BAB I PENDAHULUAN. Andar, 2009). Seseorang disebut lansia apabila usianya 65. beradaptasi dengan stres lingkungan (Pudjiastuti, 2003).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

IRMA MUSTIKA SARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan aktivitas sehari-hari (Nugroho,2008). Kemandirian lansia dalam

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk Indonesia diproyeksikan dalam kurun waktu dua puluh lima tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan) - manusia lahir. Manusia secara perlahan-lahan mengalami penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang dan semua orang akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. masa hidup manusia yang terakhir. Lanjut usia atau yang lazim disingkat

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah lanjut usia akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU No.13 tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

I. PENDAHULUAN. kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian (Setiati et al, 2009).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia (lansia) diperkirakan mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. lansia yaitu kelompok usia tahun yang disebut masa virilitas, 55-64

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti, dan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah seorang laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. negara-negara dunia diprediksikan akan mengalami peningkatan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

BAB II TINJAUN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk merujuk kepada cara kita berpikir tentang dan mengevaluasi diri kita

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia hidup sehat, mandiri, dan produktif. Kemandirian dan produktivitas lansia tercermin dari Activities

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. istilah lanjut usia atau yang lebih dikenal sebagai lansia (Tamher dan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. memperbaiki keruskan yang diderita (Martono & Parka, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lansia dapat menjadi salah satu tolok ukur kesejahteraan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lanjut usia yang berusia antara tahun, danfase senium yaitu lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat alamiah dan normal terjadi pada setiap manusia. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menua (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Masa lanjut usia (lansia) tidak dapat dihindarkan dan mulai bermunculan macam-macam penyakit karena penuaan organorgan tubuh dan penurunan daya tahan tubuh (Santoso & Andar, 2009). Seseorang disebut lansia apabila usianya 65 tahun ke atas (Setianto, 2004). Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Pudjiastuti, 2003). Pertumbuhan penduduk usia 60 tahun ke atas meningkat lebih pesat dari kelompok umur lainnya (Depkes RI, 2012). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010, Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lansia terbanyak di dunia yakni, mencapai 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlah penduduk. Berdasarkan proyeksi Badan Perencanaan 1

2 Pembangunan Nasional, jumlah penduduk lansia 60 tahun ke atas diperkirakan akan terus meningkat dari 18,1 juta pada tahun 2010 menjadi 29,1 juta tahun 2020 (Badan Pusat Statistik, 2010). Berdasarkan data BPS Jawa Tengah menunjukkan pada tahun 2010 jumlah lansia mencapai 3,35 juta jiwa (10,34%) dari seluruh penduduk Provinsi Jawa Tengah kemudian naik menjadi 3,45 juta jiwa (10,55%) pada tahun 2011 dan terus meningkat pada tahun 2013 yang menunjukkan bahwa jumlah penduduk Jawa Tengah mencapai 33,26 juta jiwa, dari jumlah ini 3,69 juta jiwa (11,10%) merupakan lanjut usia. Di Salatiga pada tahun 2011 jumlah penduduk mencapai 177,088 jiwa dan 11,043 jiwa (27,49%) merupakan penduduk lansia 60 tahun ke atas (Badan Pusat Statistik Jateng, 2014). Pada lansia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Penyebab kemunduran fisik ini merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tetapi karena proses menua. Kemunduran dapat juga mempunyai penyebab psikologis. Sebagian Lansia akan mengalami hambatan dalam kehidupan mereka sehingga tidak sedikit dari mereka menarik diri dari kehidupan sosial,

3 mengalami depresi dan tidak mau melakukan kegiatankegiatan produktif yang biasa dilakukan bahkan sampai pada keinginan bunuh diri. Sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan dan penghidupan pada umumnya dapat menuju kepada keadaan uzur, karena terjadi perubahan pada lapisan otak. Akibatnya, orang yang menurun secara fisik dan mental dan mungkin akan segera mati. Masa lansia bisa jadi juga disertai dengan berbagai penyakit yang menyerang dan menggerogoti tubuh lansia sekalipun tidak semua lansia adalah berpenyakit. Tapi kebanyakan lansia rentan terhadap penyakit-penyakit tertentu akibat kondisi organ-organ tubuh yang telah mengalami kemunduran juga kekebalan tubuh yang menurun. Masalah-masalah lain akibat dari proses penuaan adalah kemunduran dari aspek sosial ekonomi. Selain itu akan muncul berbagai penyakit degeneratif seperti jantung koroner, stroke, patah tulang akibat osteoporosis, demensia dan lainlain (Depkes RI, 2012). Pengaruh proses penuaan dapat menimbulkan berbagai masalah, baik secara fisik, biologis, mental maupun sosial ekonomi. Secara alami proses penuaan mengakibatkan lansia mengalami perubahan fisik dan mental yang mempengaruhi kondisi ekonomi dan sosial (Mubarak,2011). Berbagai perubahan yang terjadi pada lansia antara lain perubahan fisik,

4 sosial, dan psikologis. Perubahan fisik yang terjadi seperti penurunan kemampuan melakukan aktivitas kehidupan seharihari. Perubahan sosial seperti kesempatan yang sama untuk memberikan masukan, kemudian merasa diasingkan. Perubahan psikologis seperti takut menghadapi kematian dan masa kesepian (Maryam, 2008). Perubahan-perubahan tersebut menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri secara terus menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah (Mubarak, 2011). Kemunduran fisik dan menurunnya fungsi organ dapat menyebabkan lansia menjadi tergantung kepada orang lain (Nugroho, 2009). Penurunan fisik ini dapat dilihat dari kemampuan fungsional dari lansia terutama kemampuan lanjut usia untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti berpakaian, buang air besar atau kecil, makan, minum, berjalan, tidur, dan mandi. Dari kemampuan melakukan aktivitas tersebut dapat dinilai apakah lanjut usia mandiri atau tergantung pada orang lain. Mandiri dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (Activities of Daily Living=ADL) adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada pihak lain dalam merawat diri maupun dalam beraktivitas sehari-hari. Semakin mandiri status fungsional lansia maka kemampuan

5 untuk bertahan terhadap serangan penyakit akan semakin baik. Sebaliknya lansia yang menunjukkan ketergantungan akan rentan terhadap serangan penyakit (Nugroho, 2009). Meskipun lansia secara alamiah mengalami penurunan dan kemunduran fisik, tetapi tidak menutup kemungkinan lansia dapat melakukan aktivitas dan pemenuhan kebutuhan sehari hari secara mandiri. Ketersediaan bantuan sepanjang waktu di rumah atau institusi layanan kesehatan atau rawatan rumah bersifat melindungi kebutuhan lansia untuk tetap tinggal di rumahnya dan mempertahankan kemandiriannya selama mungkin (Friedman, 2010). Kemandirian ini sangat penting untuk merawat dirinya dalam pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari. Apabila lansia mengalami ketergantungan terus menerus, hal ini juga akan berdampak pada psikisnya karena lansia akan berpikir dirinya adalah orang yang cacat, sakit dan hanya dapat menyusahkan orang lain, maka menimbulkan perasaan cemas pada dirinya. Semakin lanjut usia seseorang, maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan pula timbulnya gangguan dalam hal peran-peran sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan

6 ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain (Tamher dan Noorkasiani, 2009). Suhartini (2004), dalam penelitiannya menyebut ada beberapa faktor yang berhubungan dengan kemandirian pada lansia yaitu kondisi kesehatan, kondisi sosial, dan kondisi ekonominya. Lansia dapat mandiri jika kondisi kesehatannya dalam keadaan baik. Secara sosial, lansia yang mandiri itu melakukan aktivitas sosial, memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan mendapat dukungan dari keluarga dan masyarakat. Secara ekonomi memiliki penghasilan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kemudian, Zuraidah (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Kondisi Kesehatan dengan Kemandirian Lansia dalam Pemenuhan Activity daily Living (ADL) di Panti Tresna Wredha Budi Luhur Kota Lubuklinggau, menyebut dari 32 responden ditemukan bahwa responden yang mempunyai kondisi kesehatan dalam kategori sehat 1 orang (3,1%) dan kategori sakit sebanyak 31 responden (96,9%). Lansia yang mempunyai kemandirian dalam kategori mandiri sebanyak 26 responden (81,2%) dan dibantu sebanyak 6 orang (18,8%). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kondisi kesehatan dengan kemandirian lansia dalam pemenuhan activity daily living (ADL)

7 di Panti Tresna Wredha Budi Luhur Kota Lubuklinggau. Sebagian besar lansia mempunyai kondisi kesehatan dalam kategori sakit tetapi masih mandiri dalam memenuhi aktivitas sehari-harinya. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan, diketahui bahwa Panti Wredha Salib Putih merupakan salah satu tempat untuk merawat Lansia di Salatiga. Dari wawancara singkat yang peneliti lakukan dengan petugas panti pada bulan Oktober 2014 didapatkan informasi bahwa beberapa lansia di Panti Wredha menderita berbagai penyakit yang berhubungan dengan penuaan antara lain seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung koroner, rematik dan asma sehingga menyebabkan aktifitas sehari-hari terganggu. Penurunan kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis. Dengan berubahnya penampilan, menurunnya fungsi panca indra menyebabkan lanjut usia merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi. Hal inilah yang memicu peneliti tertarik ingin mengkaji secara menyeluruh hubungan faktor kondisi kesehatan dan kondisi sosial dengan kemandirian lansia.

8 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka beberapa masalah utama yang dihadapi lanjut usia pada umumnya adalah: (1) Menurunnya daya tahan fisik (2) Kemunduran psikis (3) Perkawinan anak sehingga anak hidup mandiri dan terpisah dari orangtua (4) Kurangnya dukungan dari keluarga lanjut usia (5) Pola tempat tinggal lanjut usia; lanjut usia yang hidup di rumah sendiri, tinggal bersama dengan anak/menantu, dan tinggal di Panti Wredha. Dengan permasalahan yang komplek yang dialami oleh lanjut usia maka peneliti memilih permasalahan hubungan faktor kondisi kesehatan dan kondisi sosial dengan kemandirian lanjut usia. 1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka pertanyaan penelitian yang dikembangkan untuk menjawab masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah ada hubungan faktor kondisi kesehatan dengan kemandirian lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga? 2. Apakah ada hubungan faktor kondisi sosial dengan kemandirian lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga

9 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor kondisi kesehatan dan kondisi sosial dengan kemandirian lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga. 1.4.2. Tujuan khusus 1.4.2.1. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan dan agama di Panti Wredha Salib Putih Salatiga 1.4.2.2. Mengetahui distribusi kondisi kesehatan lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga 1.4.2.3. Mengetahui distribusi kondisi hubungan sosial lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga 1.4.2.4. Mengetahui distribusi kemandirian lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga 1.4.2.5. Mengidentifikasi hubungan antara faktor kondisi kesehatan dengan kemandirian lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga 1.4.2.6. Mengidentifikasi hubungan antara faktor kondisi sosial dengan kemandirian lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga

10 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Profesi keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan khususnya keperawatan kepada lansia dan mendorong kemandirian lanjut usia. 1.5.2. Bagi institusi (Panti Wredha Salib Putih) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi yang bermanfaat bagi panti wredha untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian lanjut usia, sehingga dapat memberikan perlakuan atau pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan lanjut usia. 1.5.3. Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan wawasan yang lebih luas serta dapat dijadikan sebagai data awal pengembangan penelitian selanjutnya.