Page 1 of 19 PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NO. 06 TAHUN 2004 CETAK TUTUP LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU Nomor 01 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA HOTEL DAN RETRIBUSI ATAS IZIN USAHA HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA LUBUKLINGGAU, Menimbang : a. bahwa dengan terbentuknya Pemerintah Kota Lubuklinggau sebagai daerah otonom berdasarkan Undang undang nomor 7 tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Lubuklinggau, maka dipandang perlu untuk menggali, meningkatkan dan mengembangkan usaha usaha kepariwisataan khususnya usaha hotel di wilayah Kota Lubuklinggau; b. bahwa dalam rangka menggali, meningkatkan dan mengembangkan usaha kepariwisataan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu diatur dan ditetapkan ketentuan ketentuan mengenai Izin Usaha dan Retribusi Atas Izin Usaha Hotel dalam wilayah Kota Lubuklinggau; c. bahwa untuk pelaksanaan pengaturan dimaksud huruf b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kota Lubuklinggau. Mengingat : 1. Undang undang nomor 9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1990 nomor 78, Tambahan Lembaran Negara nomor 3427 ); 2. Undang undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Page 2 of 19 ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1997 nomor 41, Tambahan Lembaran Negara nomor 3685 ) sebagaimana telah diubah dengan Undang undang nomor 34 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2000 nomor 246,Tambahan Lembaran Negara nomor 4048 ); 3. Undang undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 nomor 60, Tambahan Lembaran Negara nomor 3839 ); 4. Undang undang nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 nomor 72,Tambahan Lembaran Negara nomor 3848 ); 5 Undang - undang nomor 7 tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Lubuklinggau ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2001 nomor 87, Tambahan Lembaran Negara nomor 4114 ); 6. Peraturan Pemerintah nomor 67 tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1996 nomor 101, Tambahan Lembaran Negara nomor 3658 ); 7. Peraturan Pemerintah nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2001 nomor 119, Tambahan Lembaran Negara nomor 4139 ); 8. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata nomor : Kep / MKP / IV / 2001 tentang Pedoman Umum Perizinan Usaha Pariwisata; 9. Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata nomor : KM.3 / HK.001 / MKP. 02 tentang Penggolongan Kelas Hotel ; 10. Keputusan Menteri dalam Negeri dan Otonomi Daerah nomor 22 tahun 2001 tentang Bentuk produk-produk hukum Daerah; 11. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah nomor 7 tahun 2003 tentang Pedoman Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam Penegakan Peraturan Daerah. 12. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Selatan nomor 3 tahun 1987 tentang Penyerahan sebagian Urusan Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Selatan dalam bidang Kepariwisataan kepada Daerah Tingkat II; 13. Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Selatan nomor 5 tahun 1995 tentang
Page 3 of 19 Penambahan Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Selatan dalam bidang Kepariwisataan kepada Daerah Tingkat II; 14. Peraturan Daerah Kota Lubuklinggau Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Informasi, Pariwisata, Seni dan Budaya. Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU Menetapkan : MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU TENTANG IZIN USAHA HOTEL DAN RETRIBUSI ATAS IZIN USAHA HOTEL BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Lubuklinggau. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Lubuklinggau. 3. Kepala Daerah adalah Walikota Lubuklinggau yang selanjutnya disebut Walikota. 4. Kantor Informasi, Pariwisata, Seni dan Budaya adalah Kantor Informasi, Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Lubuklinggau. 5. Kepala Kantor adalah Kepala Kantor Informasi, Pariwisata, Seni dan Budaya Kota Lubuklinggau. 6. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Lubuklinggau. 7. Kepariwisataan adalah seluruh kegiatan Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat yang ditujukan untuk menata kebutuhan perjalanan dan persinggahan wisatawan. 8. Akomodasi adalah suatu wahana untuk penyediaan jasa penginapan yang dapat dilengkapi dengan jasa lainnya.
Page 4 of 19 9. Hotel Bintang adalah yang memenuhi kriteria penggolongan kelas hotel bintang yang diklasifikasikan bintang 1 ( satu ) sampai dengan bintang 5 ( lima ). 10. Hotel Melati adalah suatu usaha komersial yang menggunakan seluruh atau sebagian suatu bangunan yang khusus dijadikan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan menginap dan lain lain. 11. Pimpinan Hotel adalah orang yang memimpin dan bertanggungjawab atas pengusahaan hotel. 12. Tamu adalah setiap orang yang menginap di hotel dengan membayar sewa kamar serta fasilitas lainnya. 13. Persetujuan Prinsip adalah persetujuan sementara yang diberikan oleh Walikota kepada Badan Usaha atau usaha perseorangan untuk dapat memulai pembangunan hotel. 14. Izin Mendirikan Bangunan adalah izin yang diberikan Walikota untuk mendirikan suatu bangunan. 15. Izin Tempat Usaha adalah izin yang diberikan oleh Walikota untuk membuka tempat usaha. 16. Izin Usaha adalah izin yang diberikan oleh Walikota untuk membangun dan mengusahakan hotel dalam wilayah Kota Lubuklinggau. 17. Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada Orang Pribadi, Badan Usaha yang dimaksud untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. 18. Wajib Retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan Usaha menurut Peraturan Perundang undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pungutan atau pemotong retribusi tertentu. 19. Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat dengan SPORD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan objek retribusi dari Wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terhutang menurut Peraturan Perundang undangan Retribusi Daerah. 20. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang.
Page 5 of 19 21. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. 22. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar untuk selanjutnya disingkat SKRDKB adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar. 23. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan. 24. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi daerah berdasarkan Peraturan Perundang undangan Retribusi yang berlaku. BAB II BENTUK USAHA DAN PERMODALAN Pasal 2 (1) Untuk menjalankan usaha Hotel Bintang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Berbentuk Perseroan Terbatas ( PT ) atau Koperasi yang maksud dan tujuannya dinyatakan dalam akta pendirian; b. Mempunyai kantor tetap yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung usaha; c. Modal seluruhnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia kecuali dalam rangka penanaman modal asing; d. Mempekerjakan tenaga ahli tetap yang telah memiliki sertifikat pendidikan di bidang perhotelan. (2) Untuk menjalankan usaha Hotel Melati harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Berbentuk Badan Usaha atau usaha perorangan yang maksud dan tujuannya
Page 6 of 19 semata mata berusaha dalam bidang usaha hotel sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang undangan yang berlaku; b. Modal usaha hotel dimiliki oleh Warga Negara Indonesia. (3) Setiap Pengusaha Hotel diwajibkan menjadi anggota Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI ) BAB III JENIS USAHA HOTEL DAN KEWAJIBAN PIMPINAN HOTEL Pasal 3 (1) Lingkup kegiatan usaha Hotel Bintang meliputi : a. Penyediaan kamar tempat menginap; b. Penyediaan tempat dan pelayanan makan dan minum; c. Pelayanan pencucian pakaian; d. Penyediaan fasilitas akomodasi dan pelayanan lainnya yang diperlukan bagi penyelenggaraan kegiatan usaha hotel bintang. (2) Lingkup kegiatan usaha Hotel Melati meliputi : a. Penyediaan jasa menginap ; b. Hubungan sewa menyewa antara pihak hotel dengan tamu bersifat jangka pendek tidak bersifat penyewaan tetap; c. Pelayanan pencucian pakaian ; d. Penyediaan fasilitas akomodasi dan pelayanan lainnya yang diperlukan bagi penyelenggaraan kegiatan usaha hotel melati. Pasal 4 Pimpinan Hotel berkewajiban untuk : a. Memberikan perlindungan dan kenyamanan kepada tamu; b. Melakukan tata pembukuan perusahaan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Page 7 of 19 Perundang undangan yang berlaku; c. Mencegah penggunaan hotel dari kegiatan - kegiatan yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban umum, untuk perjudian, penggunaan obat obat terlarang serta melanggar norma norma kesusilaan; d. Mentaati / mematuhi ketentuan ketentuan ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang undangan yang berlaku; e. Melakukan upaya secara terus menerus untuk meningkatkan mutu ketenagakerjaan dan pelayanan; f. Memelihara sanitasi di dalam dan di lingkungan pekarangan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang undangan yang berlaku; g. Menetapkan tata tertib dan persyaratan penghuni kamar termasuk tarif kamar yang ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat dan dibaca oleh tamu; h. Memasang / meletakkan / menempelkan piagam penggolongan hotel ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat dan dibaca oleh tamu. BAB IV PENGGOLONGAN HOTEL Pasal 5 (1) Usaha hotel digolongkan dalam 2 ( dua ) golongan kelas hotel yaitu sebagai berikut : a. Golongan kelas Hotel Bintang dan; b. Golongan kelas Hotel Melati. (2) Golongan kelas Hotel Bintang sebagaimana dimaksud dalam huruf a dibagi atas 5 ( lima ) penjenjangan kelas hotel, yaitu Bintang 1 ( satu ) sampai dengan Bintang 5 ( lima ); (3) Golongan kelas Hotel Melati sebagaimana dimaksud huruf b hanya terdiri atas 1 ( satu ) kelas sebagai Hotel Melati. BAB V PERSYARATAN USAHA
Page 8 of 19 Pasal 6 (1) Untuk menjalankan usaha Hotel Bintang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau Koperasi yang maksud dan tujuannya dinyatakan dalam akta pendirian; b. Mempunyai kantor tetap yang dilengkapi dengan fasilitas pendukung usaha; c. Modal seluruhnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia kecuali dalam rangka Penanaman Modal Asing; d. Mempekerjakan tenaga ahli tetap yang telah memiliki sertifikat pendidikan di bidang usaha perhotelan; (2) Untuk menjalankan usaha Hotel Melati harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Berbentuk badan usaha atau usaha perorangan yang maksud dan tujuannya semata mata berusaha dalam bidang usaha hotel sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang undangan yang berlaku; b. Modal usaha hotel dimiliki oleh Warga Negara Indonesia. BAB VI PERIZINAN Pasal 7 (1) Untuk membangun hotel baru ataupun perubahan / penambahan kamar harus memiliki persetujuan prinsip yang diterbitkan oleh Walikota. (2) Untuk mengusahakan hotel harus memiliki izin usaha. Pasal 8 (1) Persetujuan prinsip sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat (1) berlaku untuk masa selama 6 ( enam ) bulan. (2) Persetujuan prinsip hotel batal dengan sendirinya dalam hal pelaksanaan pembangunan belum dimulai dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini.
Page 9 of 19 Pasal 9 (1) Persetujuan prinsip diajukan kepada Walikota melalui Kantor Informasi, Pariwisata, Seni dan Budaya dengan melampirkan : a. Rencana pembangunan dan gambar pra rencana bangunan sesuai dengan golongan klasifikasi; b. Rekomendasi dari Camat setempat; c. Melampirkan photo copy Kartu Tanda Penduduk pemohon; d. Melampirkan photo copy Nomor Pokok Wajib Pajak. (2) Persetujuan dan penolakan permohonan dimaksud ayat (1) pasal ini diselesaikan dalam waktu yang singkat dan dalam hal permohonan disetujui maka dikeluarkan persetujuan prinsip. (3) Setelah persetujuan prinsip dikeluarkan pemohon harus melengkapi Izin Mendirikan Bangunan ( IMB ) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. BAB VII TATA CARA MENDAPATKAN IZIN USAHA Pasal 10 (1) Permohonan Izin Usaha Hotel Bintang diajukan secara tertulis oleh Pimpinan Perusahaan kepada Walikota melalui Kantor Informasi, Pariwisata, Seni dan Budaya dengan melampirkan : a. Salinan akta pendirian perusahaan / koperasi ; b. Salinan Izin Mendirikan Bangunan ( IMB ); c. Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ) Perusahaan; d. Daftar Riwayat Hidup Pimpinan Perusahaan dan tenaga ahli; e. Proposal pendirian perusahaan; f. Salinan Surat Izin Tempat Usaha ( SITU );
Page 10 of 19 g. Salinan izin Gangguan ( HO ); h. Laporan penyelesaian pembangunan Hotel Bintang ( khusus bagi hotel bintang yang baru ); i. Penyusunan studi dampak lingkungan ( AMDAL, atau UKL dan UPL ). (2) Permohonan Izin Usaha Hotel Melati diajukan secara tertulis oleh pimpinan Hotel kepada Walikota melalui Kantor Informasi, Pariwisata, Seni dan Budaya dengan melampirkan syarat syarat sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini kecuali ayat (1) huruf a. (3) Dalam waktu selambat lambatnya 30 ( tiga puluh ) hari kerja setelah berkas permohonan diterima, akan diberikan jawaban diterima atau ditolaknya izin. (4) Penolakan permohonan izin usaha diberitahukan secara tertulis kepada pemohon disertai dengan alasan penolakan. Pasal 11 (1) Izin usaha diberikan untuk jangka waktu 5 ( lima ) tahun. (2) Izin usaha harus dilakukan Pendaftaran Ulang setiap 1 ( satu ) tahun. Pasal 12 (1) Izin usaha dapat dicabut apabila : a. Tidak memenuhi persyaratan pengusahaan hotel yang telah ditetapkan; b. Tidak melakukan kegiatan usaha selama 2 ( dua ) tahun berturut turut; c. Tidak memenuhi kewajiban penyampaian Laporan Kegiatan Usaha ( LKU ) kepada Walikota melalui Kantor Informasi, Pariwisata, Seni dan Budaya; d. Melakukan kegiatan yang bertentangan dengan peraturan / ketentuan yang berlaku; e. Diperoleh secara tidak sah; f. Perusahaan jatuh pailit. Pasal 13
Page 11 of 19 Setiap perubahan nama dan atau pemindah tanganan, pemilik hotel wajib melaporkan secara tertulis kepada Walikota melalui Kantor Informasi, Pariwisata, Seni dan Budaya. BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 14 (1) Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha hotel dilakukan oleh Kantor Informasi, Pariwisata, Seni dan Budaya atas nama Walikota;. (2) Pimpinan Hotel wajib memberikan laporan tentang tingkat hunian kamar setiap bulan kepada Walikota melalui Kantor Informasi, Pariwisata, Seni dan Budaya; (3) Pimpinan Usaha Hotel wajib menyampaikan Laporan Kegiatan Usaha ( LKU ) kepada Walikota melalui Kantor Informasi, Pariwisata, Seni dan Budaya dan tembusan kepada Gubernur Sumatera Selatan, Laporan Kegiatan Usaha ( LKU ) dilakukan 2 ( dua ) kali dalam 1 ( satu ) tahun pada setiap akhir bulan Januari dan akhir bulan Juli. (4) Dalam hal yang dianggap perlu Walikota melalui Kantor Informasi, Pariwisata, Seni dan Budaya dapat meminta laporan kepada Pimpinan Hotel. Pasal 15 (1) Pembinaan dan pengawasan dimaksud dalam pasal 14 ayat (1) Peraturan Daerah ini meliputi : a. Fisik bangunan termasuk tata ruang; b Tekhnik pengelolaan hotel; c. Kebersihan, kesehatan dan sanitasi; d. Peningkatan keterampilan dan kemampuan tenaga kerja; e. Peningkatan etika dan estetika ( keindahan ); f. Ketertiban dan keamanan. (2) Untuk pelaksanaan pembinaan dan pengawasan dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, tehadap pengusahaan hotel sewaktu waktu dapat diadakan pemeriksaan oleh Petugas Kantor Informasi, Pariwisata, Seni dan Budaya.
Page 12 of 19 BAB IX RETRIBUSI ATAS IZIN USAHA HOTEL Bagian Pertama Nama, Objek dan Subjek Retribusi Pasal 16 Dengan nama Retribusi Atas Izin Usaha Hotel dipungut retribusi atas izin usaha hotel yang selanjutnya disebut Retribusi. Pasal 17 Objek Retribusi adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah yang dinikmati oleh orang pribadi berupa pelayanan : a. Pemberian persetujuan prinsip pembangunan baru dan penambahan kamar; b. Pemberian Izin Usaha; c. Pendaftaran ulang. Pasal 18 Subjek Retribusi adalah orang pribadi / badan usaha yang melakukan pembayaran atas pelayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud Pasal 17 Peraturan Daerah ini. Bagian Kedua Golongan Retribusi Pasal 19 Retribusi sebagaimana dimaksud Pasal 16 Peraturan Daerah ini digolongkan sebagai retribusi perizinan tertentu. Bagian Ketiga Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 20 Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jumlah persetujuan prinsip, izin usaha, pendaftaran ulang yang diberikan dan golongan hotel.
Page 13 of 19 Bagian Keempat Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 21 (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutupi sebagian atau sama dengan biaya penyelenggaraan pemberian pelayanan sebagaimana dimaksud Pasal 17 Peraturan Daerah ini. (2) Biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini meliputi komponen biaya survey lapangan dan biaya transportasi dalam rangka pembinaan pengendalian dan pengawasan. Bagian Kelima Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 22 (1) Struktur tarif retribusi digolongkan berdasarkan penggolongan hotel, jumlah kamar dan jenis pelayanan yang diberikan sebagaimana dimaksud Pasal 17 Peraturan Daerah ini. (2) Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah sebagai berikut : a. Retribusi pemberian persetujuan prinsip pembangunan baru dan penambahan kamar : - Hotel Bintang sebesar Rp. 20.000,- / kamar - Hotel Melati sebesar Rp. 15.000,- / kamar b. Retribusi Izin Usaha : - Bintang 5 ( lima ) sebesar Rp. 50.000,- / kamar - Bintang 4 ( empat ) sebesar Rp. 40.000,- / kamar - Bintang 3 ( tiga ) sebesar Rp. 35.000,- / kamar - Bintang 2 ( dua ) sebesar Rp. 30.000,- / kamar - Bintang 1 ( satu ) sebesar Rp. 25.000,- / kamar - Melati sebesar RP. 20.000,- / kamar (3) Setiap pendaftaran ulang dikenakan retribusi sebesar 50 % ( lima puluh persen ) dari besarnya tarif sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b pasal ini.
Page 14 of 19 Bagian Keenam Wilayah Pemungutan Pasal 23 Retribusi terhutang dipungut di wilayah daerah tempat pelayanan diberikan. Bagian Ketujuh Masa Retribusi dan Saat Retribusi Terhutang Pasal 24 Masa retribusi adalah dalam jangka waktu yang lamanya 5 ( lima ) tahun. Pasal 25 Saat terhutangnya retribusi adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lainnya yang dipersamakan. Bagian Kedelapan Surat Pendaftaran Pasal 26 (1) Wajib Retribusi, wajib mengisi SPORD (2) SPORD sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya bersamaan dengan pengajuan permohonan perizinan. (3) Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPORD sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, ditetapkan oleh Walikota. Bagian Kesembilan Penetapan Retribusi Pasal 27 (1) Berdasarkan SPORD sebagaimana dimaksud pasal 26 ayat (1) Peraturan Daerah ini, ditetapkan retribusi terhutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang mengakibatkan penambahan jumlah retribusi yang terhutang, maka dikeluarkan SKRDKBT.
Page 15 of 19 (3) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dan SKRDKBT sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini ditetapkan oleh Walikota. Bagian Kesepuluh Tata Cara Pemungutan Pasal 28 (1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan SKRDKBT Bagian Kesebelas Sanksi Administrasi Pasal 29 Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % ( dua persen ) setiap bulan dari retribusi yang terhutang atau kurang membayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. Bagian Keduabelas Tata Cara Pembayaran Pasal 30 (1) Pembayaran retribusi yang terhutang harus dilunasi sekaligus. (2) Retribusi yang terhutang dilunasi selambat lambatnya 15 ( lima belas ) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan STRD. (3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan Walikota. Bagian Ketigabelas Tata Cara Penagihan Pasal 31 (1) Pengeluaran surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan 7 ( tujuh ) hari sejak jatuh tempo pembayaran.
Page 16 of 19 (2) Dalam jangka waktu 7 ( tujuh ) hari sejak tanggal surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis Wajib Retribusi harus melunasi retribusi yang terhutang. (3) Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk. Bagian Keempat belas Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi Pasal 32 (1) Walikota dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi. (2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dapat diberikan dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi. (3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Walikota. BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 33 (1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 ( enam ) bulan atau denda sebanyak banyaknya Rp. 5.000.000,- ( Lima Juta Rupiah ). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran. BAB XI PENYIDIKAN Pasal 34 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah :
Page 17 of 19 a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan tentang laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan mengenai orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; d. Memeriksa buku buku, catatan catatan dan dokumen dokumen lain yang berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; g. Menyuruh berhenti dan / atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan / atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. BAB XII KETENTUAN PERALIHAN
Page 18 of 19 Pasal 35 (1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua ketentuan tentang pengusahaan hotel yang pernah dikeluarkan dan bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku. (2) Selambat lambatnya dalam jangka waktu selama 6 ( enam ) bulan terhitung sejak berlakunya Peraturan Daerah ini, semua usaha hotel dalam daerah harus telah menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 36 Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, akan ditetapkan lebih lanjut oleh Walikota sepanjang mengenai pelaksanaannya. Pasal 37 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Lubuklinggau. Ditetapkan di Lubuklinggau. pada tanggal 17 Juni 2004 WALIKOTA LUBUKLINGGAU, Cap/ttd H. RIDUAN EFFENDI Diundangkan di Lubuklinggau Pada tanggal 19 Juni 2004 SEKRETARIS DAERAH Cap/ttd H. UBAIDILLAH IDRUS, SH PEMBINA TK. I NIP. 440012311
Page 19 of 19 LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2004 NOMOR 01 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 06 TAHUN 2004 CETAK TUTUP