digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tinggi Badan a. Definisi Tinggi badan merupakan salah satu pengukuran tubuh manusia yang mengukur jarak maksimum dari vertex (puncak kepala) sampai telapak kaki (Wiyono et al., 2011). Tinggi badan bisa juga diartikan jarak yang diambil dari vertex (puncak kepala) menuju lantai dengan posisi anatomis dan kepala sejajar dataran frankfurt (Zeybek et al, 2008). Sedangkan menurut Snell dalam Ismurrizal (2011), tinggi badan didefinisikan sebagai hasil pengukuran maksimum panjang tulang-tulang dalam tubuh yang membentuk poros tubuh (The Body Axis), yang diukur dari titik tertinggi kepala yang disebut vertex (puncak kepala) ke titik terendah dari tulang kalkaneus (tuberositas calcanei) yang disebut heel. b. Pengukuran Tinggi Badan Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan posisi antropometris, yaitu dengan posisi subjek berdiri tegak lurus, kepala menghadap ke depan dengan tungkai, pantat, punggung dan kepala berada dalam satu garis lurus serta kedua tangan relaks di samping badan (Wiyono et al., 2011). Dalam mengukur tinggi badan, posisi kepala sejajar dengan dataran frankfurt (Jasuja dan Singh, 2004). Dataran frankfurt 5
digilib.uns.ac.id 6 merupakan bidang horizontal yang melewati titik tragus dan infraorbital (Sulandjari, 2008) atau bidang horizontal yang sejajar dengan dasar/lantai yang melalui titik paling bawah pada satu lekuk mata (umumnya paling kiri) dan titik paling atas pada dua lubang telinga luar (porion pada tengkorak, tragion pada manusia hidup) (Ismurrizal, 2011). Gambar 2.1 Posisi Antropometris Menghadap Lurus ke Depan dengan Kepala, Punggung, Pantat, Betis dan Tumit dalam Satu Garis Lurus (Depkes, 2007) c. Perkiraan Tinggi badan Ukuran panjang tulang-tulang panjang dalam tubuh memiliki hubungan yang signifikan dalam memperkirakan tinggi badan manusia. Pada saat melakukan identifikasi forensik sering sekali proses identifikasi tidak dilakukan terhadap korban yang masih utuh, tetapi sudah dalam keadaan rusak atau terpotong-potong (Ismurrizal, 2011). Amir dalam Ismurrizal (2011) mengungkapkan, pada keadaan tubuh yang tidak lagi utuh, dapat diperkirakan tinggi badan seseorang secara kasar dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut :
digilib.uns.ac.id 7 1) Mengukur jarak kedua ujung jari tengah kiri dan kanan pada saat direntangkan secara maksimum, akan sama dengan ukuran tinggi badan 2) Mengukur panjang dari Vertex (puncak kepala) sampai symphisis pubis dikali 2, ataupun ukuran panjang dari symphisis pubis sampai ke salah satu tumit, dengan posisi pinggang dan kaki diregang serta tumit dijinjitkan 3) Mengukur panjang salah satu lengan (diukur dari salah satu ujung jari tengah sampai ke acromion di clavicula pada sisi yang sama) dikali 2 cm, lalu ditambah lagi 34 cm (terdiri dari 30 cm panjang 2 buah clavicula dan 4 cm lebar dari manubrium sterni/sternum) 4) Mengukur panjang dari lekuk di atas sternum (sternal notch) sampai symphisis pubis lalu dikali 3,3 5) Mengukur panjang ujung jari tengah sampai ujung olecranon pada satu sisi yang sama, lalu dikali 3,7 6) Panjang femur dikali 4 7) Panjang humerus dikali 6 d. Pertumbuhan Tinggi Badan Tulang secara umum terdiri dari tiga bagian, yaitu epiphysis, metaphysis dan diaphysis. Di samping itu tulang juga memiliki dua komponen, yaitu tulang kortikal dan tulang trabekular atau spongiosa. Tulang kortikal merupakan bagian dari diaphysis yang memiliki
digilib.uns.ac.id 8 kekuatan yang besar. Sedangkan tulang trabekular atau spongiosa terletak di bagian metaphysis yang mengandung sel-sel hematopoetik (Price dan Wilson, 2005) Tempat pertemuan dua tulang atau lebih yang saling berhubungan dinamakan sendi (Price dan Wilson, 2005). Sendi memiliki fungsi untuk melakukan pergerakan, beberapa sendi memiliki pergerakan yang bebas, tetapi ada juga sendi dalam tubuh manusia yang hanya memiliki sedikit pergerakan atau bahkan tidak mempunyai pergerakan. Mengukur tinggi badan adalah mengukur tubuh yang dibentuk oleh tulang yang dihubungkan dengan sendi (Ismurrizal, 2011). Pada keadaan normal tulang mengalami pembentukan dan absorpsi pada suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanakkanak ketika terjadi lebih banyak pembentukan daripada absorpsi tulang (Price dan Wilson, 2005). Tulang-tulang panjang pada ekstremitas (alat gerak) awalnya mengalami perkembangan dan pembentukan secara osifikasi endokondral, yaitu pembentukan tulang dari tulang-tulang rawan. Osifikasi ini merupakan proses yang lambat dari mulai dalam kandungan sampai usia sekitar 18-20 tahun atau bahkan dapat lebih lama lagi (Ismurrizal, 2011). Pusat pertumbuhan tinggi badan manusia berada pada lempeng epiphyseal plate yang terletak di ujung tiap tulang panjang. Epiphyseal plate terbentuk sejak manusia dilahirkan dan biasanya akan menutup pada usia 16 tahun untuk wanita sedangkan
digilib.uns.ac.id 9 untuk laki-laki menutup pada usia 18 tahun, yang berarti pertumbuhan sudah terhenti (Wibisono, 2014). Gambar 2.2 Bagian-Bagian Tulang (Dilihat dari Luar dan Dalam) (Maryam, 2014; Setiono, 2014) e. Hubungan tinggi badan dengan identifikasi forensik Identifikasi forensik merupakan salah satu upaya penyidik dalam menentukan identitas seseorang yang identitasnya tidak diketahui baik dalam kasus pidana maupun perdata. Salah satu metode yang digunakan dalam identifikasi forensik adalah identifikasi medis yang meliputi pemeriksaan dan pencarian data bentuk tubuh, tinggi dan berat badan, ras, jenis kelamin, warna rambut, warna iris mata, cacat tubuh/kelainan khusus, jaringan parut bekas operasi/luka dan sebagainya (Mansjoer et al, 2000). Tinggi badan merupakan parameter penting dalam proses identifikasi dan bidang telaah antropologi ragawi (Paluta et al, 2013). Estimasi tinggi badan banyak dijadikan sebagai parameter penting antropometri oleh 'big four' multidisiplin ilmu, seperti ahli antropologi, ahli anatomi, dokter kandungan commit to dan user dokter forensik (Numan et al, 2013).
digilib.uns.ac.id 10 Dalam antropologi forensik, estimasti tinggi badan mempunyai peran penting dalam menentukan identitas seseorang (Sen dan Ghosh, 2008). Estimasi tinggi badan pada mayat utuh mudah dilakukan dengan melihat langsung struktur anatomi primernya, namun berbeda jika mayat tersebut korban dari bencana alam, kecelakaan lalu lintas, perang, teror bom ataupun korban mutilasi yang bisa saja mayat yang ditemukan tidak utuh sehingga sulit diidentifikasi. Pengukuran antropometri forensik khususnya tentang tinggi badan ini sangat membantu memberi informasi tentang data spesifik suatu populasi. Pengukuran ini juga membantu untuk membedakan populasi satu dengan populasi lainnya (Zeybek et al, 2008). 2. Panjang telapak tangan dan panjang telapak kaki a. Definisi Panjang telapak tangan adalah jarak yang ditarik dari titik tengah garis processus styloideus ulnaris et radialis dalam posisi ekstensi ke ujung jari tengah. Sedangkan panjang telapak kaki adalah jarak yang ditarik dari tuberositas calcanei atau heel ke arah ujung jari terpanjang di kaki (hallux/digitus secundus) (Oommen et al, 2005).
digilib.uns.ac.id 11 Gambar 2.3 Panjang Telapak Tangan dan Panjang Telapak Kaki (Oommen et al, 2005) b. Rumus yang digunakan Rumus panjang telapak tangan dan panjang telapak kaki ini berguna untuk memperkirakan tinggi badan seseorang dalam proses identifikasi forensik, jika hanya ditemukan bagian tubuh tertentu seperti telapak tangan atau telapak kaki saja, misalnya pada kasus pembunuhan mutilasi (Wilianto dan Algozi, 2010). Di dunia ini sudah banyak rumus yang ditemukan dalam memperkirakan tinggi badan berdasarkan panjang telapak tangan dan panjang telapak kaki, seperti rumus Oommen (2005) ataupun Patel (2007). Tetapi untuk di Indonesia baru beberapa rumus yang ditemukan dan menunjukkan hasil yang signifikan dalam menentukan tinggi badan berdasarkan panjang telapak tangan dan panjang telapak kaki, yaitu rumus Ismurrizal (2011) dan rumus Wilianto dan Algozi (2010).
digilib.uns.ac.id 12 Ismurrizal (2011) menemukan beberapa rumus dalam menentukan tinggi badan berdasarkan panjang telapak tangan. Namun hanya yang berdasarkan panjang telapak tangan kanan dan panjang telapak tangan kiri saja yang signifikan atau sangat berhubungan. Sedangkan untuk rumus lain yang berdasarkan jenis kelamin kurang kuat hubungannya. Rumus tinggi badan berdasarkan panjang telapak tangan Ismurrizal sebagai berikut: Tb = 71.395 + 5.436 (panjang telapak tangan kanan) Tb = 72.039 + 5.458 (panjang telapak tangan kiri) (Ismurrizal, 2011) Sedangkan untuk rumus tinggi badan berdasarkan panjang telapak kaki, Wilianto dan Algozi (2010) juga menemukan beberapa rumus untuk memperkirakan tinggi badan. Berbeda dengan rumus Ismurrizal, rumus Wilianto dan Algozi ini hampir semuanya sangat kuat hubungannya, baik berdasarkan panjang telapak kaki kanan dan kiri, atau berdasarkan jenis kelaminnya. Namun dikarenakan rumus pembandingnya yang signifikan hanya yang berdasarkan panjang telapak tangan kanan dan panjang telapak tangan kiri saja, sehingga pada penelitian ini yang digunakan rumus tinggi badan berdasarkan panjang telapak kaki Wilianto dan Algozi sebagai berikut: Tb = 33 + 5.33 (panjang telapak kaki kanan) Tb = 37.2 + 5.15 (panjang telapak kaki kiri) (Wilianto dan Algozi, 2010)
digilib.uns.ac.id 13 3. Hubungan estimasi tinggi badan dengan panjang telapak tangan dan panjang telapak kaki Banyak bagian tubuh manusia yang digunakan untuk menentukan perkiraan tinggi badan seseorang. Beberapa contoh di antaranya bagian metatarsal, tibia, femur, panjang kepala, phalanx, panjang tangan, panjang lengan atas serta clavicula (Numan et al, 2013). Panjang telapak tangan dan panjang telapak kaki juga memberikan korelasi biologis terhadap tinggi badan seseorang (Kanchan et al, 2008; Ishak et al, 2008). Tetapi rumus penentuan tinggi badan untuk setiap ras di dunia ini berbeda-beda. Sudah banyak dilakukan penelitian untuk mencari rumus penentuan tinggi badan untuk setiap ras yang berbeda - beda ini (Kanchan et al, 2008). Untuk di Indonesia baru beberapa peneliti yang meneliti tentang rumus yang cocok untuk ras di Indonesia, misalnya Ismurrizal (2011) serta Wilianto dan Algozi (2010).
digilib.uns.ac.id 14 B. Kerangka Pemikiran Panjang telapak tangan Panjang telapak kaki Estimasi tinggi badan Uji regresi linier ganda Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Keterangan: Yang diukur C. Hipotesis Terdapat hubungan panjang telapak tangan dengan tinggi badan, panjang telapak kaki dengan tinggi badan, serta panjang telapak tangan dan panjang telapak kaki dengan tinggi badan.