BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prevalensi Penyakit gangguan ginjal kronik (GGK) semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang. Berdasarkan data United State Renal Data System (USRDS) tahun 2013 diperkirakan lebih dari 20 juta (lebih dari 10%) orang dewasa di Amerika Serikat mengalami penyakit ginjal kronik per tahun. Kasus penyakit ginjal di dunia per tahun meningkat sebanyak lebih dari 50%. Menurut hasil penelitian Hallan, et al., tahun 2006 menyatakan bahwa prevalensi dari gangguan ginjal kronik pada populasi umum Eropa yaitu sebesar 10,2%, dan prevalensi Amerika Serikat yaitu sebesar 11,5%. Berdasarkan hasil survei Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) menunjukkan 12,5% (sekitar 25 juta penduduk) dari populasi penduduk Indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal (Survey Perhimpunan Nefrologi Indonesia, 2009). Hasil penelitian Ginting (2008), menunjukkan bahwa pada tahun 2004 2007 pasien GGK yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan berjumlah 934 orang, dimana pada tahun 2004 terdapat 116 orang (12,5%), tahun 2005 terdapat 189 orang (20,2%), tahun 2006 terdapat 275 orang (29,4%) dan tahun 2007 terdapat 354 orang (37,9%) (Ginting, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Romauli (2009), menunjukkan bahwa penderita GGK yang dirawat inap di RSUD. Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2007 2008 berjumlah 148 orang yaitu pada tahun 2007 terdapat 80 orang (54,1%) dan tahun 2008 terdapat 68 orang (45,9%) (Romauli, 2009). 1
Berdasarkan data penelitian yang dilakukan sebelumnya di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2004 diperoleh bahwa penggunaan obat dengan kontraindikasi pada pasien gagal ginjal sebanyak 13 kasus (40,63% dari total kasus), selain itu terjadi interaksi obat pada 9 kasus (28,13% dari total kasus) dan kasus dosis tidak tepat terjadi pada 10 kasus (31,25% dari total kasus) (Masrruroh, 2006). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di negara Iran menyatakan bahwa dari 830 resep untuk 142 pasien yang dievaluasi terdapat 193 resep (23,2%) kasus yang memerlukan penyesuaian dan 105 resep (54,4%) kasus dosis berlebih (Emami, et al,. 2012). Penyakit gangguan ginjal kronik mempengaruhi tekanan darah, jika mengalami tekanan darah yang tinggi dan tidak terkontrol dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan pembuluh darah ginjal menjadi menyempit sehingga fungsi ginjal terganggu, dan akan lebih cepat mengalami kemunduran jika terjadi hipertensi berat (Wilson, 2006). Hipertensi yang merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya penyakit ginjal akut serta penyakit ginjal kronis (chronic kidney disease/ckd) karena dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dalam ginjal sehingga mengurangi kemampuan ginjal untuk memfiltrasi darah dengan baik (Guyton dan Hall, 2006). Obat-obat yang dieksresikan melalui ginjal akan terakumulasi dengan adanya gangguan fungsi ginjal yang dapat menimbulkan efek toksik yang potensial dan bisa menurunkan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang akhirnya dapat memperburuk kondisi ginjal dan akan mengalami perpanjangan waktu paruh eliminasi serta perubahan volume distribusi (Dipiro, et al., 2008). Ketika fungsi ginjal berkurang, dosis obat yang bergantung pada ekskresi ginjal harus 2
disesuaikan dan obat nefrotoksik harus dihindari (Geerts, et al., 2012). Salah satu indikator penting untuk tercapainya terapi yang diperlukan dalam pengobatan terutama bagi pasien dengan gangguan fisiologi yang berat seperti halnya GGK adalah ketepatan dalam pemberian dosis (Munar dan Sing, 2007). Beberapa penelitian yang terkait dengan penyesuaian dosis obat pada pasien GGK, terdapat beberapa metode untuk memperkirakan aturan dosis yang tepat untuk penderita dengan kerusakan ginjal. Penyesuaian dosis pada pasien dengan kerusakan ginjal didasarkan pada klirens obat pada penderita tersebut. Dua pendekatan farmakokinetika yang umum untuk penyesuaian dosis meliputi metode yang didasarkan atas klirens obat dan metode yang didasarkan atas waktu paruh eliminasi (Hassan, et al., 2009). Sebuah penelitian di kota Medan pada tahun 2011 telah dilakukan oleh Togatorop dengan mengetahui gambaran penggunaan antihipertensi pada penderita penyakit ginjal kronik di RSUP H. Adam Malik Medan dengan 63 subyek penelitian, menggunakan metode Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) untuk mengetahui nilai laju filtrasi glomerulus (LFG) dan menyatakan bahwa regimen dosis antihipertensi sudah sesuai dengan yang direkomendasikan untuk pasien GGK. Namun keterbatasan penelitian ini hanya dilakukan perbandingan dosis yang diberikan dengan dosis yang direkomendasikan (persentase kesesuaian dosis tidak dicantumkan) dan sumber data yg digunakan hanya data rekam medik pasien (Togatorop, 2011). Pengobatan yang salah merupakan bagian terbesar dari masalah pada pasien rawat inap dan dapat menyebabkan peningkatan angka kematian dan kesakitan. Pengobatan yang rasional tidak hanya tepat dalam hal pemberian obat sesuai 3
dengan penyakit pasien tetapi juga dosis yang tepat dengan memperhatikan fungsi organ organ vital seperti ginjal. Pentingnya Pengetahuan tentang penyesuaian dosis agar dapat memastikan obat yang digunakan efektif dan akumulasi serta dapat menghindari terjadinya kerusakan pada ginjal (Hassan, et al., 2009). Strategi untuk menyesuaikan dosis pada pasien gagal ginjal dapat membantu dalam terapi obat individu dan membantu meningkatkan keamanan obat (Munar dan Sing, 2007). Saat ini pelayanan kesehatan pemerintah mengakui bahwa hingga kini masih banyak permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin dalam program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) di lapangan (Depkes, 2008). Oleh karena itu untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur pemerintah sejak 1 Januari 2014 telah menetapkan suatu kebijakan adanya program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Menurut UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan secara Nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan (Kemenkes, 2013). JAMKESMAS dan BPJS merupakan kebijakan pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat terutama pada pasien GGK yang memerlukan perhatian dalam pemantauan terapi yang mencakup pengkajian kesesuaian dosis obat yg diberikan. Keberadaan Apoteker memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan Pharmaceutical Care yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah terkait obat. Sehingga Apoteker khususnya yang bekerja 4
di Rumah sakit dituntut untuk merealisasikan pelayanan kefarmasian yang lebih baik demi kepentingan dan kesejahteraan pasien. Pola pelayanan ini dilakukan dengan pemantauan terapi obat yang bertujuan mengoptimalkan penggunaan obat secara rasional (efektif, aman, bermutu dan terjangkau) serta memastikan ketepatan pemberian dosis obat pada pasien (Menkes RI, 2014). Pelayanan kesehatan yang lebih baik akan terwujud dengan adanya peran tenaga kesehatan pada penanganan permasalahan terkait obat khususnya dalam pemantauan kesesuaian dosis penggunaan obat antihipertensi pada pasien gangguan ginjal kronik. Namun masih terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yakni kurangnya penelitian dan data-data terbaru, karena hanya terdapat data penelitian dari periode Januari 2010 Maret 2010. Sehingga perlu dilakukan suatu studi pada periode JAMKESMAS (September 2013 Desember 2013) dan periode BPJS (Januari 2014 Maret 2014) yang menjadi informasi sebagai bahan evaluasi pihak Rumah Sakit dalam rentang waktu tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang membahas tentang drug related problems (DRPs): studi kesesuaian dosis penggunaan obat antihipertensi pada pasien gangguan ginjal kronik yang dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik Medan. 1.2 Kerangka Pikir Penelitian Penelitian ini menggambarkan drug related problems (DRPs): studi kesesuaian dosis penggunaan obat antihipertensi pada pasien GGK di RSUP H. Adam Malik Medan. Dalam hal ini faktor resiko berupa karakteristik pasien (usia, jenis kelamin, stadium yang diderita, jenis obat antihipertensi) merupakan variabel bebas (independent variable) dan persentase penggunaan obat 5
antihipertensi serta kesesuaian dosis obat antihipertensi sebagai variabel terikat (dependent variable). Dalam pengamatan digunakan rentang waktu yang dibagi menjadi dua periode yaitu September 2013 Desember 2013 (JAMKESMAS) dan Januari 2014 Maret 2014 (BPJS). Adapun selengkapnya mengenai gambaran kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut (Gambar 1.1): Variabel bebas Karakteristik Pasien: Usia Jenis kelamin Stadium GGK yang diderita Jenis Obat Antihipertensi Variabel terikat Persentase penggunaan obat antihipertensi Kesesuaian dosis antihipertensi 1. Sesuai 2. Tidak sesuai Periode Pengamatan - September 2013 Desember 2013 (Periode JAMKESMAS) - Januari 2014 Maret 2014 (Periode BPJS) Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian Drug Related Problems (DRPs): Studi Kesesuaian Dosis Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Gangguan Ginjal Kronik di RSUP H. Adam Malik Medan Periode September 2013 Marer 2014. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. apakah terdapat perbedaan persentase penggunaan golongan obat antihipertensi yang digunakan pada pengobatan pasien GGK pada periode JAMKESMAS (September 2013 Desember 2013) dan periode BPJS (Januari 2014 Maret 2014) di RSUP H. Adam Malik Medan? 6
b. apakah terdapat perbedaan tingkat kesesuaian dosis penggunaan obat antihipertensi pada pasien GGK pada periode JAMKESMAS (September 2013 Desember 2013) dan periode BPJS (Januari 2014 Maret 2014) di RSUP H. Adam Malik Medan? 1.3 Hipotesis Berdasarkan latar belakang diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: a. Ho: tidak terdapat perbedaan persentase penggunaan golongan obat antihipertensi yang digunakan pada pasien GGK pada periode JAMKESMAS (September 2013 Desember 2013) dan periode BPJS (Januari 2014 Maret 2014) di RSUP H. Adam Malik Medan. Hi: terdapat perbedaan penggunaan golongan obat antihipertensi yang digunakan pada pasien GGK pada periode JAMKESMAS (September 2013 Desember 2013) dan periode BPJS (Januari 2014 Maret 2014) di RSUP H. Adam Malik Medan. b. Ho: tidak terdapat perbedaan kesesuaian dosis obat antihipertensi yang diberikan pada pasien GGK pada periode JAMKESMAS (September 2013 Desember 2013) dan periode BPJS (Januari 2014 Maret 2014) di RSUP H. Adam Malik Medan. Hi: terdapat perbedaan kesesuaian dosis obat antihipertensi yang diberikan pada pasien GGK periode JAMKESMAS (September 2013 Desember 2013) dan periode BPJS (Januari 2014 Maret 2014) di RSUP H. Adam Malik Medan. 7
1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: a. perbedaan persentase golongan antihipertensi yang digunakan pada pasien GGK pada periode JAMKESMAS (September 2013 Desember 2013) dan periode BPJS (Januari 2014 Maret 2014) di RSUP H. Adam Malik Medan. b. perbedaan tingkat kesesuaian dosis penggunaan obat antihipertensi yang diberikan pada pasien GGK periode JAMKESMAS (September 2013 Desember 2013) dan periode BPJS (Januari 2014 Maret 2014) di RSUP H. Adam Malik Medan. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah dapat memberi gambaran tentang adanya drug related problems (DRPs): studi kesesuaian dosis penggunaan obat antihipertensi pada pasien gangguan ginjal kronik di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode JAMKESMAS (September 2013 Desember 2013) dan periode BPJS (Januari 2014 Maret 2014) untuk dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan masukan dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan kefarmasian di RSUP H. Adam Malik Medan. 8