BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN, BESI DAN VITAMIN C DENGAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI KELAS XI SMU NEGERI I NGAWI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Remaja Putri tentang Anemia. penglihatan dan pendengaran (Notoadmodjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

MAKALAH GIZI ZAT BESI

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Anemia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sukoharjo yang beralamatkan di jalan Jenderal Sudirman

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan demikian salah satu masalah kesehatan masyarakat paling serius

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB V PEMBAHASAN. apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian anemia pada

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH REMAJA PUTRI DI WILAYAH PUSKESMAS JENGGOT KOTA PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru di Indonesia. Selain berperan sebagai ibu rumah. tangga, banyak wanita berpartisipasi dalam lapangan pekerjaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. makanan pada masa itu menjadi penyebab utama munculnya masalah gizi remaja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK GAMBARAN KECUKUPAN KONSUMSI MAKANAN PADA SISWI SMP NEGERI 19 KOTA MAKASSAR TAHUN 2009

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologik, dan perubahan sosial (Mansur, 2009). Pada remaja putri, pubertas

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN.

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012).

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). b. Tingkatan Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai tingkatan yaitu: 1) Tahu Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain adalah menyebutkan, menguraikan, dan menyatakan. 12

13 2) Memahami (Comprehension) Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan dan menginterpretasikan suatu materi secara benar. Ukuran seseorang yang telah paham dengan obyek atau materi adalah harus dapat menjelaskan, memberikan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap obyek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi adalah kemampuan untuk menerapkan materi yang telah dipelajari pada situasi yang nyata. Aplikasi di sini dapat diartikan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsip siklus pemecahan masalah dalam pemecahan masalah kesehatan. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen komponen, tetapi masih di dalam konteks dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (Synthesis) Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian bagian menjadi suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

14 kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi formulasi yang ada (Notoatmodjo, 2007). c. Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta cara hidup sehat (Notoatmojo, 2007). Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi yang bersangkutan. Peningkatan pengetahuan gizi bisa dilakukan dengan program pendidikan gizi yang dilakukan oleh pemerintah. Program pendidikan gizi dapat memberikan pengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku anak terhadap kebiasaan makannya (Soekirman, 2000). 2. Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas makhluk hidup,baik yang dapat diamati langsung maupun tidak oleh orang lain. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan : a. Perilaku tertutup

15 Respon seseorang dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. b. Perilaku terbuka Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oranglain (Notoatmodjo, 2007). 3. Gizi a. Pengertian Gizi Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan di sisi lain dengan tubuh manusia. Secara klasik ilmu gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses proses kehidupan dalam tubuh (Almatsir, 2009). b. Gizi pada remaja Masa remaja merupakan masa transisi antara anak anak dan dewasa. Perhatian khusus perlu diberikan kepada remaja perempuan agar status gizi dan kesehatan yang optimal dapat dicapai. Alasannya remaja perempuan akan menjadi seorang ibu

16 yang akan melahirkan generasi penerus yang lebih baik. (Dedeh dkk, 2010). Batasan usia remaja: 1) Masa remaja awal : 10-13 tahun 2) Masa remaja tengah : 14-16 tahun 3) Masa remaja akhir : 17-19 tahun c. Pemenuhan Gizi Remaja Putri Energi dan protein yang dibutuhkan remaja lebih banyak pada orang dewasa, begitu juga vitamin dan mineral. Seorang remaja putri membutuhkan 2.000 kalori perhari untuk mempertahankan badan agar tidak gemuk. Vitamin B1, B2, B3 penting untuk metabolisme karbohidrat menjadi energi, asam folat dan vitamin B12 untuk pembentukan sel darah merah, dan vitamin A untuk pertumbuhan jaringan. Sebagai tambahan, untuk pertumbuhan tulang dibutuhkan kalsium dan vitamin D yang cukup. Vitamin A, C dan E penting untuk menjaga jaringan jaringan baru supaya berfungsi optimal. Hal yang penting adalah zat besi pada perempuan dibutuhkan untuk metabolisme pembentukan sel sel darah merah (Husaini, 2006). Kecukupan energi diperlukan untuk kegiatan sehari hari dan proses metabolisme tubuh. Cara sederhana untuk mengetahui kecukupan energi dapat dilihat dari berat badannya. Pada remaja perempuan usia 10 12 tahun, kebutuhan energinya sebesar 50

17 60 kkal/kg BB/hari, sedangkan pada usia 13 18 tahun sebesar 40 50 kkal/kg BB/hari (Dedeh dkk, 2012). d. Status gizi Status gizi adalah keadaan seseorang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi dari makanan dalam jangka waktu yang lama. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik (Supariasa et all, 2001). Data status gizi contoh diperoleh menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dihitung berdasarkan data antropometri yaitu berat badan dan tinggi badan siswi dengan rumus: Status gizi kemudian dikategorikan menjadi kurus (IMT < 18.5), normal (IMT 18.5-24.9), risiko untuk gemuk (IMT 25.0-26.9), dan gemuk (IMT > 26.9). Mayoritas perempuan memiliki penyakit kekurangan gizi klinis. Dari 401 perempuan yang diperiksa, 231 ditemukan untuk menjadi anemia. BMI normal dan mencapai menarche sebelum usia 16. Sedangkan, penelitian menunjukkan pada remaja perempuan dengan status gizi gemuk memiliki periode menstuasi yang tidak teratur yang akan berakibat pula pada status anemia remaja tersebut (Dars et al., 2014).

18 e. Faktor faktor yang mempengaruhi status gizi pada remaja Berbagai faktor yang memicu terjadinya masalah gizi pada usia remaja antara lain adalah: 1) Kebiasaan makan yang buruk Remaja cenderung mengkonsumsi makanan seadanya tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai zat gizi dan dampak tidak dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan mereka. 2) Pemahaman gizi yang keliru Tubuh yang langsing sering menjadi dambaan bagi para remaja terutama wanita remaja. Hal itu sering menjadi penyebab masalah, karena untuk memelihara kelangsingan tubuh mereka menerapkan pengaturan pembatasan makanan secara keliru dengan menghindari konsumsi nasi. Penelitian yang dilakukan oleh Ruka Sakamaki, dkk (2004) menemukan bahwa pelajar wanita di China memiliki keinginan yang besar untuk menjadi langsing (62,0%) dibandingkan dengan pelajar lelaki (47,4%). 3) Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan menyebabkan kebutuhan gizi tak terpenuhi. Keadaan seperti ini biasanya terkait dengan mode yang tengah marak dikalangan remaja.

19 4) Promosi yang berlebihan melalui media massa Usia remaja merupakan usia dimana mereka sangat tertarik pada hal-hal baru. Masuknya produk-produk makanan baru yang berasal dari negara lain secara bebas mempengaruhi kebiasaan makan para remaja. Jenis-jenis makanan siap santap (fast food) yang berasal dari negara barat sering dianggap sebagai icon kehidupan modern oleh para remaja. Padahal berbagai jenis fast food itu mengandung kadar lemak jenuh dan kolesterol yang tinggi disamping kadar garam. Zat-zat gizi itu memicu terjadinya berbagai penyakit kardiovaskuler pada usia muda. 4. Anemia pada Remaja a. Pengertian Anemia Anemia adalah suatu keadaan tubuh yang ditandai dengan defisiensi pada ukuran dan jumlah eritrosit atau pada kadar hemoglobin yang tidak mencukupi untuk fungsi pertukaran O2 dan CO2 di antara jaringan dan darah. Pada penderita anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (hemoglobin atau Hb) di bawah nilai normal. Anemia didefinisikan suatu keadaan yang mana nilai Hb dalam darah lebih rendah dari keadaan normal (WHO, 2001). Batas kadar normal Hb untuk kelompok orang ditentukan menurut

20 umur dan jenis kelamin seperti yang diperlihatkan dalam tabel 1 dibawah ini : Tabel 1. Batas Normal Kadar Hb Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kelompok Umur Hb (gr/dl) 6 bulan - 59 bulan 11 Anak anak 5-11 tahun 11,5 12-14 tahun 12 wanita > 14 tahun 12 Dewasa wanita hamil 11 laki-laki >14 tahun 13 (WHO, 2001) b. Penyebab Anemia Menurut Proverawati (2012), penyebab anemia adalah: 1) Penghancuran sel darah merah yang berlebihan Sel-sel darah normal yang dihasilkan oleh sumsum tulang akan beredar melalui darah ke seluruh tubuh. Pada saat sintesis, sel darah yang belum matur (muda) dapat juga disekresi kedalam darah. Sel darah yang usianya muda biasanya gampang pecah sehingga terjadi anemia. Penghancuran sel darah merah yang berlebihan dapat disebabkan oleh: i. Masalah dengan sumsum tulang seperti limfoma, leukemia, atau multiple myeloma. ii. Masalah dengan system kekebalan tubuh. iii. Kemoterapi

21 iv. Penyakit kronis seperti AIDS 2) Kehilangan darah Kehilangan darah dapat disebabkan oleh : i. Perdarahan : menstruasi, persalinan ii. Penyakit : malaria, cacingan, kanker, dll 3) Penurunan produksi sel darah merah Jumlah sel darah yang diproduksi dapat menurun ketika terjadi kerusakan pada daerah sumsum tulang, atau bahan dasar produksi tidak tersedia. Penurunan produksi sel darah dapat terjadi akibat : i. Obat-obatan/ racun ii. Diet yang rendah, vegetarian ketat iii. Gagal ginjal iv. Genetik, seperti talasemia v. Kehamilan Menurut Merryana, dkk (2012) mengatakan faktor-faktor pendorong anemia pada remaja putri adalah 1) Adanya penyakit infeksi yang kronis 2) Menstruasi yang berlebihan pada remaja putri 3) Perdarahan yang mendadak seperti kecelakaan 4) Jumlah makanan atau penyerapan diet yang buruk Menurut Depkes (2003), penyebab anemia pada remaja putri dan wanita adalah:

22 1) Pada umumnya konsumsi makanan nabati pada remaja putri dan wania tinggi, dibanding makanan hewani sehingga kebutuhan Fe tidak terpenuhi. 2) Sering melakukan diet (pengurangan makan) karena ingin langsing dan mempertahankan berat badannya. 3) Remaja putri dan wanita mengalami menstruasi tiap bulan yang membutuhkan zat besi tiga kali lebih banyak dibanding laki-laki. Menurut Junadi (1995), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu : 1) Sebab langsung, yaitu karena ketidakcukupan zat besi dan infeksi penyakit. Kurangnya zat besi dalam tubuh disebabkan karena kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi, makanan cukup, namun bioavailabilitas rendah, serta makanan yang dimakan mengandung zat penghambat absorpsi besi. Infeksi penyakit yang umumnya memperbesar risiko anemia adalah cacing dan malaria. 2) Sebab tidak langsung, yaitu rendahnya perhatian keluarga terhadap wanita dan aktifitas wanita tinggi. Sebab mendasar yaitu masalah ekonomi, antara lain rendahnya pendidikan, redahnya pendapatan, status sosial yang rendah dan lokasi geografis yang sulit. c. Anemia pada Remaja Putri

23 Pada umumnya remaja putri lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati dibandingkan makanan hewani, sehingga banyak yang menderita anemia. Hal ini disebabkan zat besi dalam makanan nabati berbentuk ikatan ferri yang harus dipecah terlebih dahulu menjadi ferro oleh getah lambung sebelum diserap oleh tubuh. Sedangkan pada makanan hewani zat besi sudah dalam bentuk ferro yang lebih mudah diserap oleh tubuh (Depkes, 2003). Selain hal tersebut diatas, remaja putri lebih banyak yang terkena anemia karena remaja putri lebih sering melakukan diet pengurangan makan dengan menu yang tidak seimbang sehingga tubuh kekurangan zat-zat penting seperti zat besi dan terjadinya menstruasi setiap bulan yang berarti kehilangan darah secara rutin setiap bulannya (Depkes, 2003). Anemia yang disebabkan karena kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial seperti zat besi atauzat gizi mikro lainnya seperti asam folat dan vitamin B12 disebut anemia gizi. Kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial yang digunakan untuk pembentukan sel darah merah, merupakan penyebab sebagian besar anemia. d. Tanda dan Gejala Anemia Menurut Proverawati (2011), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah : 1) Lesu, lemah, letih, lelah, dan lunglai (5L)

24 2) Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang 3) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. e. Diagnosis Anemia Anemia didiagnosis berdasarkan pemeriksaan laboratorium dengan menentukan kadar Hemoglobin yang disesuaikan dengan tingkatan umur. World Health Organization (WHO) merekomendasikan sejumlah nilai cut off untuk menentukan anemia pada berbagai kelompok usia, jenis kelamin dan kelompok fisiologis. Adapun standar nilai hemoglobin bagi diagnosis anemia untuk kelompok populasi remaja adalah < 12 g/dl (WHO, 2011). Anemia biasanya terdeteksi dengan menghitung sel darah lengkap. Secara umum, analisa sel darah lengkap dilakukan oleh dokter atau teknisi laboratorium dengan melihat slide kaca dibuat dari sampel darah di bawah mikroskop. Saat ini, banyak pemeriksaan ini dilakukan secara otomatis atau dengan alat. Ada enam pengukuran komponen tes sel darah lengkap. Hanya tiga tes pertama yang relevan dengan diagnosis anemia (Proverawati, 2012) yaitu : 1) Hitung sel darah merah 2) Hematokrit 3) Hemoglobin 4) Sel darah putih

25 5) Diferensial darah count 6) Jumlah trombosit f. Klasifikasi Anemia Berdasarkan batasan hemoglobin, WHO (2011) juga melakukan klasifikasi anemia. Batasan hemoglobin untuk setiap klasifikasi, dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini : Tabel 2. Klasifikasi Anemia Berdasarkan Batasan Hemoglobin Klasifikasi Anemia Normal Ringan Sedang Berat Sangat Berat (WHO, 2001) Batasan Hemoglobin 12 14 gr/dl 11 11,9 gr/dl 8 10,9 gr dl 5 7,9 gr/dl < 5 gr/dl g. Faktor faktor yang mempengaruhi anemia Ada tiga faktor penting yang menyebebkan terjadinya anemia yaitu kehilangan darah karena pendarahan, perusakan sel darah merah dan produksi sel darah merah yang tidak cukup banyak. Anemia yang masih sering menjadi masalah kesehatan masyarakat adalah anemia yang disebabkan oleh faktor terakhir yaitu anemia karena kekurangan zat gizi tertentu atau disebut anemia gizi. Kekurangan zat besi merupakan salah satu penyebab dari anemia gizi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada remaja putri adalah :

26 1) Asupan zat Gizi i. Zat Besi (Fe) Tubuh mendapatkan zat besi melalui makanan. Kandungan zat besi dalam makanan berbeda-beda, dimana makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah makanan yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati dan ayam). Makanan nabati (seperti sayuran hijau tua) walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus (Gibney,2008). Rendahnya asupan zat besi kedalam tubuh yang berasal dari konsumsi zat besi dari makanan sehari-hari merupakan salah satu penyebab terjadinya anemia (Gibney, 2008). Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Selain itu zat besi mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh, yaitu: sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel,dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh (Almatsier, 2009). Pada wanita, zat besi yang dikeluarkan dari badan lebih banyak dari laki-laki. Selain dari kehilangan basal, masih ada kehilangan lewat jalur lain. Setiap bulan wanita dewasa mengalami

27 menstruasi, dan periode menstruasi dikeluarkan zat besi rata-rata sebanyak 28 mg/periode. Remaja putri selama pertumbuhan mengalami peningkatan volume darah dan jaringan tubuh sehingga membutuhkan tambahan besi untuk sintesa hemoglobin dan myoglobin (Guthrie, 1989). ii. Vitamin C Zat gizi yang telah dikenal luas sangat berperanan dalam meningkatkan absorpsi zar besi adalah Vitamin C (Almatsier, 2009). Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi non hem sampai empat kali lipat, yaitu dengan merubah besi feri menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah diabsorpsi. iii. Energi Kekurangan konsumsi energi dapat menyebabkan anemia, hal ini terjadi karena pemecahan protein tidak lagi ditujukan untuk pembentukan sel darah merah sehingga sel darah merah menjadi kurang. Pemecahan protein untuk energi dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam tubuh. iv. Protein Protein dalam darah mempunyai mekanisme yang spesifik sebagai carrier bagi transportasi zat besi pada sel

28 mukosa. Protein itu disebut transferring yang disintesa di dalam hati dan transferin akan membawa zat besi dalam darah untuk digunakan pada sintesa hemoglobin. Rendahnya kadar transferring dapat menyebabkan transportasi zat besi tidak dapat berjalan dengan baik, akibatnya kadar Hb akan menurun. 2) Perilaku makan dan minum i. Konsumsi teh / kopi Tannin yang merupakan polifenol dan terdapat dalam teh, kopi, dan beberapa jenis sayuran dan buah menghambat absorbsi besi dengan cara mengikatnya. Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum teh atau kopi waktu makan (Almatsier, 2009). 3) Tingkat Pendapatan Keluarga Pendapatan keluarga merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan, sehingga rendahnya pendapatan akan mempengaruhi rendahnya daya beli. 4) Tingkat Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). 5) Pelayanan Kesehatan

29 Pelayanan kesehatan merupakan akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan seperti penyuluhan kesehatan dan gizi serta sarana kesehatan yang baik seperti posyandu, puskesmas dan rumah sakit. 6) Penyerapan zat Besi Banyaknya zat besi yang ada dalam makanan yang kita makan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh kita tergantung pada tingkat absorbsinya. Diperkirakan hanya 5-15% besi makanan diabsorbsi oleh orang dewasa yang berada dalam status zat besi baik. Dalam keadaan defisiensi besi absorbsi dapat mencapai 50%. Penyerapan zat besi didalam usus yang kurang baik (terganggu) juga merupakan penyebab terjadinya anemia (Gibney,2008). 7) Kebutuhan zat Besi Kebutuhan zat besi pada remaja putri dipengaruhi oleh pertumbuhan fisik dan aktifitas fisik. Pada usia remaja tumbuh kembang berlangsung lambat bahkan akan berhenti menjelang usia 18 tahun, tidak berarti faktor gizi pada usia ini tidak memerlukan perhatian lagi. Selain itu keterlambatan tumbuh kembang pada usia sebelumnya akan dikejar pada usia ini. Ini berarti pemenuhan kecukupan gizi sangat penting agar tumbuh kembang berlangsung dengan sempurna

30 (Soebroto, 2009). Sifat energik pada usia remaja menyebabkan aktifitas tubuh meningkat sehingga kebutuhan zat gizinya juga meningkat (Depkes, 2003). 8) Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit adalah penyakit yang pernah diderita remaja putri yang berhubungan dengan kejadian anemia yaitu penyakit tuberculosis, malaria, dan kecacingan dalam jangka waktu sebulan terakhir. 9) Kehilangan Zat Besi Perdarahan atau kehilangan darah dapat menyebabkan anemia misalnya pada peristiwa Menstruasi. Pada remaja putri mulai terjadi menarche yang disertai pembuangan sejumlah zat besi (Gibney,2008). Menstruasi adalah runtuhnya jaringan epitel endometrium akibat pengaruh perubahan siklik keseimbangan hormonal reproduksi wanita. Ciri-ciri menstruasi normal adalah Lama siklus antara 21-35 hari, lama perdarahan 3-7 hari, perdarahan 20-80 cc persiklus, tidak disertai rasa nyeri, darah warna merah segar dan tidak bergumpal (Gibney, 2009). Kehilangan rata-rata darah secara normal pada saat menstruasi adalah sekitar 30 ml/hari yang sama dengan kebutuhan tambahan 0,5 mg zat besi per hari. Kehilangan darah setiap hari dihitung dari kandungan zat besi dalam darah yang hilang selama

31 menstruasi selama periode satu bulan. Remaja putri yang kehilangan darah menstruasi lebih dari 30 ml/ hari maka remaja putri tersebut tidak akan mampu mempertahankan keseimbangan zat besinya (Gibney, 2009). h. Dampak pada Remaja Anemia pada remaja putri akan berdampak menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar, mengganggu pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak sehingga menimbulkan gejala muka tampak pucat,letih, lesu dan cepat lelah akibatnya dapat menurunkan kebugaran dan presatasi belajar (Depkes, 2003). Sedangkan menurut Merryana, dkk (2012), dampak anemia bagi remaja putri adalah : 1) Menurunnya kesehatan reproduksi 2) Terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan 3) Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar. 4) Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal. 5) Menurunkan fisik olahraga serta tingkat kebugaran 6) Mengakibatkan muka pucat

32 B. Kerangka Konsep Pengetahuan dan perilaku tentang gizi remaja putri Kejadian Anemia pada remaja putri Faktor lain : - Riwayat Penyakit - Pelayanan Kesehatan -Asupan zat gizi -Kehilangan Zat Besi GAMBAR 1 Keterangan : : Dilakukan penelitian ---------------- : Tidak dilakukan penelitian C. Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang gizi terhadap kejadian anemia pada remaja putri di SMA N 1 Bantul Yogyakarta. 2. Ada hubungan antara perilaku tentang gizi terhadap kejadian anemia pada remaja putri di SMA N 1 Bantul Yogyakarta.

33 3. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan perilaku tentang gizi terhadap kejadian anemia pada remaja putri di SMA N 1 Bantul Yogyakarta. 4. Semakin baik tingkat pengetahuan tentang gizi semakin rendah kejadian anemia. 5. Semakin baik perilaku tentang gizi semakin rendah kejadian anemia. 6. Semakin baik tingkat pengetahuan dan perilaku tentang gizi semakin rendah kejadian anemia.