BAB I PENDAHULUAN. yang layak bagi seluruh rakyat yang pada gilirannya akan mewujudkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development

BAB I PENDAHULUAN. bentuk upaya pengentasan kemiskinan dalam masyarakat. kesejahteraan di wilayah tersebut. Dengan demikian, kemiskinan menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan menjadi salah satu alasan rendahnya Indeks Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasan utama dalam penelitian ini. Minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pendekatan pembangunan yang berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. adalah penanggulangan kemiskinan yang harus tetap dilaksanakan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah pembangunan Indonesia seutuhnya. Kemiskinan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sampai saat ini, karena itulah program-program pengentasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. (Pemekaran setelah Undang-Undang Otonomi Khusus) yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. tinggal yang terdiri dari beberapa tempat hunian. Rumah adalah bagian yang utuh

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan provinsi paling timur di Indonesia, memiliki luas wilayah

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini menganalisis partisipasi masyarakat melalui implementasi. penanggulangan kemiskinan di perkotaan melalui Program Nasional

BAB 12. PENANGGULANGAN KEMISKINAN KELUARGA DI INDONESIA. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

PNPM MANDIRI PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

NOMOR : TANGGAL : TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi dampak..., Radiana Mahaga, FE UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khaidar Syaefulhamdi Ependi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. beruntung (disadvabtaged groups), seperti orang miskin, orang dengan kecacatan,

PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang,

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan yang semakin meningkat akhir-akhir ini dapat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

Evaluasi Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

III. KERANGKA PEMIKIRAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional dapat dikatakan berhasil apabila

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya seperti Indonesia. Kemiskinan seharusnya menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah sesuatu yang menyejahterakan dan menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dapat ditingkatkan kalau kemiskinan dapat dikurangi. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menerus di bidang fisik, ekonomi dan lingkungan sosial yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh rakyat yang pada gilirannya akan mewujudkan kesejahteraan penduduk Indonesia. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu. (Nasir, Saichudin, dan Maulizar, 2008) Kemiskinan Perkotaan dan Ulasan Program World Bank 2012, mengidentifikasi kunci bagi masyarakat miskin perkotaan, serta kesenjangan dalam kebijakan dan program. Inefisiensi sasaran pada program-program sosial, meningkatkan perluasan wilayah kumuh informal di daerah marjinal, dan kesenjangan dalam penyediaan layanan. Pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang dijalankan di Indonesia mengacu pada konsep pembangunan untuk pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan kurang memperhatikan aspek lingkungan. Kegiatan pembangunan prasarana dibuat atas dasar pemikiran bahwa prasarana di Indonesia sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk membuka akses

informasi dan pemasaran terutama di daerah terpencil atau tertinggal. Meskipun demikian, kegiatan perbaikan prasarana ini tidak hanya sebatas membangun program fisik, tetapi lebih dimaksudkan untuk menyiapkan tatanan sosial masyarakat yang lebih baik sekaligus memberdayakan masyarakat agar mampu mengakses manfaat program fisik secara optimal bagi perbaikan pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Kemiskinan menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan di wilayah tersebut.dengan demikian, kemiskinan menjadi salah satu tema utama pembangunan.keberhasilan dan kegagalan pembangunan acapkali diukur berdasarkan perubahan pada tingkat kemiskinan (Suryahadi dan Sumarto, 2001). Kemiskinan juga merupakan sebuah hubungan sebab akibat (kausalitas melingkar) artinya tingkat kemiskinan yang tinggi terjadi karena rendahnya pendapatan perkapita, pendapatan perkapita yang rendah terjadi karena investasi perkapita yang juga rendah. Tingkat investasi perkapita yang rendah disebabkan oleh permintaan domestik perkapita yang rendah juga dan hal tersebut terjadi karena tingkat kemiskinan yang tinggi dan demikian seterusnya, sehingga membentuk sebuah lingkaran kemiskinan sebagai sebuah hubungan sebab dan akibat (teori Nurkse) dan telah dibuktikan untuk contoh kasus lingkar kemiskinan di Indonesia (Sumanta, dalam Apriyanti, 2011:1-2). Kemiskinan merupakan masalah pembangunan yang ditandai dengan pengangguran, keterbelakangan, dan keterpurukan.masyarakat miskin lemah dalam kemampuan berusaha dan mempunyai akses yang terbatas kepada kegiatan xii

sosial ekonomi.permasalahan kemiskinan sangat kompleks dan upaya penanggulangannya harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu. (Hendriwan, 2003) Kemiskinan merupakan keadaan yang timbul ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Menurut BAPPENAS, (dalam Crescent 2003:4) mendefinisikan kemiskinan sebagai suatu situasi atau kondisi yang dialami seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. Kondisi tersebut menyebabkan rendahnya kualitas penduduk seperti terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini sedangdihadapkan pada kenyataan yang masih luasnya tingkat kemiskinan terutama di pedesaan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Maret 2013, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai angka 28.07 juta jiwa atau sekitar 11.37% dari total penduduk Indosesia. Meskipun mengalami penurunan sebesar 0.29%dibandingkan tahun lalu, masalah kemiskinan tetap menjadi salah satu fokus utama pemerintah dalam hal pembangunan demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Kemiskinan merupakan persoalan stuktural dan multidimensional yang mencakup politik, sosial, ekonomi yang memerlukan pendekatan ke arah pengokohan kelembagaan masyarakat. Penanggulangan kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah daerah yang dilakukan secara sitematis, terencana dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat

untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkanderajat kesejahteraan rakyat. Untuk mendukung upaya penanggulangan kemiskinan, Pemerintah Kota Tebing Tinggi telah melaksanakan berbagai upaya dalam bentuk program kegiatan penanggulangan kemiskinan. Berdasarkan pendataan Badan Pusat Statistik (BPS) Tingkat kemiskinan Kota Tebing Tinggi mengalami penurunan dari waktu ke waktu yakni 2009 (14,58%), 2010 (13,06%), dan 2011 (12,44%). Namun jika penurunan angka kemiskinan berjalan normal seperti diatas dikhawatirkan tidak akan mencapai target nasional dan target MDGs (8-10%). Dalam rangka pencapaian target pemerintah, maka penanggulangan kemiskinan diharapkan tidak hanya mengandalkan Pemerintahan Kota Tebing Tinggi namun menjadi tujuan utama seluruh pemangku kepentingan yang ada di Kota Tebing Tinggi mulai dari pemerintah, perusahaancorporate Social responsiblity (CSR), Organisasi Non Pemerintah/LSM, Organisasi Masyarakat, dan Masyarakat. Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, dan demikian pula sebaliknya, pertumbuhan danpembangunan ekonomi besar pengaruhnya kepada pengurangan tingkat kemiskinan. Adapun perkembangan garis kemiskinan di Kota Tebing Tinggi sejak tahun 2009 2012 yaituterus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Tahun 2009 Rp 282.366 tahun 2010 Rp 282.366 dan tahun 2011 Rp 313.566 dan tahun 2012Rp 348.213. Jumlah penduduk miskin di Kota Tebing Tinggi dari tahun ke tahun juga mengalami penurunan. Di tahun 2009 terdapat 18.900 penduduk miskin, di tahun 2010 terdapat 18.900 penduduk miskin, tahun

2011 terdapat 18.300 penduduk miskin dan di tahun 2012 terdapat 17.700 penduduk miskin. Tabel 1.1 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kota Tebing Periode 2009 2012 (jiwa) Tahun Garis Kemiskinan Jumlah Penduduk Miskin 2009 282.366 18.900 2010 282.366 18.900 2011 313.566 18.300 2012 348.213 17.700 Sumber : BPS Kota Tebing Tinggi Berbagai program stimulus telah direncanakan oleh pemerintah dan salahsatunya adalah pembangunan infrastruktur. Keputusan untuk memberikan stimulus pada infrastruktur ini tentunya dilandaskan pada kenyataan bahwa dampak dari pembangunan infrastruktur akan langsung dirasakan untuk mendorong perekonomian di daerah maupun nasional. Pada akhirnya hal tersebut akan menciptakan lapangan kerja dan juga mempertahankan daya beli masyarakat terutama masyarakat berpenghasilan rendah. (Bambang Susanto, 2009) Salah satu upaya pemerintah untukmengatasi kemiskinan di perkotaan adalah melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri telah dilaksanakan sejak tahun 2006, dimulai dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan kemudian Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Keberhasilan PPK

dan P2KP menjadi model pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di perdesaan dan perkotaan. PNPM Mandiri dimaksudkan untuk menjadi payung untuk berbagai programpenanggulangan kemiskinan dengan menggunakan pendekatan pembangunan berbasis masyarakat (CDD). PNPM Mandiri resmi diluncurkan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono di Palu, Sulawesi Tengah pada 30 April 2007 yang dilaksanakan hingga tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development Goals).Diharapkan, dalam rentang waktu 2007 2015, kemandirian dan keberdayaan masyarakat telah terbentuk sehingga keberlanjutan program dapat terwujud.(kementerian pekerjaan Umum, 2014). PNPM Mandiri Perkotaan dirancang dengan pemikiran bahwa walaupun isu isuperkotaan banyak membutuhkan solusi infrastruktur yang lebih besar (angkutan umum perkotaan, air bersih pasokan utilitas, saluran air limbah dan drainase air kotor, jalan kota), infrastruktur di tingkat masyarakat akan merespon secara lebih baik kebutuhan masyarakat dan dengan biaya investasi yang lebih rendah bila direncanakan dan dibangun oleh masyarakat sendiri. Program ini menyediakan dukungan keuangan dan teknis langsung kepada masyarakat miskin untuk meningkatkan infrastruktur dasar dan pelayanan sosial. Fokusnya adalah pada pemberdayaan masyarakat untuk membuat keputusan sendiri tentang kebutuhan investasi dan prioritas mereka.(kementerian Pekerjaan Umum, 2014) PNPM Mandiri Perkotaan merupakan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep

memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun "gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan", yang bertumpu pada nilai nilailuhur dan prinsip prinsip universal. Pemerintah Kota Tebing Tinggi telah mempunyai data base keluarga miskin di Kota Tebing Tinggi (PPLS 2011) dari TNP2K dengan jumlah penduduk miskin sebesar 38.339 jiwa. Berdasarkan basis sasaran (penerima manfaat) dan tujuannya, program programpenanggulangan kemiskinan pada tahun 2012 yang telah dilakukan pada program penannggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat atau PNPM Mandiri Perkotaan. Program PNPM Mandiri Perkotaan, tahun 2013 Kota Tebing Tinggi masuk dalam kategori Indeks Fiskal dan Kemiskinan Rendah (IFKD), dalam hal ini Pemerintah Kota Tebing Tinggi menyiapkan Anggaran sebesar 5% (DDUB) dan Pemerintah Pusat sebesar 95% (DUB) bagi 35 Kelurahan dengan total alokasi dana sebesar Rp. 5.343.750.000. Kurun waktu 2010 2013telah dilakukan pelatihan dan peningkatan mutu sulaman kristik,tenunan ulos, ukiran kayu, pelatihan bordir, merangkai bunga, produk makanan ringan.fasilitasi pengadaan peralatan kepada 69 IKM. Bantuan tenda, meja, kursi kepada 50pedagang, Bantuan Hibah ke 5 koperasi, dan bantuan dana bergulir bagi 22 UMKM.

1.1 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Tebing Tinggi? 2. Bagaimana dampak program PNPM Mandiri Perkotaan bidang infrastruktur terhadap tingkat pendapatan masyarakat di Kota Tebing Tinggi? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap program PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Tebing Tinggi. 2. Menganalisis dampak pembangunan infrastruktur PNPM Mandiri Perkotaan terhadap pendapatan masyarakat Kota Tebing Tinggi. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun mamfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam memberdayakan pembangunan infrastruktur PNPM Mandiri Perkotaan yang lebih baik di masa mendatang, sehingga pendapatan masyarakayat dan pengembangan wilayah menjadi lebih meningkat. 2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat dan pihak pendamping PNPM Mandiri Perkotaan yang terlibat langsung dalam program penanggulangan kemiskinan perkotaan untuk dapat lebih dapat bijaksana dalam mengelola pembangunan masyarakat perkotaan.

3. Sebagai bahan masukan bagi para peneliti lain yang berminat melakukan kajian sejenis.