BABI PENDAHULUAN. Kemajuan pendidikan dewasa ini tidak mungkin dicapai tanpa kehadiran

dokumen-dokumen yang mirip
~ "' BABI PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan nasional telah dilakukan dengan perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Guru memiliki kedudukan sebagai figur sentral dalam

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan

BAB I PENDAHULUAN. operasional manajemen yang berisi kegiatan-kegiatan untuk memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja didalamnya. Orang-orang yang bekerja di sekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di

BABI PENDAHULUAN. Guru sebagai tenaga profesional adalah seseorang yang mampu. mengembangkan kreativitas dan kemampuan mengajamya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BABI PENDAHULUAN. Pengawasan pendidikan sebagai salah satu rangkaian yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

BABI PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kata kunci untuk peningkatan kualitas Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. (Sagala, 2007:1). Pendidikan tidaklah semata-mata untuk menciptakan individu

BABI. dengan keterampilan yang dimilikinya. Pendidikan yang berkualitas akan. penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas pula.

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BABI PENDAHULUAN. sehingga muncul paradigma baru pendidikan dengan berbagai konsep

BAB-1 PENDAHULUAN. terhadap keberbasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa. Personil yang berhubungan. yang menyandang persyaratan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak akan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar jika tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah, keberhasilannya diukur

BAB I PENDAHULUAN. yang menyandang predikat guru professional. Hal tersebut tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang mengacu pada hasil guna dari pada suatu organisasi, program atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan

BABI PENDAHULUAN. Perguruan tinggi sebagai salah satu lembaga pendidikan yang. mengemban tugas Tri Dhanna Perguruan Tinggi, dalam rangka peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah

RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk manusia

BABI I'ENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi peranan sumber daya manusia adalah. sumber penentu atau merupakan faktor dominan dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi serta nilai-nilai budaya dalam bentuk kegiatan pembelajaran, baik. formal di sekolah maupun non formal di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. konsep kependidikan yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

BABI PENDAHULUAN. Pendidikan kejuruan merupakan salah satu subsistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berhenti ketika nyawa sudah tidak ada lagi di dalam raga manusia.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi dilihat juga dari sikap dan mentalitasnya.

BABI PENDAHULUAN. Mutu merupakan permasalahan yang kompleks dan multidimensional,

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1) Pengaruh Motivasi Guru terhadap Sikap Kerja Guru Kejuruan di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BABI PENDAHULUAN. Menghadapi tantangan pada era teknologi dan informasi dan perubahan sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

.PENDAHULliAN. Kinerja guru adalah salah satu komponen penting dalam proses pencapaian

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

PENDAHULUAN BABI Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanpa sumber daya manusia (SDM) yang mempunyai skill untuk mengolahnya,

BABI PENDAHULUAN. Sekolah merupakan sebuah organisasi atau lembaga pendidikan yang di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga pendidik (guru) dan tenaga

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah aspek penting dan merupakan ujung tombak dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak muliah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ai Mintarsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sekolompok orang (kepala sekolah guru-guru, staf, dan siswa) untuk mencapai tujuan

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. diimbangi dengan adanya peningkatan standar kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan realita atau kenyataan dari diri sendiri. pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur dan konsisten.

BABI PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab VI Pasal 17 ayat I dan 2 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada setiap proses pembelajaran di kelas, guru dan peserta didik terlibat

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara dalam mengembangkan sumber

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. manusianya. Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari kualitas

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan lingkungannya. Artinya guru memiliki tugas dan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. M, telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor

BAB I PENDAHULUAN BAB II KETENTUAN UMUM BAB III DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN BAB IV PRINSIP PENYELENGGARAAN PEND KEB BAB V PESERTA DIDIK BAB VI JALUR DAN

Transkripsi:

BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalab Kemajuan pendidikan dewasa ini tidak mungkin dicapai tanpa kehadiran sekolah sebagai organisasi penyelenggara proses pendidikan secara formal. Sekolah sebagai pusat pendidikan fonnal bertanggung jawab dalam transformasi dan sosialisasi ilmu pengetahuan dan teknologi tennasuk nilai dalam kehidupan. Untuk itu, pendidikan perlu dipahami dalam konsep secara luas baik itu masyarakat maupun pemerintah. Di dalam Undang-Undang No. 20 tahu.'l 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak manusia serta ketcrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara. Dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya, guru sebagai profesi menyandang persyaratan tertentu sebagaimana tertuang di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dalam Pasal (1) dinyatakan bahwa: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing. mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik, pada usia dini jalur pendidikan forma~ pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan fonnal yang diangkat sesuai peraturan perundangundangan. 1

2 Untuk dapat mejaksanakan tugas dan tanggung jawab di atas, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan keterampilan tertentu. K.emampuan dan keterampilan tersebut sebagai bagian dari kompetensi profesionalisme guru. Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang mutlak dimiliki oleh guru agar tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik. Tugas guru erat kaitannya dengan peningkatan sumber daya manusia melalui sektor pendidikan, oleh karena itu perlu upaya-upaya untuk meningkatkan mutu guru untuk menjadi tenaga profesional. Agar peningkatan mutu pendidikat, dapat berhasil. maka peningkatan kualitas pendidikan tergantung banyak hal. terutama mutu gurunya. Untuk menjadikan guru sebagai tenaga profesional tidak semata-mata hanya meningkatkan kompetensinya baik melalui pemberian penataran, pelatihan maupun memperoleh k.esempatan untuk belajar lagi namun perlu juga memperhatikan guru dari segi yang lain namun perlu juga memperhatikan guru dari segi yang lain seperti peningkatan disiplin. pemberian motivasi, pemberian bimbingan melalui supervisi, pemberian insentif, gaji yang layak dengan kepropesionalannya sehingga memungkinkan guru menjadi puas dalam bekerja sebagai pendidik. Timpe mendefinisikan kinerja sebagai penilaian tingkat kerja yang dikerjakan dengan jelas, Timpe ( 1993: 17). Sementara oleh Fremont, Kast dan Rosenzweig (dalam Yasin, 1993: 20) menyatakan, bahwa kinerja berarti sama dengan kesanggupan dan motivasi. Kesanggupan adalah kemampuan untuk berbuat dan teknik-teknik yang sesuai, sehingga dapat memberikan indikasi \

3 sejauh mana kemungkinan pekerjaan dapat dilakukan. Sedangkan motivasi merupakan keinginan untuk melakukan hal-hal yang direncanakan sesuai dengan kemampuan. Kinerja guru juga merupakan implementasi dari rencana (planning) yang telah disusun melalui perencanaan kegiatan pembelajaran yang baik. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kepentingan. Bagaimana sekolah menghargai dan memperlakukan sumber daya manusianya akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam menjalankan kinerja. Kinerja guru juga ditunjukan oleh bagaimana proses berlangsungnya kegiatan untuk menuju kegiatan untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu sekolah dengan kinerja yang tinggi, senantiasa memperhatikan keberadaan para guru. Guru perlu dilibatkan dalam penyusunan berbagai rencana, penetapan tujuan sehinnga mereka juga akan turut terlibat dan bersama-sama bertanggungjawab untuk mencapai tujuan tersebut. Indikasi kinerja guru yang rendah masih ditemukan bagi guru-guru mata pel~aran di SMA Negeri Kutacane di Kabupaten Aceh Tenggara (Sumber: Dinas Pendidikan Kutacane-Aceh Tenggara, 08 Agustus 2011). Kenyataan ini tampak dari persiapan guru dalam pembelajaran seperti program tahunan, program semester, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) belum tertata dengan baik, keinginan yang rendah dari guru untuk melaksanakan pembelajaran yang variatif demikian juga dalam hal pemanfaatan dari media dan sumber belajar sehingga dalam menghadapi Ujian Nasional timbul perasaan resah baik dalam diri siswa maupun guru.

4 Kenyataan di atas menimbulkan pertanyaan, apakah memang rendah kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Aceh Tenggara, padahal diharapkan guruguru SMA Negeri di Kabupaten Aceh Tenggara memiliki kinerja yang tinggi agar siswa-siswi lulusan dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam harapan lulusan dapat diterima di Perguruan Tinggi temama di Indonesia. Terdapat banyak jawaban atas pertanyaan itu, yang biasa dijadikan alasan guru untuk menutupi semua kekurangan itu antara lain: kurangnya perhatian pimpinan. kepala sekolah tidak adil dalam memberikan penugasan. kesejahteraan dan penghargaan yang tidak memadai. iklim yang tidak kondusif, tidak adanya peluang untuk meningkatkan karir, dan masih banyak alasan lain yang barangkali bisa diterima secara teoretis. Berbagai upaya dapat diberikan untuk membantu guru dalam meningkatkan kinerjanya salah satunya adalah melalui layanan supervisi pendidikan dimana secara umum supervisi berfungsi untuk memelihara, merawat dan menstimulasi peningkatan kompetensi dan profesionalitas guru. Untuk itu peran dari kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi pembelajaran terhadap guru-guru. Pemberian supervisi oleh kepala sekolah sangatlah berarti karena kepala sekolah merupakan orang yang langsung memahami dan melihat kenyataan kemampuan yang dimiliki oleh guru. Semua kekurangan yang dimiliki oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran secara kontiniu dapat diikuti oleh kepala sekolah. sehingga kepala sekolah dapat mendiagnosis kelemahan yang dimiliki oleb guru.

5 Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/ syarat-syarat yang essensial yang menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Dari defenisi tersebut maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa dia bendaknya pandai meneliti, mencari, dan menentukan syarat-syarat mana sajakah yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan-tujuan pendidikan disekolah itu semaksimal mungk.in akan cepat tercapai. Supervisi pendidikan didefmisikan sebagai proses pemberian layanan bantuan profesional kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas pengelolaan proses pembelajaran secara efektif dan efisien, Baffadal (2008: 46). Dengan adanya pelaksanaan supervisi kepala sekolah diharapkan memberi dampak terhadap terbentuknya sikap profesional guru. Sikap profesional guru merupakan hal yang amat penting dalam memelihara dan meningkatkan profesionalitas guru, karena selalu berpengaruh pada perilaku dan aktivitas keseharian guru. Perilaku profesional akan lebih diwujudkan dalam diri guru apabila institusi tempat ia bekerja memberi perhatian lebih banyak pada pembinaan, pembentukan, dan pengembangan sikap professional (Pidarta, 2008: 380). Kegiatan supervisi akademik berpengaruh secara psikologis terhadap kinerja guru, guru yang puas dengan pemberian supervisi kepala sekolah dan motivasi kerjanya tinggi maka ia akan bekerja dengan sukarela yang akhimya dapat membuat produktivitas kerja guru meningkat. Jadi supervisi akademik merupakan upaya seorang kepala sekolah dalam pembinaan guru agar guru dapat meningkatkan kualitas mengajamya dengan

6 melalui langkah-langkah perencan~ penampilan meng~ar yang nyata serta mengadakan perubaban dengan car$ yang rasional dalam usaha meningkatkan basil belajar siswa. Dengan adanya supervisi, maka kepala sekolah sebagai atasan dapat mengetahui kesalahan dan kelquangan guru dalam menjalankan tugasnya, selanjutnya dapat dilakukan pembitl84ul atau mencari solusi pemecahan masalah yang dibadapi oleb guru tesebut, sehingga proses belajar mengajar di sekolah tidak terganggu. Sikap guru terhadap adanya supervisi akademik kepala sekolah merupakan keyak.inan seorang guru mengenai manfaat dari supervisi akademik, ya.,g disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada guru tersebut untuk membuat respons atau berperilaku terhadap kegiatan supervisi tersebut. Bilamana seorang guru memiliki sikap positif tethadap supervisi akademik, maka sudah barang tentu guru akan menjalankan :perannya untuk diberi bimbingan dan disupervisi kegiatannya sesuai fungsi dan kedudukannya sebagai tenaga pengajar dan pendidik di sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab. Demikian pula sebaliknya seorang guru yang memiliki s~p negatif terhadap kegiatan supervisi, pastilah dia hanya menjadikan supervisi akademik sebatas rutinitas belaka dan tidak berfaedah apapun. Untuk itu amatlah perlu kiranya ditanamkan sikap positif guru terhadap supervisi ak.ademik yang dil$kukan oleh kepala sekolah, karena jika ada kemungkinan adanya sikap yang tidak :;mendukung adanya kegiatan supervisi kepala sekolah. maka supervisi juga titlak akan berdampak maksimal bagi perbaikan kinerja guru.

7 Berdasarkan basil wawancara yang dilak:ukan dengan beberapa guru di SMA Negeri di Kabupaten Aceh Tenggara temukan masih banyak kendala atau persoalan yang berkaitan dengan pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah. Secara umum persoalan tersebut meliputi: Kualitas supervisi dari kepala sekolah yang masih tergolong rendah. Padahal tujuan supervisi untuk membantu guruguru melihat dengan jelas tujuan pendidikan dan berusaha mencapai tujuan pendidikan itu dengan membina dan mengembangkan metode-metode dan prosedur pengajaran yang lebih baik (Sumber: Dinas Pendidikan Kutacane-Aceh Tenggara, 08 Agustus 2011). Selain itu banyak guru kurang berhasil dalam mengajar dikarenakan mereka kurang termotivasi untuk mengajar sehingga berdampak terhadap menurunnya produktivitas atau kinerja guru. Untuk itu diperlukan pengetahuan tentang manajemen kelas terbadap guru untuk meningkatkan kinerjanya. Manajemen menurut Depdiknas (2002: 75) merupakan sistem cara kerja dalam mengelola atau mengatur, menyangkut: (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian, (3) Pengarahan. dan (4) Pengawasan. Sedangkan, kelas Sudarwan dan Yunan (2010: 108) merupakan wahana proses pembelaja.ran yang khas. Kelas atau ruang belajar merupak:an wahana strategis untuk meningkatkan mutu basil belajar siswa. Manajemen kelas dapat dideskripsikan sebagai proses mengorganisasi dan mengkoordinasi kemauan murid murid untuk menyelesaikan tujuan pendidikannya. Proses ini membutuhkan seleksi dan penggunaan alat-alat yang cocok dengan problem pengelolaan dan situasi kelas yang terjadi pada waktu

8 tertentu. Mamijemen kelas menciptakan pola aktivitas yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi; guru-guru akan menciptakan kondisi dan mempertahankannya sehingga individu-individu dapat memanfaatkan rasionalnya, bakat kreatifnya terhadap tugas-tugas pendidikan yang menantang. Hal ini merupakan organisasi kelas yang efektif, yang mencakup seleksi metode yang sesuai dengan situasi. Pada tataran makro, ternyata manajemen pendidikan nasional masih lemah. Menurut Yahya Muhaimin dalam Jalal dan Supriadi (2001: 16) bahwa pendidikan nasional masih dihadapkan pada berbagai permasalahan pokok, yaitu: (1) masih rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan; (2) masih rendahnya mutu dan relevansi pendidikan; dan (3) masih lemahnya manajemen pendidikan yang di dalamnya berkaitan dengan manajemen kelas. Masih lemahnya manajemen pendidikan yang di dalamnya berkaitan dengan manajemen kelas sampai dewasa ini perlu disikapi dengan ketekunan dan kesungguhan dalam mengelola lembaga pendidikan. Otonomi bidang pendidikan sebagai implikasi UU No. 22 Tahun 1999 dan PP. Nomor 25 Tahun 2000, menetapkan pembagian kewenangan pengelolaan bidang pendidikan dan kebudayaan antara Pemerintah Pusat. Provinsi dan Kabupatenl Kota menuntut pengelolaan yang lebih baik. Untuk itu diperlukan manajer institut pendidikan yang profesional, kredibel, dan akuntabel dalam bidang manajemen. Sentua jenjang dan jenis pendidikan, tidak bisa lagi dikelola dengan asal jadi atau serampangan. Akan tetapi untuk menuju sekolah yang berhasil atau unggul diperlukan terobosan-terobosan baru untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada dengan kemampuan menjalankan kepemimpinan pendidikan secara efektif.

9 Tuntutan tersebut penting sekali dipenuhi agar lembaga pendidikan menjadi efektif dalam membina sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Sejauh ini masih dirasakan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam penyelenggaraan pendidikan tennasuk dilokasi penelitian ini masih kurang memadai hal ini ditandai dengan pengetahuan dan pengelolaan pembelajaran yang rendah. disiplin dan loyalitas guru cenderung rendah, dukungan masyllrakat dan orang tua masih minim, prestasi lulusan rendah. Kondisi seperti di ini tidak boleh dibiarkan terus berlangsung, karena akan merugik.an masyarakat dan bangsa. Berdasarkan basil wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru di SMA Negeri di Kabupaten Aceh Tenggara (Sumber: Dinas Pendidikan Kutacane Aceh Tenggara, 08 Agustus 2011) ditemukan masih banyak kendala yang berkaitan dengan pelaksanaan pengetahuan manajemen kelas guru. Secara umum kendala tersebut meliputi: budaya toleransi yang masih kental, sehingga ada fungsi manajemen yang tidak dapat diterapkan, seperti controlling yang menyebabkan supervisi kelas jarang dan bahkan tidak pemah dilakukan; Selain itu, ada guru yang terlambat masuk kerja karena tempat tinggalnya jauh dari sekolah; dan kinerja guru yang kurang baik dalam disiplin belajar sehingga dapat menghambat p~oses belajar mengajar yang berlangsung di kelas dan menyebabkan fungsi manajemen yaitu actuating yang di sekolab terhambat. Kelemahan manajemen dan supervisi akademik kepala sekolab ini dimanfaatkan oleh guru untuk melonggarkan kinerjanya, dan pada umumnya guru itu sendiri tidak mengetahui apa sebenamya yang menjadi tugas utama yang harus dilaksanakan. Padahal tujuan manajemen kelas adalah menciptakan kondisi dalam kelompok

10 kelas, yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan para siswa berbuat sesuai dengan kediriannya, seperti halnya dalam lingkungan masyarakat. Atas dasar uraian di atas, maka perlu dilaksana.kan penelitian dengan mengangkat judul: "Hubungan Antara Pengetahuan Manajemen Kelas dan Sikap terhadap Supervisi Akademik Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru SMA Negeri di Kabupaten Aceh Tenggara" 1.2. ldentifikasi Masalah Ada banyak variabel yang berhubungan dengan kinerja mengajar guru. Dari Jatar belakang di atas maka dapat diidentifikasi berbagai masalah yang berhubungan dengan kinerja guru antara lain: Faktor-faktor apakah yang mengubah kinetja guru? Apakah kompetensi paedagogik guru berhubungan dengan kinetja mengajar guru? Apakah kompetensi sosial guru berhubungan dengan kinetja mengajar guru? Apakah Kompetensi kepribadian guru berhubungan dengan kinetja mengajar guru? Apakab Kompetensi profesional guru berhubungan dengan kinetja mengajar guru? Apakah Pengetahuan manajemen kelas berhubungan dengan kinerja mengajar guru? Apakah Sikap terhadap supervisi.akademik kepala sekolah berbubungan dengan kinerja mengajar guru? Apakah fasilitas ketja berhubungan dengan kinetja mengajar guru? Apakah perilaku kepala sekolab berhubungan dengan kinetja mengajar guru? Apakah tingkat kesejahteraan guru berhubungan dengan kinerja mengajar guru?

11 1.3. Pembatasan Masalah Berdasarkan Jatar belakang dan identiftkasi masalah di atas, maka masalah utama dalam penelitian ini dibatasi hanya berkaitan dengan Pengetahuan Manajemen Kelas, Sikap terhadap Supervisi Akademik Kepala Sekolah, dengan Kinerja Guru SMA Negeri di Kabupaten Aceh Tenggara. 1.4. Perumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: I. Bagaimanakah tingkat kecenderungan pengetahuan man~emen kelas SMA Negeri di Kabupaten Aceh Tenggara? 2. Bagaimanakah tingk:at kecenderungan sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah di SMA Negeri di Kabupaten Aceh Tenggara? 3. Bagaimanakah tingkat kecenderungan kinetja guru SMA Negeri Kabupaten Aceh Tenggara? 4. Apakah terdapat hubungan pengetahuan manajemen kelas dengan kinetja guru? 5. Apakah terdapat hubungan sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dengan kinetja guru? 6. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan manajemen kelas dan sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah secara bersama-sama dengan kinerja guru?

12 1.5. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujua.n untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan maru\iemen kelas dan sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dengan kinerja guru. Secara operasional tujuan penelitian ini dijabarkan sebagai berikut: I. Mengetahui kecenderungan tingkat pengetahuan manajemen kelas SMA Negeri di Kabupaten Aceh Tenggara 2. Mengetahui kecenderungan tingkat sikap terbadap supervisi akademik kepala sekolah SMA Negeri di Kabupaten Aceh Tenggara 3. Mengetahui kecenderungan tingkat kinerja guru SMA Negeri di Kabupaten Aceh Tenggara 4. Mengetahui hubungan pengetahuan manajemen kelas dengan kinerja guru 5. Mengetahui hubungan sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah dengan kinetja guru 6. Mengetahui hubungan antara pengetahuan manajemen kelas dan sikap terhadap supervisi akademik kepala sekolah secara bersama-sama dengan kinerja guru 1.6. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1. Secara Teoretis: a. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahua.n khususnya teori pengetahuan manajemen kelas, sikap terhadap supervisi akademik: kepala sekolah dan kinerja guru. I'

13 b. Hasil penejitian ini dapat dijadikan acuan bagi yang benninat mendalami pennasalahan yang sama sebagai penelitian laojutan. 2. Secara Praktis: a. Sebagai bahan infonnasi dan masukan bagi Dinas Pendidikan Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kinerja guru. b. Sebagai masukan bagi kepala sekolah dalam pelaksanaan pengetahuan manajemen kelas dalam rangka meningkatkan kinerja guru. c. Sebagai masukan bagi kepala sekolah dalam pelaksanaan sikap terhadap supervisi akademik dalam rangka meningkatkan kinerja guru. d. Sebagai masukan bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran dalam rangka mengingatkan kinerjanya dan kualitas pendidikan secara umum dan secara khusus SMA Negeri di Kabupaten Aceh Tenggara. e. Sebagai masukan bagi penelitian yang relevan di kemudian hari. I