LAMPIRAN Wawancara Dengan Hendrik Pah, di Desa Oebelo, Kabupaten Kupang, 28 April 2012. Peneliti : Dari mana gong berasal? Narasumber : Gong di Rote awalnya berasal dari pedagang Makasar. Mereka menjual gong kepada orang Rote. Peneliti : Berapa jumlah gong yang pertama kali dibeli? Narasumber : Pertama kali gong yang dibeli orang Rote dari orang Makasar berjumlah sembilan. Peneliti : Mengapa saat ini pada umumhya gong Rote berjumlah sembilan? Narasumber : Sebelum ada gong, sudah ada Sasando. Sasando memiliki sembilan dawai. Setelah gong pertama dibeli, orang Rote memesan tambahan delapan gong agar berjumlah sembilan, sesuai jumlah dawai sasando. Peneliti : Berbahan dasar apakah gong yang dibeli dari orang Makasar? Narasumber : Gong-gong tersebut berbahan dasar logam. Peneliti : Bagaimana sistem penalaan gong logam? 41
Narasumber : Gong logam menggunakan sistem penalaan yang dipakai Sasando. Peneliti : Adakah alat musik selain gong logam di pulau Rote pada masa itu? Narasumber : Ya, pada masa itu ada alat musik berbahan kayu, namun belum ada sebutannya. Peneliti : Jika tidak ada istliah tertentu, bagaimana menyebut alat musik tersebut? Narasumber : Orang-orang menyebutnya gong kayu. Peneliti : Jadi apakah gong kayu? Narasumber : Gong kayu adalah instrumen yang terbuat dari bahan kayu dengan nada-nada yang sama dengan gong. Peneliti : Bagaimana hubungan gong kayu dengan gong logam? Narasumber : Gong kayu dan logam sama memiliki sembilan nada yang sesuai dengan sasando. Mereka dimainkan pada acara-acara masyarakat. Peneliti : Bagaimana menyusun bilah-bilah gong kayu? 42
Narasumber : Bilah-bilah gong kayu tersebut disusun berderet. Yang paling besar berada paling kiri, ke kanan semakin kecil, dan yang terkecil berada di daerah paling kanan. Peneliti : Apakah nama bilah-bilah tersebut? Narasumber : Gong dalam bahasa Rote adalah meko. Secara filosofis bilah-bilah gong kayu melambangkan keluarga, yaitu Ina (ibu), Ngasak/Nggasa (ayah), dan Ana (anak-anak). Meko Ina terdiri atas Meko Ina Makamu (mama besar atau sulung), meko inak Tatae (mama tengah), meko ina Laladan (mama kecil atau bungsu). Meko Nggasa terdiri atas Meko Nggasa Laing (bapa besar atau sulung) dan Meko Nggasa Daeng (bapa kecil atau bungsu). Meko Ana terdiri atas Meko Ana Leko (anak pertama), Meko Ana Paiseli (anak kedua), Meko Ana Laladan (anak ketiga), dan Meko Ana Do'odea (anak keempat atau bungsu). Meko Ina Makamu merupakan bilah berukuran terbesar yang memiliki nada paling rendah dan Meko Ana Do'odea merupakan bilah berukuran terkecil yang memiliki nada paling tinggi. Bilah-bilah ini ditabuh menggunakan dua batang kayu kecil yang disebut tutuai meko. Peneliti : Bagaimana menala gong kayu? Narasumber : Bilah-bilah gong kayu dipotong dan dan diserut sampai mendapatkan nada yang diinginkan. 43
Peneliti : Bagaimana gong kayu difungsikan dalam kehidupan masyarakat? Narasumber : Gong kayu digunakan perkawinan, kematian, penyambutan tamu, pemberkatan rumah baru, dan lain-lain. Peneliti : Bagaimana gong kayu difungsikan dalam aspek edukatif? Narasumber : Gong kayu digunakan dalam pelajaran Muatan Lokal di Sekolah Dasar. Peneliti : Bagaimana gong kayu digunakan dalam kesenian? Narasumber : Gong kayu digunakan untuk mengiring tarian tradisional, yang meliputi Te o Renda, Tai Benu, Lelendok, Batu Matia Telu, Teotona, Manalolobanda, Siolayar, Tete o, Fe o Nggeok, Bobouk Foti, yang terbagi atas Bobouk Daek dan Kakamusu, Kaka Filanda, Manukaka, Lelendo Ndao, Fila Kapong, Koanini, Dede Kode, Enggalutu, Inana Bo i, Ka Ki Na, Renggus (Li Renggus), Nggafarina Teorona, Foti Lurus, Ova Langga. Peneliti : Mengapa memilih gong kayu? Narasumber : Bahan baku lebih murah, proses pembuatan lebih mudah, memungkinkan untuk dipadu dengan sasando. 44
Gambar Gong Kayu Rote Tutuai Meko Ana Do odea Ana Laladan Ana Paiseli Ana Leko Nggasa Daeng Ina Makamu Ina Tatae Ina Laladan Nggasa Laing 45
Foto Narasumber dan Penulis Hendrik Pah 46
Biodata Narasumber Nama : Hendrik Pah TTL : Rote, 7 Februari 1959 Ayah : Paulus Pah Ibu : Saripi Nggelan Saudara : 9 (Laki-laki : 8, Perempuan : 1) Anak ke : 5 Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar Istri : Maria Ndun, menikah di Rote pada 27 April 2000 Anak-anak : Saripi Balla-Pah dan Wehelmince Duil-Pah. Pah pindah ke Kupang tahun 1987, berprofesi sebagai pemusik daerah dan pengrajin alat musik dan seni kriya tradisional suku Rote (sasando, tii langga, dan gong). Pah secara otodidak mempelajari nada-nada yang digunakan pada sasando. Setelah menguasai nada sasando baru membuat gong kayu. Belajar gong sejak usia sepuluh tahun. Prestasi dan kegiatan yang pernah diikuti : Hari Ulang Tahun Kompas dibuat di Bali : Bermain bersama Dewa Budjana, Krisdayanti, dan Maya Hasan Di Jakarta bersama Doni Suhendra Bermain sasando di Istana Merdeka pada Upacara Penurunan Bendera tahun 2006 Bermain sasando pada Konser Dwiki Dharmawan Lomba Sasando Gong di Aula Eltari Kupang, bersama Dwiki Dharmawan, merebutkan piala Presiden Bermain Sasando di TMII bermain bersama Mandra pada acara ulang Tahun Partai Golongan Karya yang diundang oleh Ketua Partai Golongan Karya Bermain di sasando dan gong kayu di Timor Leste Lomba Sasando dalam peringatan ulang tahun ABRI tahun 1990, di Kupang Lomba Sasando merebutkan piala walikota 1991, di Kupang 47
Memimpin SMA Oesao bermain sasando di Sabu Mengajari gong dan menari pada siswa klas IV,V, VI Sekolah Dasar GMIT Oebelo 48