BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menuntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mempunyai produktivitas yang tinggi hingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan daya saing di era globalisasi (Sringati, 2016). SDM yang berkualitas perlu dipersiapkan dengan mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan kemampuannya. Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yang terpenting adalah Air Susu Ibu (ASI). ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah karena mengandung berbagai zat yang dibutuhkan bayi dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya, serta dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit (Rahayu & Apriningrum, 2014). ASI juga sangat penting untuk pembangunan kesehatan bayi. Tujuan dari pembangunan kesehatan salah satunya adalah menurunkan angka kematian bayi. Salah satu jenis ASI yaitu kolostrum mengandung protein yang kaya akan antibodi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi dan membunuh kuman dalam jumlah yang tinggi. Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan angka kematian bayi sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2013), sedangkan angka kematian bayi di Kabupaten Karanganyar tahun 2015 yaitu 12,18 per 1000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2015). Menurut UNICEF, 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia setiap tahun bisa dicegah dengan memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan sejak segera setelah kelahiran bayi tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan (Ida, 2012). ASI Eksklusif merupakan pemberian ASI saja kepada bayi tanpa tambahan makanan atau minuman lain seperti susu formula, air putih, madu, 1
2 air teh, jeruk, pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi tim kecuali obat, mineral, vitamin dan ASI yang diperah yang diberikan selama enam bulan (Depkes RI, 2009). Pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan akan meningkatkan perkembangan kognitif (Krammer et al., 2008), meningkatkan daya tahan tubuh, dan kecerdasan bayi (Sringati, 2016). Menurut WHO dan UNICEF (2012), laporan anak dunia 2011 yaitu dari jumlah 136,7 juta bayi lahir di seluruh dunia dan hanya 32,6% dari mereka yang diberikan ASI Eksklusif dalam enam bulan pertama. Sementara di negara berkembang hanya 39% ibu yang memberikan ASI Eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan dihubungkan dengan penurunan kasus diare 53,0% dan ISPA 27,0% (Siallagan, 2013). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2012 menunjukan jumlah pemberian ASI Eksklusif sampai bayi berusia enam bulan sebesar 42%. Terdapat peningkatan persentasi pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia tahun 2015 sebesar 55,7%. Persentase pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Jawa Tengah pada tahun 2015 sebesar 61,60%. Sedangkan di kabupaten Karanganyar presentase pemberian ASI Eksklusif sebesar 60,26 % (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2015), itu semua masih jauh dari target nasiaonal yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan pada tahun 2014 sebesar 80%. Menurut profil kesehatan kabupaten Karanganyar (2016), tercatat cakupan bayi yang diberi ASI Eksklusif usia 0-6 bulan terendah terletak di Puskesmas Kecamatan Karanganyar yaitu sebesar 36,5% (346 bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif dari total jumlah bayi laki-laki dan perempuan 947), terjadi penurunan dibandingkan pada tahun 2015 yaitu 48,7% (397 bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif dari total jumlah bayi lakilaki dan perempuan 815). Menurut teori Lawrence Green dan kawan-kawan (1980 dalam Haryani, 2014) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing factors) yang
3 mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan, norma sosial, budaya dan sebagainya, faktor pemungkin (enabling factors) yang mencakup lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana, pelatihan dan sebagainya serta faktor penguat (reinforcing factors) yang meliputi sikap dan perilaku petugas kesehatan, kelompok referensi, dan tokoh masyarakat. Allah SWT berfirman dalam al-qur an: Para Ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuhan. Dan kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh oranglain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah {2}: 233). Dengan demikian, menyusui bisa dikatakan sebagai sebuah kewajiban bagi seorang ibu berkaitan dengan berbagai kepentingan, kemuliaan, dan keutamaan bagi ibu maupun bayi. Allah sudah mengetahui apa yang terbaik bagi hambanya, pasti ada akibat bagi mereka yang tidak mematuhinya. Penelitian yang dilakukan oleh Ruhyana (2016), dengan desain penelitian kualitatif memberikan kesimpulan bahwa penyebab rendahnya cakupan pemberian ASI Eksklusif diantaranya adalah predisposising factors, enabling factors, reinforcing factors dan faktor penghambat. Faktor lain yang ditemukan adanya faktor prestige, tidak ada konselor ASI dan tidak berjalannya 10 Langkah Keberhasilan Menyusui. Penelitian yang dilakukan oleh Mustika (2017), menggunakan metode penelitian systematic review, dengan melakukan analisis terhadap berbagai penelitian mengenai pemberian ASI Eksklusif. Terdapat 17 penelitian dari dalam maupun luar negeri,
4 memberikan kesimpulan faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif yang paling banyak diteliti adalah faktor pekerjaan. Sosialisasi dan dukungan orang terdekat, petugas kesehatan, semua pihak yang terkait sangat diperlukan agar pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan dapat tercapai. Penelitian yang dilakukan oleh Arifiati (2017), dengan desain cross sectional dengan teknik probability sampling jenis proportionate stratified random sampling, memberikan kesimpulan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dan pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif. Ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan, pengetahuan, dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI Eksklusif. Penelitian yang dilakukan oleh Maonga (2016), dengan metode campuran berbasis komunitas, hasil dari penelitian menunjukkan prevalensi ASI Eksklusif yang rendah yaitu hanya 24,1%. Persepsi bahwa ASI ibu tidak mencukupi untuk pertumbuhan anak, anak yang haus dan kebutuhan mengenalkan jamu untuk kepentingan budaya termasuk di antara faktor penting pemberian makan campuran dini. Analisis multivariat lanjut menunjukan bahwa usia ibu, pengetahuan tentang durasi dan keuntungan ASI eksklusif tetap terkait secara bermakna dengan praktik ASI Eksklusif. Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja puskesmas Karanganyar Kabupaten Karanganyar. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan dapat diuraikan fokus penelitian sebagai berikut : a. Faktor-faktor yang menyebabkan berhasilnya pemberian ASI Eksklusif di Wilayah kerja Puskesmas Karanganyar b. Faktor-faktor penghambat dalam pemberian ASI Eksklusif di Wilayah kerja Puskesmas Karanganyar.
5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perilaku pemberian ASI Eksklusif ibu-ibu di wilayah kerja puskesmas Karanganyar Kabupaten Karanganyar. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi dan menguraikan faktor-faktor yang menyebabkan berhasilnya pemberian ASI Eksklusif. b. Mengidentifikasi dan menguraikan faktor-faktor penghambat dalam pemberian ASI Eksklusif. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh terhadap perilaku pemberian ASI Eksklusif. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Penelitian ini sangat berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan serta menambah pengalaman dan juga meningkatkan kesadaran untuk mengembangkan diri secara lebih optimal dalam memecahkan masalah kesehatan terutama pemberian ASI Eksklusif. b. Bagi puskesmas Dengan mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pemberian ASI Eksklusif di Wilayah kerja Puskesmas Karanganyar Kabupaten Karanganyar sehingga dapat dilakukan perbaikan dan intervensi dalam rangka peningkatan pemberian ASI Eksklusif, dan juga dapat menjadi bahan masukan untuk memotivasi ibu-ibu agar memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.
6 c. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan untuk program dan kebijakan promosi kesehatan dan gizi khususnya yang berkaitan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif.