BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hakikat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. 1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

dokumen-dokumen yang mirip
: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono*

BAB II KAJIAN PUSTAKA

(Analisis Semiotika Terhadap Film Garuda di Dadaku)

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar dan terencana

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROUND TABLE DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

SKRIPSI. Diajukan kepada : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Oleh WILUDJENG HERAWATI NIM.

Karakteristik Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai tujuan untuk mengubah siswa agar dapat memiliki kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

PEMETAAN SK KD. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan pengertian norma, kebiasaan dan adat istiadat. Menjelaskan manfaat norma

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING KELAS VII.1 SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi seluruh umat manusia. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan seperti. Tahun 2003, yang menjelaskan bahwa :

I.PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang mutlak harus dipenuhi sebagai pengalaman

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PKN SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Skinner dalam Dimyati dan Mujiono (2002:9) belajar adalah suatu. dalam interaksi dengan lingkungannya.

KISI PLPG 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL INSIDE- OUTSIDE CIRCLE DI SDN 08 SELAYO KABUPATEN SOLOK

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

KATA PENGANTAR. Syawal Gultom NIP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memperjelas istilah pada permasalahan yang ada.

BAB II HASIL BELAJAR SISWA DAN METODE PEMBELAJARAN RESITASI. 1. Pengertian Metode Pembelajaran Resitasi

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan. Henry Randall Waite (1886) sebagaimana dikutip oleh Ubaidillah

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat serta mempelajari masalah-masalah yang ada di dalamnya. Mata

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

KONSEPSI KAJIAN PKN DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dirinya sendiri, terhadap sesamanya, dan juga dalam hubungannya dengan Tuhan

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

PAKEM PKn Oleh : Fathurrohman, M.Pd. 1. Kompetensi PKn SD : Mampu mengelola pembelajaran yang mendidik PKn SD

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Rahmudin Hipi. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

KEWARGANEGARAAN. Ruang Lingkup Mata Kuliah Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi : Etika Berkewarganegaraan. Rizky Dwi Pradana, M.Si PSIKOLOGI PSIKOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Sagala (2006:61), pembelajaran ialah membelajarkan siswa dengan menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Teori pembelajaran menurut Snelbecker (dalam Taniredja dan Mustafidah, 2011:191) sebagai seperangkat prinsip yang dapat dijadikan pedoman dalam mengatur kondisi untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam pembelajaran disekolah yang termasuk dalam pendidikan formal dipelajari berbagai mata pelajaran yang mencakup seluruh aspek kehidupan, dan salah satunya Pendidikan Kewarganegaraan. Sugihartono (2007:81) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien dengan hasil optimal. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem yang digunakan guru untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. 7

Adapun yang dimaksud dengan Pendidikan Kewarganegaraan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bagsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari pada peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jadi yang dimaksud dengan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan prosedur yang diterapkan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Secara garis besar mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3 dimensi, yaitu : a) Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (civics knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum dan moral. b) Dimensi keterampilan kewarganegaraan (civics skills) meliputi keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. c) Dimensi nilai-nilai kewarganegaraan (civics values) mencakup antara lain percaya diri, penguasaan atas nilai relijius, norma dan moral luhur (Sudjana, 2003). 2. Tujuan dan Ruang Lingkup Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan a. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan 1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif menanggapi isu kewarganegaraan. 8

2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, 2006, dalam Abdul Muis, 2010). b. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan Ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam 9

kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional. 3) Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM. 4) Kebutuhan warganegara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warganegara. 5) Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama. Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar Negara dengan kostitusi. 6) Kekuasaan dan Politik meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintah daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat dernokarasi. 7) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam 10

kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka. (Kurikulum KTSP, 2006, dalam Abdul Muis, 2010). B. LKS (Lembar Kerja Siswa) 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS) Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, LKS merupakan kependekan dari Lembar Kegiatan Siswa, yang mempunyai arti bagian pokok dari modul yang berisi tujuan umum dari topik-topik yang dibahas. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi (Sudiati, 2003:11). Dalam lembar kegiatan ini memuat materi yang harus dikuasai oleh siswa. Materi dalam lembar kegiatan siswa itu disusun secara khusus sedemikian rupa sehingga dengan mempelajari materi tersebut tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. Materi pelajaran disusun langkah demi langkah secara teratur dan sistematik sehingga siswa dapat mengikutinya dengan mudah dan tepat. Dalam lembar kegiatan juga dicantumkan kegiatankegiatan (observasi, percobaan dan lain-lain) yang harus dilakukan oleh siswa. Materi dalam lembar kegaitan disusun sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar. Selain 11

dicantumkan kegiatan-kegiatan, dalam lembar kegiatan siswa tersebut juga dicantumkan pertanyaan pertanyaan dan masalah-masalah yang harus dijawab oleh siswa. Lembar kerja yang menyertai lembar kegiatan siswa dipergunakan untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah. Setelah siswa mengerjakan atau menjawab pertanyaan yang ada pada LKS, kemudian jawabanya akan dibahas (dievaluasi) oleh guru dan siswa atau biasanya setelah siswa selesai mengerjakan LKS dikumpulkan untuk dikoreksi dan dinilai oleh guru. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah jawaban tersebut benar atau salah ataupun kurang sempurna dan apabila ada kesalahan dalam menjawab pertanyaan, siswa bisa langsung membetulkannya. Untuk itulah dalam setiap LKS biasanya disertakan dengan kunci jawaban, yang mana kunci jawaban tersebut hanya dipegang oleh guru. Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa LKS (Lembar Kegiatan Siswa) adalah bagian pokok dari modul yang berisi tujuan-tujuan umum dari materi-materi pelajaran yang akan di bahas, dimana dalam setiap LKS terdiri dari ringkasan materi-materi pelajaran tiap bab dalam satu semester, pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa, kunci jawaban yang hanya disimpan oleh guru serta dalam lembar belakang juga disertai soal-soal dari bab-bab sebelumnya yang bisa dipelajari oleh siswa untuk persiapan menghadapi ujian semester. 12

Sejalan dengan hal tersebut LKS merupakan lembar kerja bagi siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun kokurikuler untuk mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang didapat (Azhar, 1993:78). LKS (lembar kerja siswa) adalah materi ajar yang dikemas secara integrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri. Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu perangkat pembelajaran PKn yang cukup penting dan diharapkan mampu membantu peserta didik menemukan serta mengembangkan konsep PKn. LKS sebagai salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam peningkatan prestasi belajar. Dalam lembar kerja siswa (LKS) siswa akan mendapatkan uraian materi, tugas, dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diberikan. LKS dalam pengajaran akan membuka kesempatan seluasluasnya kepada siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian guru bertanggung, jawab penuh dalam memantau siswa dalam proses belajar mengajar. Penggunaan LKS sebagai alat bantu pengajaran akan dapat mengaktifkan siswa. Dalam hal ini, sesuai dengan pendapat Tim Instruktur Pemantapan Kerja Guru (PKG) dalam Sudiati (2003:11), 13

menyatakan secara tegas salah satu cara membuat siswa aktif adalah dengan menggunakan LKS. Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran kertas yang intinya berisi informasi dan instruksi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu kegiatan belajar melalui praktek atau mengerjakan tugas dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan untuk mencapai tujuan pengajaran. 2. Manfaat Lembar Kerja Siswa (LKS) Menurut tim instruktur PKG dalam Sudiati (2003: 11-12), manfaat Lembar Kerja Siswa (LKS), antara lain: a) Sebagai alternatif guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu. b) Dapat mempercepat proses belajar mengajar dan hemat waktu mengajar. c) Dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas karena siswa dapat menggunakan alat bantu secara bergantian. 3. Tujuan Lembar Kerja Siswa (LKS) Menyusun atau membuat LKS merupakan bagian dari tugas guru dalam rangka menyusun berbagai jenis program mulai dari program semester, menyusun SP (Satuan Pelajaran) serta program harian guru. Secara singkat, tugas menyusun program-program itu dipandang sebagai tugas guru hal perencanaan pengajaran. Membuat LKS sebenarnya merupakan tugas guru yang harus dilakukan 14

bersamaan dengan penyususnan Satpel, sebab gurulah yang tahu apakah dalam penyajian Satpel itu diperlukan LKS atau tidak. Guru tidak harus susah-susah membuat LKS sendiri, karena saat ini sudah banyak LKS yang diterbitkan oleh para penerbit dan tentu saja dalam pembuatanya tersebut harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan sesuai denagn buku paket. Akan tetapi, guru juga bisa membuat LKS sendiri, dengan tanpa keluar dari perencanaan pengajaran yang telah dibuatnya dan disesuaikan dengan kurikulum yang ada serta buku paket yang digunakan sebagai bahan acuan pembuatan LKS. Dari paparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari LKS yaitu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dan untuk mengefektifkan pelaksanaan belajar mengajar. Azhar (1993:78) mengatakan bahwa LKS dibuat bertujuan untuk menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikan serta mempertimbangkan proses berpikir yang akan ditumbuhkan pada diri siswa. LKS mempunyai fungsi sebagai urutan kerja yang diberikan dalam kegiatan baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler terhadap pemahaman materi yang telah diberikan. Menurut tim instruktur PKG dalam Sudiati (2003:11), tujuan adanya Lembar Kerja Siswa (LKS), antara lain: a) Melatih siswa berfikir lebih mantap dalam kegiatan belajar mengajar. 15

b) Memperbaiki minat siswa untuk belajar, misalnya guru membuat LKS lebih sistematis, berwarna serta bergambar untuk menarik perhatian dalam mempelajari LKS tersebut. Selain tujuan tersebut, LKS juga mempunyai fungsi, yang mana fungsi tersebut menyangkut guru dan siswa. Adapun fungsi LKS (Azhar, 1993:78) yaitu sebagai berikut: a) Bagi siswa LKS berfungsi untuk mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang didapat. b) Bagi guru LKS berfungsi untuk menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikannya serta mempertimbangkan proses berfikir yang akan ditumbuhkan pada diri siswa 4. Langkah-Langkah Penulisan LKS a) Melakukan analisis kurikulum; standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pembelajaran. b) Menyusun peta kebutuhan LKS c) Menentukan judul LKS d) Menulis LKS e) Menentukan alat penilaian 5. Struktur Lembar Kerja Siswa (LKS) Adapun struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut: a) Judul, mata pelajaran, semester, dan tempat b) Petunjuk belajar c) Kompetensi yang akan dicapai 16

d) Indikator e) Informasi pendukung f) Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja g) Penilaian C. Hakikat Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Spears (dalam Sardiman, 2000:20) mengemukakan bahwa belajar adalah mengobservasi, membaca, meniru, mencoba sesuatu sendiri, mendengar, dan mengikuti perintah. Pengalaman tersebut dapat diperoleh dengan adanya interaksi seseorang dengan lingkungan. Sejalan dengan pendapat tersebut Sudjana (2005) mengatakan bahwa belajar dan mengajar sebagai suatu proses yang mengandung tiga unsur yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar. 2. Definisi Hasil Belajar Menurut Nana Sudjana (2005:3), bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang telah terjadi melalui proses pembelajaran. Perubahan tingkah laku tersebut berupa kemampuan-kemapuan siswa setelah aktifitas belajar yang menjadi hasil perolehan belajar. Dengan demikian hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami 17

pembelajaran. Menurut Benjamin Bloom dalam (Nana Sudjana, 2005: 22-23) hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah yaitu: 1) Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil 10 belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi; 2) Ranah Afektif, yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima spek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penelitian, organisasi, dan internalisasi; 3) Ranah Psikomotorik, yaitu berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Tiga ranah yang dikemukakan oleh Benyamin Bloom yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik merupakan ranah yang dapat dilakukan oleh siswa. Ketiga ranah tersebut dapat diperoleh siswa melalui kegiatan belajar mengajar. Pada penelitian ini yang diukur adalah ranah kognitif saja karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai materi pelajaran. 3. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar Djamarah (2002) menyebutkan bahwa berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor dari luar individu. Clark (dalam Sabri 2005) mendukung hal tersebut dengan menyatakan bahwa 70% hasil 18

belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi lingkungan. 4. Jenis-jenis hasil belajar Bloom (dalam Sudjana 2005) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Yang dijabarkan pada poin berikut ini : a) Ranah Kognitif Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: 1) Pengetahuan (knowledge) Tipe hasil pengetahuan termasuk kognitif rendah. Namun tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hal ini berlaku bagi semua bidang studi pelajaran, misalnya hafalan suatu rumus akan menyebabkan paham bagaimana menggunakan rumus tersebut. 2) Pemahaman Pemahaman dapat dilihat dari kemampuan individu dalam menjelaskan sesuatu masalah atau pertanyaan. 3) Aplikasi Aplikasi adalah penggunaan abstraki pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi kedalam situasi baru disebut aplikasi. 19

4) Analisis Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsurunsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan susunanya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. 5) Sintetis Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintetis. Berpikir sintetis adalah berpikir divergen dimana menyatukan unsur-unsur menjadi integritas. 6) Evaluasi Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, dan pemecahan metode. b) Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatianya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. c) Ranah Psikomotor Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. 20

5. Tes hasil belajar Tes dari wujud fisik adalah sekumpulan pertanyaan atau tugas yang harus dijawab atau dikerjakan yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu berdasarkan jawaban, cara dan hasil subyek dalam melakukan atau menjawab tugas tersebut (Azwar, 1996). Tes yang dipakai untuk merekam kemajuan siswa selama pengajaran disebut tes formatif. Tes ini disusun untuk mengukur sampai dimana suatu bagian pelajaran tertentu dalam buku pelajaran. Tes dapat berupa pertanyaan kuis atau tes unit pelajaran. Tes ini menekankan pada pengukuran semua hasil pengajaran yang dimaksudkan untuk dicapai dan memakai hasil tes untuk memperbaiki pengajaran dan tidak semata-mata untuk memberi nilai. Tujuan tes ini adalah untuk mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan siswa belajar, sehingga dapat dilakukan penyesuaian dalam proses belajar mengajar. Penelitian ini lebih ditekankan untuk melihat hasil belajar siswa pada ranah kognitif khususnya pengetahuan (knowledge) yang telah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006. Hal ini didasarkan pada waktu pemberian tes hasil belajar pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. 21

D. Penelitian Yang Relevan Adapun penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini sebagaimana dilakukan oleh Zumrotul Muflakhah (2009) dengan mengangkat permasalahan pengaruh penggunaan Lembar Kerja Siswa terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini dilakukan di SMA AL- Karimi Tebuwung Dukun Gresik. Dari hasil penelitianya menunjukan bahwa penggunaan lembar kerja siswa mampu merangsang siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran dengan aktif dan ketersediaan fasilitas belajar yang memadai akan mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa dengan ditandai semakin meningkatnya nilai sebagai hasil dari proses belajar. E. Hipotesis Berdasarkan pendapat, kajian teoritis dan kerangka berfikir di atas, maka dapat diajukan rumusan hipotesis sebagai jawaban sementara atas permasalahan ini sebagai berikut: Terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan lembar kerja siswa terhadap hasil belajar siswa kelas XII pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMK Yos Sudarso Majenang. F. Kerangka Pemikiran Rancangan penelitian ini merupakan penelitian korelasi yang bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh antara dua variabel. 22

Dimana variabel bebas (Independent variable) yang dimaksud dalam penelitian ini ialah penggunaan Lembar Kerja Siswa (X) dan variabel terikatnya (dependent Variable) adalah hasil belajar siswa (Y). Menurut Arikunto (2006:121) memecah-mecah variabel menjadi subvariabel disebut kategorisasi, yakni memecah variabel menjadi kategori-kategori data yang harus dikumpulkan oleh peneliti. Bagan 2.1 Paradigma Pemikiran Ɛ LEMBAR KERJA SISWA (X) Keterangan : R y.x LEMBAR KERJA SISWA (X) Keterangan: X = Lembar Kerja Siswa Y = Hasil Belajar Siswa Ɛ = Residual (Variabel sisa/lain) 23