BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun di negara-negara berkembang. Berdasarkan data United State Renal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Penyakit hipertensi dikenal dengan sebutan silent killer karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal stadium akhir (gagal ginjal kronik tahap 5) dapat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan formal yaitu di puskesmas, rumah sakit, dan di apotek. Permasalahan

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis

BAB I PENDAHULUAN. naiknya kadar glukosa darah karena ketidakmampuan tubuh untuk. memproduksi insulin (IDF, 2015). DM adalah suatu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

BAB III METODE PENELITIAN. Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada periode Januari 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB I PENDAHULUAN. negara, pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan, berbagai studi dan temuan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh PRILI ARWINDA

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

I. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada pemeriksaan berulang (PERKI, 2015). Hipertensi. menjadi berkurang (Karyadi, 2002).

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

kematian sebesar atau 2,99% dari total kematian di Rumah Sakit (Departemen Kesehatan RI, 2008). Data prevalensi di atas menunjukkan bahwa PGK

BAB III METODE PENELITIAN. dengan diagnosis utama Congestive Heart Failure (CHF) yang menjalani

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan masalah medik, sosial dan ekonomik. yang sedang berkembang yang memiliki sumber-sumber terbatas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. terutama obat yang mengalami eliminasi utama di ginjal (Shargel et.al, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu keadaan dimana terdapat penurunan

BAB I PENDAHULUAN. kronik atau disebut chronic kidney disease(ckd). Chronic kidney disease

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, khususnya di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian medication error (kesalahan pengobatan) merupakan indikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) berdasarkan American Diabetes

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

I. PENDAHULUAN. metabolisme tubuh yang sudah tidak digunakan dan obat-obatan. Laju Filtrasi

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : KIRNIA TRI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lambat. PGK umumnya berakhir dengan gagal ginjal yang memerlukan terapi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara progresif dan irreversible 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control

jantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prevalensi Penyakit gangguan ginjal kronik (GGK) semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang. Berdasarkan data United State Renal Data System (USRDS) tahun 2013 diperkirakan lebih dari 20 juta (lebih dari 10%) orang dewasa di Amerika Serikat mengalami penyakit ginjal kronik per tahun. Kasus penyakit ginjal di dunia per tahun meningkat sebanyak lebih dari 50%. Menurut hasil penelitian Hallan, et al., tahun 2006 menyatakan bahwa prevalensi dari gangguan ginjal kronik pada populasi umum Eropa yaitu sebesar 10,2%, dan prevalensi Amerika Serikat yaitu sebesar 11,5%. Berdasarkan hasil survei Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) menunjukkan 12,5% (sekitar 25 juta penduduk) dari populasi penduduk Indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal (Survey Perhimpunan Nefrologi Indonesia, 2009). Hasil penelitian Ginting (2008), menunjukkan bahwa pada tahun 2004 2007 pasien GGK yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan berjumlah 934 orang, dimana pada tahun 2004 terdapat 116 orang (12,5%), tahun 2005 terdapat 189 orang (20,2%), tahun 2006 terdapat 275 orang (29,4%) dan tahun 2007 terdapat 354 orang (37,9%) (Ginting, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Romauli (2009), menunjukkan bahwa penderita GGK yang dirawat inap di RSUD. Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2007 2008 berjumlah 148 orang yaitu pada tahun 2007 terdapat 80 orang (54,1%) dan tahun 2008 terdapat 68 orang (45,9%) (Romauli, 2009). 1

Berdasarkan data penelitian yang dilakukan sebelumnya di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2004 diperoleh bahwa penggunaan obat dengan kontraindikasi pada pasien gagal ginjal sebanyak 13 kasus (40,63% dari total kasus), selain itu terjadi interaksi obat pada 9 kasus (28,13% dari total kasus) dan kasus dosis tidak tepat terjadi pada 10 kasus (31,25% dari total kasus) (Masrruroh, 2006). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di negara Iran menyatakan bahwa dari 830 resep untuk 142 pasien yang dievaluasi terdapat 193 resep (23,2%) kasus yang memerlukan penyesuaian dan 105 resep (54,4%) kasus dosis berlebih (Emami, et al,. 2012). Penyakit gangguan ginjal kronik mempengaruhi tekanan darah, jika mengalami tekanan darah yang tinggi dan tidak terkontrol dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan pembuluh darah ginjal menjadi menyempit sehingga fungsi ginjal terganggu, dan akan lebih cepat mengalami kemunduran jika terjadi hipertensi berat (Wilson, 2006). Hipertensi yang merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya penyakit ginjal akut serta penyakit ginjal kronis (chronic kidney disease/ckd) karena dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dalam ginjal sehingga mengurangi kemampuan ginjal untuk memfiltrasi darah dengan baik (Guyton dan Hall, 2006). Obat-obat yang dieksresikan melalui ginjal akan terakumulasi dengan adanya gangguan fungsi ginjal yang dapat menimbulkan efek toksik yang potensial dan bisa menurunkan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang akhirnya dapat memperburuk kondisi ginjal dan akan mengalami perpanjangan waktu paruh eliminasi serta perubahan volume distribusi (Dipiro, et al., 2008). Ketika fungsi ginjal berkurang, dosis obat yang bergantung pada ekskresi ginjal harus 2

disesuaikan dan obat nefrotoksik harus dihindari (Geerts, et al., 2012). Salah satu indikator penting untuk tercapainya terapi yang diperlukan dalam pengobatan terutama bagi pasien dengan gangguan fisiologi yang berat seperti halnya GGK adalah ketepatan dalam pemberian dosis (Munar dan Sing, 2007). Beberapa penelitian yang terkait dengan penyesuaian dosis obat pada pasien GGK, terdapat beberapa metode untuk memperkirakan aturan dosis yang tepat untuk penderita dengan kerusakan ginjal. Penyesuaian dosis pada pasien dengan kerusakan ginjal didasarkan pada klirens obat pada penderita tersebut. Dua pendekatan farmakokinetika yang umum untuk penyesuaian dosis meliputi metode yang didasarkan atas klirens obat dan metode yang didasarkan atas waktu paruh eliminasi (Hassan, et al., 2009). Sebuah penelitian di kota Medan pada tahun 2011 telah dilakukan oleh Togatorop dengan mengetahui gambaran penggunaan antihipertensi pada penderita penyakit ginjal kronik di RSUP H. Adam Malik Medan dengan 63 subyek penelitian, menggunakan metode Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) untuk mengetahui nilai laju filtrasi glomerulus (LFG) dan menyatakan bahwa regimen dosis antihipertensi sudah sesuai dengan yang direkomendasikan untuk pasien GGK. Namun keterbatasan penelitian ini hanya dilakukan perbandingan dosis yang diberikan dengan dosis yang direkomendasikan (persentase kesesuaian dosis tidak dicantumkan) dan sumber data yg digunakan hanya data rekam medik pasien (Togatorop, 2011). Pengobatan yang salah merupakan bagian terbesar dari masalah pada pasien rawat inap dan dapat menyebabkan peningkatan angka kematian dan kesakitan. Pengobatan yang rasional tidak hanya tepat dalam hal pemberian obat sesuai 3

dengan penyakit pasien tetapi juga dosis yang tepat dengan memperhatikan fungsi organ organ vital seperti ginjal. Pentingnya Pengetahuan tentang penyesuaian dosis agar dapat memastikan obat yang digunakan efektif dan akumulasi serta dapat menghindari terjadinya kerusakan pada ginjal (Hassan, et al., 2009). Strategi untuk menyesuaikan dosis pada pasien gagal ginjal dapat membantu dalam terapi obat individu dan membantu meningkatkan keamanan obat (Munar dan Sing, 2007). Saat ini pelayanan kesehatan pemerintah mengakui bahwa hingga kini masih banyak permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin dalam program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di lapangan (Depkes, 2008). Oleh karena itu untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur pemerintah sejak 1 Januari 2014 telah menetapkan suatu kebijakan adanya program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Menurut UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan secara Nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan (Kemenkes, 2013). JAMKESMAS dan BPJS merupakan kebijakan pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat terutama pada pasien GGK yang memerlukan perhatian dalam pemantauan terapi yang mencakup pengkajian kesesuaian dosis obat yg diberikan. Keberadaan Apoteker memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan Pharmaceutical Care yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah terkait obat. Sehingga Apoteker khususnya yang bekerja 4

di Rumah sakit dituntut untuk merealisasikan pelayanan kefarmasian yang lebih baik demi kepentingan dan kesejahteraan pasien. Pola pelayanan ini dilakukan dengan pemantauan terapi obat yang bertujuan mengoptimalkan penggunaan obat secara rasional (efektif, aman, bermutu dan terjangkau) serta memastikan ketepatan pemberian dosis obat pada pasien (Menkes RI, 2014). Pelayanan kesehatan yang lebih baik akan terwujud dengan adanya peran tenaga kesehatan pada penanganan permasalahan terkait obat khususnya dalam pemantauan kesesuaian dosis penggunaan obat antihipertensi pada pasien gangguan ginjal kronik. Namun masih terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yakni kurangnya penelitian dan data-data terbaru, karena hanya terdapat data penelitian dari periode Januari 2010 Maret 2010. Sehingga perlu dilakukan suatu studi pada periode JAMKESMAS (September 2013 Desember 2013) dan periode BPJS (Januari 2014 Maret 2014) yang menjadi informasi sebagai bahan evaluasi pihak Rumah Sakit dalam rentang waktu tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang membahas tentang drug related problems (DRPs): studi kesesuaian dosis penggunaan obat antihipertensi pada pasien gangguan ginjal kronik yang dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik Medan. 1.2 Kerangka Pikir Penelitian Penelitian ini menggambarkan drug related problems (DRPs): studi kesesuaian dosis penggunaan obat antihipertensi pada pasien GGK di RSUP H. Adam Malik Medan. Dalam hal ini faktor resiko berupa karakteristik pasien (usia, jenis kelamin, stadium yang diderita, jenis obat antihipertensi) merupakan variabel bebas (independent variable) dan persentase penggunaan obat 5

antihipertensi serta kesesuaian dosis obat antihipertensi sebagai variabel terikat (dependent variable). Dalam pengamatan digunakan rentang waktu yang dibagi menjadi dua periode yaitu September 2013 Desember 2013 (JAMKESMAS) dan Januari 2014 Maret 2014 (BPJS). Adapun selengkapnya mengenai gambaran kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut (Gambar 1.1): Variabel bebas Karakteristik Pasien: Usia Jenis kelamin Stadium GGK yang diderita Jenis Obat Antihipertensi Variabel terikat Persentase penggunaan obat antihipertensi Kesesuaian dosis antihipertensi 1. Sesuai 2. Tidak sesuai Periode Pengamatan - September 2013 Desember 2013 (Periode JAMKESMAS) - Januari 2014 Maret 2014 (Periode BPJS) Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian Drug Related Problems (DRPs): Studi Kesesuaian Dosis Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Gangguan Ginjal Kronik di RSUP H. Adam Malik Medan Periode September 2013 Marer 2014. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. apakah terdapat perbedaan persentase penggunaan golongan obat antihipertensi yang digunakan pada pengobatan pasien GGK pada periode JAMKESMAS (September 2013 Desember 2013) dan periode BPJS (Januari 2014 Maret 2014) di RSUP H. Adam Malik Medan? 6

b. apakah terdapat perbedaan tingkat kesesuaian dosis penggunaan obat antihipertensi pada pasien GGK pada periode JAMKESMAS (September 2013 Desember 2013) dan periode BPJS (Januari 2014 Maret 2014) di RSUP H. Adam Malik Medan? 1.3 Hipotesis Berdasarkan latar belakang diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: a. Ho: tidak terdapat perbedaan persentase penggunaan golongan obat antihipertensi yang digunakan pada pasien GGK pada periode JAMKESMAS (September 2013 Desember 2013) dan periode BPJS (Januari 2014 Maret 2014) di RSUP H. Adam Malik Medan. Hi: terdapat perbedaan penggunaan golongan obat antihipertensi yang digunakan pada pasien GGK pada periode JAMKESMAS (September 2013 Desember 2013) dan periode BPJS (Januari 2014 Maret 2014) di RSUP H. Adam Malik Medan. b. Ho: tidak terdapat perbedaan kesesuaian dosis obat antihipertensi yang diberikan pada pasien GGK pada periode JAMKESMAS (September 2013 Desember 2013) dan periode BPJS (Januari 2014 Maret 2014) di RSUP H. Adam Malik Medan. Hi: terdapat perbedaan kesesuaian dosis obat antihipertensi yang diberikan pada pasien GGK periode JAMKESMAS (September 2013 Desember 2013) dan periode BPJS (Januari 2014 Maret 2014) di RSUP H. Adam Malik Medan. 7

1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: a. perbedaan persentase golongan antihipertensi yang digunakan pada pasien GGK pada periode JAMKESMAS (September 2013 Desember 2013) dan periode BPJS (Januari 2014 Maret 2014) di RSUP H. Adam Malik Medan. b. perbedaan tingkat kesesuaian dosis penggunaan obat antihipertensi yang diberikan pada pasien GGK periode JAMKESMAS (September 2013 Desember 2013) dan periode BPJS (Januari 2014 Maret 2014) di RSUP H. Adam Malik Medan. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah dapat memberi gambaran tentang adanya drug related problems (DRPs): studi kesesuaian dosis penggunaan obat antihipertensi pada pasien gangguan ginjal kronik di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode JAMKESMAS (September 2013 Desember 2013) dan periode BPJS (Januari 2014 Maret 2014) untuk dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan masukan dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik Medan. 8