terhadap negara yang timbal baliknya tidak bisa dirasakan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dan informasi kepada pelanggannya.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbesar.pengeluaran Pemerintah yang semakin besar dalam pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Belanja negara(apbn) berasal dari sektor pajak, maka tidak dapat dipungkiri bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

EVALUASI PENERAPAN e-spt TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya pengeluaran negara yang digunakan untuk kemakmuran rakyat diikuti juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh penerimaan negara yang bersumber dari pajak. Pajak dipungut oleh negara baik

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab dibidang perpajakan sebagai pencerminan kewajiban kenegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya. Perubahan sistem pemungutan pajak ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk membayar pajak. Seperti yang dikatakan oleh Sakti (2015: 2 ) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembangunan negara (Soemitro dalam Handayani dan Supadmi, 2012). Salah

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan biaya yang tak sedikit jumlahnya. Usaha yang dilakukan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar. Sumbangan pajak

BAB I PENDAHULUAN. internet untuk menunjang pekerjaan mereka (Widyadinata, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan pembangunan yang berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk kelangsungan sistem pemerintahan suatu negara. Pembayaran

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada satu dekade terakhir, dalam rangka meneruskan reformasi birokrasi dan efisiensi pemerintahan berbagai pembenahan dalam bidang administrasi perpajakan tengah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Republik Indonesia. Reformasi administrasi perpajakan yang dilakukan adalah upaya untuk penyederhanaan sistem perpajakan sehingga administrasi perpajakan dapat dikelola seefektif dan seefisien mungkin, terlebih di negara dengan tingkat kepatuhan relatif rendah seperti di Indonesia (Setiyaji dan Amir, 2005). DJP sudah mulai menerapkan sistem administrasi perpajakan modern yang mengimplementasikan berbagai administrasi perpajakan modern memanfaatkan perkembangan teknologi informasi yang diantaranya adalah penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT). Penerapan teknologi informasi di dalam bidang administrasi pajak juga memungkinkan diadakannya suatu sistem yang mempermudah wajib pajak untuk mengakses layanan pajak secara elektronik dan menggunakan layanan internet. Dengan menggunakan sistem ini, untuk melakukan administrasi perpajakan para wajib pajak tidak perlu datang secara fisik ke kantor pajak. Wajib pajak dapat menggunakan fasilitas yang tersedia dengan menggunakan komputer dan koneksi 1

Internet dan melakukan administrasi perpajakan di manapun tanpa terhalang waktu dan tempat. Penerapan sistem administrasi pajak berbasis teknologi informasi yang terkoneksi dengan Internet ini tentunya juga seiring dengan pertumbuhan pengguna internet di Indonesia. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pertumbuhan pengguna internet di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010 terdapat 55 juta pengguna internet dan di tahun 2015 meningkat pesat menjadi 139 juta pengguna internet atau lebih dari setengah populasi Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2015. Perkembangan pertumbuhan pengguna internet di Indonesia dari tahun ke tahun berdasarkan data dari APJII dapat dilihat di gambar 1.1. Sumber : Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia Gambar 1.1 Statistik Pengguna Internet di Indonesia 2

Setiap orang memiliki kewajiban membayar pajak. Pajak adalah iuran rakyat kepada negara yang harus dibayarkan oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara dalam rangka meningkatkan kemakmuran rakyat. Dalam lima tahun terakhir, dari hasil laporan evaluasi penerimaan pajak peranan penerimaan pajak dalam pendapatan negara meningkat dari 60% menjadi hampir 70%. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Republik Indonesia (RI) tahun 2013 yang diajukan oleh pemerintah ke Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), pendapatan negara dianggarkan sebesar Rp.1.507,7 trilliun. Dari nominal tersebut Rp.1.031,7 trilliun diantaranya diharapkan berasal dari sektor pajak. Dari laporan evaluasi penerimaan pajak tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk tahun 2013 realisasi penerimaan negara dari PPh pasal 21 hampir mencapai 90%. Walaupun angka realisasi penerimaan pajak tersebut cukup besar, tetapi secara nominal Rupiah penerimaan pajak yang tidak terealisasi mencapai lebih dari Rp.50 trilliun. Hal ini menunjukkan bahwa masih diperlukan peningkatan dan pembenahan dalam berbagai aspek yang menyangkut dengan pelayanan administrasi perpajakan sehinga semakin banyak wajib pajak yang patuh dalam melaporkan dan membayar pajaknya. 3

Tabel 1.1 Penerimaan Negara PPh Non Migas Realisasi tahun 2013 (miliar rupiah) No Jenis Pajak APBN-P 2013 Realisasi Pencapaian % 1. PPh Ps 21 101,915.00 413,897.97 89.11 2. PPh Ps 22 6,600.93 89,897.55 88.21 3. PPh Ps 22 Impor 42,704.15 6,766.39 102.51 4. PPh Ps 23 24,530.78 36,329.63 85.07 5. PPh Ps 25/29 OP 6,443.34 22,140.83 90.26 6. PPh Ps 25/29 Badan 180,116.52 4,378.79 67.96 7. PPh Ps 26 32,779.51 151,906.61 84.34 8. PPh Final 69,349,09 31,082.96 94.82 9. PPh Non Migas Lainnya 42.56 71,357.41 102.90 Jumlah Keseluruhan 464,481.88 413,897.97 88.81 Sumber : diolah dari RAPBN tahun 2013 Untuk meningkatkan pendapatan negara dari pajak, sejak tahun 2003 DJP telah menyediakan berbagai fasilitas yang menerapkan teknologi informasi, beberapa diantaranya adalah: pendaftaran wajib pajak (e-registration), pelaporan surat-surat pemberitahuan pajak (e-spt), pengiriman surat pemberitahuan pajak (e-filling), pembayaran pajak (e-payment) dan juga konsultasi pajak (e-counceling). Pembenahan ini didukung dengan beberapa aturan baru terkait Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Pasal 21. Peraturan tersebut adalah PER-14/PJ/2013 yang berisikan Bentuk, Isi, dan Tata Cara Pengisian serta Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT PPh Pasal 21). e-spt adalah surat pemberitahuan beserta lampiran-lampirannya dalam bentuk digital yang disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) secara elektronik atau dengan menggunakan media komputer (Liberti 2008:35). Penggunaan e-spt PPh Pasal 21 dimaksudkan agar semua proses pelaporan perpajakan yang dilakukan 4

setiap bulan ini berjalan dengan baik, lancar, akurat, dan transparan serta mempermudah wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Penelitian ini ingin meninjau lebih khusus pada variabel yang mempengaruhi pelaporan e-spt PPh Pasal 21. Berdasarkan laporan tahunan yang dikeluarkan oleh DJP tahun 2012, jumlah wajib pajak yang melaporkan dengan menggunakan e-spt hampir selalu meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2012 lebih dari 100.000 wajib pajak sudah menggunakan e-spt. Namun jumlah ini masih relatif sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah keseluruhan wajib pajak terdaftar yaitu sekitar 25 juta wajib pajak. Angka ini menunjukkan bahwa penggunaan dan penerapan fasilitas yang berbasis teknologi informasi di dalam administrasi perpajakan belum dilakukan secara optimal. Tabel 1.2. Perbandingan Jumlah Wajib Pajak dan Wajib Pajak Yang Menggunakan e-spt Tahun Jumlah Wajib Pajak Jumlah Wajib Pajak yang menggunakan e-spt Persentase e-spt (%) 2008 10,682,099 43,897 0.41 2009 15,911,576 58,880 0.37 2010 19,112,590 61,651 0.32 2011 22,319,073 120,790 0.54 2012 24,812,569 117,092 0.47 Sumber : diolah dari Laporan Dirjen Pajak Tahun 2012 Berdasarkan Tabel 1.2, belum banyak wajib pajak yang memilih untuk menggunaan e-spt, terbukti dengan jumlah pengguna yang tidak bertambah dari tahun ke tahun. Jumlah pengguna e-spt sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah wajib pajak yang terdaftar di Indonesia. 5

Hal ini menjadi masalah ketika DJP mengeluarkan kewajiban yang mewajibkan Wajib Pajak menggunakan e-spt sebagai media pelaporan PPh Pasal 21 namun dalam prakteknya sebagian besar wajib pajak belum mengindahkan peraturan ini. PPh Pasal 21 merupakan laporan yang berulang-ulang digunakan, karena dapat dilaporkan setiap bulan dalam SPT Masa maupun SPT tahunan, untuk itu disediakannya e-spt PPh Pasal 21 diharapkan dapat membantu mempermudah pengerjaan SPT sehingga lebih banyak lagi wajib pajak yang melaporkan kewajiban perpajakannya. Menurut penelitian Rahmawati (2013) bahwa sosialisasi berpengaruh terhadap kesadaran dan kepatuhan wajib pajak. Dalam penelitian Widiastuti (2014) perlu dilakuan peningkatan intensitas waktu sosialisasi terhadap wajib pajak seperti mengadakan bimbingan teknis secara berkala kepada wajib pajak yang diwajibkan menggunakan e-spt sebagai media pelaporan. Sosialisasi perpajakan yang diberikan dapat meningkatkan pengetahuan wajib pajak mengenai kewajiban perpajakannya. Sosialisasi perpajakan yang diberikan kepada wajib pajak sehubungan dengan adanya peningkatan pelayanan dalam bentuk e-spt dirasa masih kurang memadai. Dengan diberikannya sosialisasi perpajakan yang intens, diharapkan wajib pajak dapat memiliki pengetahuan yang memadai untuk melaporkan e-spt PPh Pasal 21 dengan akurat dan tepat waktu. Niat untuk menggunakan e-spt dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya seperti manfaat dan kemudahan yang didapat. Dalam penelitian yang 6

dilakukan Davis (1989) menemukan bahwa hubungan persepsi kemudahan terhadap penggunanya lebih kuat dari konstruk manapun. Igbaria et al (1997) juga menemukan hal yang sama bahwa persepsi kemudahan mempunyai pengaruh langsung terhadap penggunaan aktual. Sun dan Zhang (2003) dalam penelitiannya memaparkan bahwa kegunaan sebagai faktor yang paling penting yang mempengaruhi penerimaan pengguna dengan sedikit perkecualian.dalam penelitian Wiyono (2008) terhadap para wajib pajak yang telah mencoba menggunakan e-filling di Indonesia menunjukkan hasil bahwa persepsi kemudahan berpengaruh signifikan terhadap kegunaan teknologi. Persepsi kemudahan yang dirasakan pengguna mempengaruhi penggunaan sistem e-filling. Jika pengguna berpendapat bahwa sistem e-spt mudah digunakan maka penggunaan e-spt PPh Pasal 21 akan tercapai. Dengan diterapkannya PER 14/PJ/2013 tentang kewajiban penggunaan e-spt pada tahun 2013 diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pelaporan e-spt PPh Pasal 21. Oleh karena itu penulis mengajukan penelitian dengan judul Pengaruh Sosialisasi Perpajakan dan Kemudahan Teknologi Informasi e-spt Terhadap Pelaporan e-spt PPh Pasal 21 Menurut Persepsi Konsultan Pajak 7

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Apakah sosialisasi perpajakan dan kemudahan teknologi informasi e-spt berpengaruh terhadap pelaporan e-spt PPh Pasal 21 menurut persepsi konsultan pajak? 2. Apakah sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap pelaporan e-spt PPh Pasal 21 menurut persepsi konsultan pajak? 3. Apakah kemudahan teknologi informasi e-spt berpengaruh terhadap pelaporan e-spt PPh Pasal 21 menurut persepsi konsultan pajak? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sosialisasi perpajakan dan kemudahan teknologi informasi e-spt pelaporan e-spt PPh Pasal 21 menurut persepsi konsultan pajak. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sosialisasi perpajakan terhadap pelaporan e-spt PPh Pasal 21 menurut persepsi konsultan pajak. 8

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kemudahan teknologi informasi e-spt terhadap pelaporan e-spt PPh Pasal 21 menurut persepsi konsultan pajak. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan terkait, antara lain : 1. Manfaat Praktis a. Direktorat Jenderal Pajak Hasil penelitian ini nantinya akan memberikan evaluasi dan masukan mengenai pengaruh sosialisasi perpajakan dan kemudahan teknologi informasi e-spt terhadap minat wajib pajak dalam menggunakan e-spt PPh Pasal 21 menurut Konsultan Pajak. b. Wajib Pajak Hasil penelitian ini dapat menunjukkan bahwa penggunaan e-spt baiknya dilakukan sehingga fasilitas yang telah disiapkan oleh pemerintah dapat dipergunakan dengan maksimal. 2. Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat memberikan bukti empiris dan memberikan dijadikan sumber literatur dan dapat menjadi referensi untuk tulisan-tulisan 9

berikutnya mengenai e-spt PPh Pasal 21. Karena perkembangan teknologi yang sangat cepat, tentunya akan ada banyak perkembangan yang dilakukan pada e-spt di Indonesia. 1.5 Lokasi dan Jadwal Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bandung dengan responden para Konsultan Pajak yang tergabung dalam Ikatan Konsultan Pajak Indonesia pada 22 Oktober 2015 22 Desember 2015. 10