kebutuhan publik pada skala lokal. Oleh karena itu terdapat kewenangan sepenuhnya diberikan ke daerah. (Penjelasan

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS IMPLEMENTASI DAN KONTRIBUSI PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN PULAU MOROTAI

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, pembangunan yang merata di Indonesia sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan Nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah dan dikelola oleh pemerintah. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang negatif. Dampak ini dapat dilihat dari ketidakmerataan

BAB I PENDAHULUAN. utuh, sehingga wilayah negara Indonesia terbagi ke dalam daerah otonom.

BAB I PENDAHULUAN. dampak hampir pada semua aspek atau sektor kehidupan. Dampak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan dengan otonomi daerah yang mulai direalisasikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan Otonomi Daerah membuat Pemerintah menggantungkan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah di Indonesia telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. nyata dan bertanggung jawab. Sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab I : Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 1996 dan

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. daerah masalah perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya sendiri, pada tahun ini juga tonggak sejarah reformasi manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. mengingat kebutuhan serta kompleksitas permasalahan yang ada saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu bentuk apresiasi pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan. kewenangan yang semakin besar kepada daerah dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

Kabupaten Pulau Morotai Cukup Baik.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 memberikan dampak yang besar dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak erat sekali hubungannya dengan pembangunan, pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I PENDAHULUAN. utama, yaitu fungsi alokasi yang meliputi: sumber-sumber ekonomi dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi daerah, sebagaimana halnya di bidang-bidang lainnya. Usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur

PENDAHULUAN. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran. pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali. Secara langsung, yang

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. wilayah yang lebih kecil. (Josef Riwu Kaho, 1998:135) pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuntutan reformasi disegala bidang membawa dampak terhadap hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi menjadi sistem desentralisasi merupakan konsekuensi logis dari

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. untuk diselesaikan oleh pemerintah daerah. Salah satu urusan yang diserahkan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai biasanya bersifat kualitatif, bukan laba yang diukur dalam rupiah. Baldric

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. perimbangan keuangan pusat dan daerah (Suprapto, 2006). organisasi dan manajemennya (Christy dan Adi, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah dipandang sebagai suatu proses yang memberikan kemampuan profesional kepada pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pemenuhan terhadap kebutuhan publik pada skala lokal. Oleh karena itu terdapat beberapa pemindahan kekuasaan diantaranya, kewenangan diserahkan ke daerah, penerapan sistem sentralisasi yang kemudian digantikan dengan sistem desentralisasi yang artinya kewenangan sepenuhnya diberikan ke daerah. (Penjelasan undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah). Desentralisasi didefenisikan dalam undang-undang Nomor 33 tahun 2004 adalah sebagai penyerahan pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk megatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Republik Indonesia. Wewenang semacam ini diharapkan agar daerah otonom tidak hanya menerima bantuan subsidi dari pusat, tetapi dituntut juga untuk menggali potensi dan sumber keuangan baru yang juga digali dari sumbersumber pendapatan asli daerahnya yang tidak bertentangan 1

2 dengan kepentingan nasional sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Djalil, 2014) Meskipun pelaksanaan otonomi daerah sudah dilaksanakan, namun baru sedikit pemerintah daerah yang mengalami peningkatan kemandirian keuangan daerah secara signifikan. Menurut Djalil (2014) berdasarkan data dari Kementrian Keuangan pada tahun anggaran 2011 terdapat 10 Kabupaten dengan pendapatan asli daerah terendah di seluruh Indonesia. Tabel 1.1 Kabupaten dengan PAD terendah tahun anggaran 2011 No Kabupaten Jumlah PAD 1 Kabupaten Membramo Raya 1.191,99 2 Kabupaten Pulau Morotai 1.927,47 3 Kabupaten Maybrat 2.384,13 4 Kabupaten Serang Bagian Barat 2.456,72 5 Kabupaten Buru Selatan 2.521,27 6 Kabupaten Nias Barat 2.862,26 7 Kabupaten Intan Jaya 3.207,17 8 Kabupaten Tambrauw 3.357,18 9 Kabupaten Mambramo Tengah 3.464,60 10 Kabupaten Puncak Jaya 3.633.30 Sumber: (Djalil, 2014) Kecilnya kontribusi PAD terhadap pendapatan daerah menunjukan ketergantungan daerah kepada Pemerintah Pusat. Keterbatasan kemampuan daerah dalam menghasilkan PAD dan kecenderungan meningkatnya kebutuhan dana untuk

3 membiayai fungsi pemerintah daerah, seperti terlihat dalam data di atas, mengharuskan pemerintah daerah untuk semakin meningkatkan kemandirian keuangan daerah melalui optimalisasi PAD. Menurut Mahmudi (2010) meskipun pelaksanaan otonomi daerah sudah dilaksanakan sejak 1 Januari 2001, namun hingga Tahun 2006 baru sedikit Pemerintah Daerah mengalami peningkatan kemandirian keuangan daerah secara signifikan. Berdasarkan kenyataan tersebut, penting bagi pemerintah daerah untuk menaruh perhatian yang lebih besar untuk manajemen PAD. Manajemen PAD tidak berarti eksploitasi PAD, tetapi bagaimana Pemerintah Daerah mampu mengoptimalkan penerimaan PAD sesuai dengan potensi yang dimiliki, tentunya upaya untuk meningkatkan pajak daerah semakin lebih baik lagi. Bahkan lebih dari itu bagaimana pemerintah daerah mampu meningkatkan potensi PAD dimasa mendatang. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 lahir sebagai upaya untuk mengubah sistem perpajakan daerah yang berlangsung di Indonesia. Pajak memiliki dua fungsi yaitu pajak untuk meningkatkan kas negara dan pajak untuk

4 meningkatkan kas daerah. Menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000, pajak daerah dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya pajak hotel, dan pajak restoran. Pajak daerah adalah sumber pendapatan yang sangat menjanjikan bagi daerah di era otonomi daerah. Pemerintah daerah memegang peran besar dalam hal perpajakan, khususnya pajak daerah. Sumber pendapatan daerah dari pajak Nasional memang tidak sepenuhnya dialokasikan ke daerah. Penentuan tarif pajak telah ditetapkan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah tidak diperbolehkan menentukan tarif pajak di atas nilai yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Daerah hanya diperbolehkan menentukan tarif maksimum pajak daerah agar seragam bagi semua daerah sehingga tidak memberatkan Wajib Pajak (WP) yang ada di daerah. Dengan demikian, setiap daerah dapat berkompetisi untuk memungut wajib pajak sebanyak mungkin tentunya yang sudah ditetapkan undang-undang (Resmi, 2014). Diantara sumber-sumber pendapatan tersebut, hasil pajak daerah merupakan sumber pendapatan yang sangat potensial dan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan pendapatan asli daerah, disamping sumber-

5 sumber pendapatan daerah lainnya, salah satu jenis pajak daerah yang ada pada sebagian Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi penerimaan pendapatan asli daerah adalah pajak hotel dan pajak restoran begitu juga dengan Kabupaten Pulau Morotai yang juga memerlukan pembiayaan pembangunan dalam pelaksanaan otonomi daerah yang salah satunya diperoleh dengan mengadakan pemungutan pajak hotel dan pajak restoran. Sasaran peningkatan sumber pendapatan daerah yang berasal dari pajak daerah memiliki dua arti strategis yaitu sebagai sumber pembiayaan pembangunan daerah dan sebagai salah satu komponen dalam melaksanakan otonomi daerah. Beberapa komponen pembiayaan pembangunan Pemerintahan Kabupaten Pulau Morotai, diantaranya pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain sebagainya. Pendapatan asli daerah sangat berperan besar dalam peningkatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pajak daerah termasuk dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sangat mempengaruhi penerimaan daerah. Dengan ditetapkannya pajak hotel dan pajak restoran sebesar 10%, maka setiap hotel dan restoran akan memberikan

6 10% dari pendapatan atas jasa hotel dan pelayanan restoran kepada para konsumen yang menikmatinya. Pajak hotel dan pajak restoran adalah salah satu sumber PAD yang sangat potensial di Kabupaten Pulau Morotai dan memberikan pemasukan yang cukup bila dilihat dari komponen pajak daerah lain, karena Kabupaten Pulau Morotai sudah dikenal sejak dilaksanakannya event Nasional yaitu sail Morotai pada tahun 2012. Potensi ini dapat dijadikan sektor andalan yang memiliki nilai ekonomis baik dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Maluku Utara umumnya maupun masyakarat Pulau Morotai khususnya. Berdasarkan kunjungan wisatawan inilah yang dapat memberikan kontribusi kepada daerah salah satunya berupa pajak hotel dan pajak restoran, selain itu Kabupaten Pulau Morotai merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang mengalami pembangunan yang cukup pesat terutama di bidang perhotelan dan restoran. Kabupaten Pulau Morotai juga menjadi sentral kegiatan terutama kegiatan bisnis yang mana Kabupaten Pulau Morotai telah diresmikan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai dan pihak swasta bekerja sama

7 untuk meningkatkan kemajuan daerah dengan menyediakan sarana publik seperti perhotelan dan restoran agar Kabupaten Pulau Morotai semakin berkembang di kemudian hari. Meskipun Kabupaten Pulau Morotai sudah mengalami perkembangan sejak dilaksanakannya sail Morotai di tahun 2012 sampai diresmikannya kawasan ekonomi khusus yang sudah tentu daya tarik sebagai salah satu Kota yang menjadi daerah tujuan wisata dan kegiatan bisnis akan semakin terlihat jelas dan yang pastinya pendapatan dari sektor hotel dan restoran meningkat. Akan tetapi pendapatan pemerintah daerah dari sektor PAD belum terlihat jelas, hal ini sesuai dengan apa yang ungkapkan oleh Djalil berdasarkan data dari Kementrian Keuangan bahwa pada tahun 2011 terdapat 10 Kabupaten dengan PAD terendah diseluruh Indonesia dan Kabupaten Pulau Morotai berada diurutan ke 2 (dua) PAD terendah. Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan pajak hotel dan pajak restoran. Oleh sebab itu, penulis akan melakukan penelitian dengan judul Analisis Implementasi dan Kontribusi Pajak Hotel dan Pajak Restoran terhadap

8 Penerimaan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Pulau Morotai. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi: 1. Seberapa besar kontribusi pajak hotel dan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Pulau Morotai? 2. Seberapa besar efektivitas pajak hotel dan pajak restoran terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Pulau Morotai? 3. Apa kendala yang dihadapi dalam pengelolaan pajak hotel dan pajak restoran dan upaya apa yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Pulau Morotai? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui seberapa besar kontribusi pajak hotel dan pajak restoran terhadap PAD di Kabupaten Pulau Morotai. 2. Mengukur efektivitas penerapan pajak hotel dan pajak restoran terhadap PAD di Kabupaten Pulau Morotai.

9 3. Mengidentifikasi kendala yang muncul dalam pengelolaan pajak hotel dan pajak restoran di Kabupaten Pulau Morotai serta memberikan alternatif solusi terhadap kendala yang dihadapi. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis 1.1 Sebagai masukan bagi kalangan akademisi dan peneliti yang tertarik untuk membahas mengenai analisis implementasi dan kontribusi pajak hotel dan pajak restoran terhadap penerimaan pendapatan asli daerah. 1.2 Pendalaman terkait dengan manajemen pendapatan asli daerah dan menambah khasanah intelektual khususnya di bidang ilmu manajemen keuangan. 1.3 Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi penelitian selanjutnya, penggiat peneliti serta semua pihak yang tertarik dalam mengkaji dan mendalami mengenai implementasi dan kontribusi pajak hotel dan pajak restoran terhadap penerimaan PAD di daerah.

10 2. Manfaat Praktis 2.1 Secara praktis diharapkan dapat dijadikan bahan atau pedoman bagi pemerintah daerah dalam pengembangan pendapatan asli daerah pada masa yang akan datang. 2.2 Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah Kabupaten Pulau Morotai terhadap penerimaan pendapatan asli daerah. 2.3 Sebagai bahan pembelajaran dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa manajemen keuangan yang ingin melakukan penelitian di bidang pajak hotel dan pajak restoran diwaktu yang akan datang.