BABI PENDAHULU~ Jumlah uang beredar teramat penting karena peranannya sebagai alat



dokumen-dokumen yang mirip
1. Tinjauan Umum

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utamanya sebagai media untuk bertransaksi, sehingga pada awalnya

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

Huruf b. Contoh perhitungan GWM Sekunder dalam Rupiah:

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

No.10/ 33 /DPNP Jakarta, 15 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA

Kebijakan Moneter & Bank Sentral

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. Resesi ekonomi dunia pada tahun 1982 dan kebijakan moneter yang kurang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi, salah satunya ialah

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

I. PENDAHULUAN. harian bank (cash in vaults), dikurangi kewajiban Giro Wajib Minimum (Reserve

GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH (3 September 2010)

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KONVENSIONAL DI INDONESIA

Pasal I Angka 1 Pasal 3 Huruf a Contoh perhitungan GWM Primer dalam Rupiah:

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/19/PBI/2010 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM PADA BANK INDONESIA DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam ilmu ekonomi, keseimbangan pasar (market equilibrium) terjadi

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

INFLATION. Izza Mafruhah, SE, MSi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan. semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian oleh masyarakat dan otoritas moneter. Maka dari itu apabila

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

BABI PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Permintaan uang mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam ilmu ekonomi dikenal istilah pasar keuangan. Pasar keuangan adalah

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

PROPOSAL. KAUSALITAS ANTARA TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO PADA BANK UMUM TERHADAP JUMLAH UANG BEREDAR di INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor keuangan di Indonesia masih didominasi oleh industri perbankan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi keuangan. Menurut undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode

Transkripsi:

BABI PENDAHULU~ 1.1 Latar Belakang Jumlah uang beredar teramat penting karena peranannya sebagai alat transaksi penggerak perekonomian. Besar kecilnya jumlah uang beredar akan mempengaruhi daya beli riil masyarakat dan juga tersedianya komoditi kebutuhan masyarakat (Setyawan, 2005:11). Jumlah uang beredar yang ada di tangan masyarakat harus berkembang secara wajar. Hal ini tentunya akan memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian, namun perkembangan yang terlalu meningkat tajam akan dapat memicu inflasi yang tentunya memberikan pengaruh negatif terhadap pertumbuhan perekonomian suatu negara. Oleh karena itu, jumlah uang beredar harus dapat dikendalikan sesuai dengan kapasitas perekonomian suatu negara, yaitu diupayakan agar jumlah uang yang beredar tidak terlalu ban yak, dan juga tidak terlalu sedikit. Pengendalian jumlah uang beredar perlu dilakukan oleh Bank Sentral t I J, 1 sebagai otoritas moneter dengan kebijakan-kebijakannya dalam mengendalikan jumlah uang beredar. Pada kenyatannya peredaran jumlah uang dipengaruhi oleh aktivitas pasar, dimana Bank Sentral, Lembaga Keuangan dan masyarakat saling berinteraksi dalam menetapkanjumlah uang yang beredar. Oleh karena itu Bank Indonesia sebagai Bank Sentral di Indonesia membutuhkan informasi tentang perkembangan dan perilaku jumlah uang 1

2 beredar di masyarakat. Hal ini digunakan agar Bank Indonesia selaku otoritas moneter dapat menentukan kebijak:an moneter dengan baik dan tepat, sehingga roda perekonomian dapat be:tjalan dengan baik. Dilihat dari pertumbuhan Jumlah Uang Beredar (JUB) MI dari tahun 2003 ke tahun 2004 sebesar 13,08 persen. Peningkatan Ml disumbang oleh peningkatan uang kartal dan uang giral. Peningkatan ini sejalan dengan meningkatnya pendapatan nasional tahun 2004 yaitu sebesar Rp 2.295.826 milyar. Pada tahun ini Bank Indonesia menetapkan kebijak:an moneter yang longgar (cautious easing). Dengan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia ini pertumbuhan uang beredar mengalami perkembangan yang positif, meskipun sedikit melampaui perkiraan. Sementara itu, turunnya suku bunga acuan mendorong suku bunga deposito ikut turun menjadi 7,07 persen dimana pada tahun sebelumnya suku bunga deposito sebesar 10,39 persen. Sejalan dengan kebijak:an moneter yang longgar, pengendalian di sisi likuiditas adalah dengan menyerap kelebihan likuiditas perbankan yang belum dapat dimanfaatkan oleh sektor riil maka salah satu penyerapan likuiditas ini dilakukan melalui penetapan Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah bank umum yang sebesar 5-8 persen secara proporsional terhadap jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dimiliki oleh masing-masing bank (berlaku efektif sejak tanggal 1 Juli 2004). Kemudian pada tahun 2005 jumlah uang beredar Ml mengalami peningkatan sebesar 9,29 persen atau Rp 271.140 milyar dengan diikuti peningkatan pendapatan nasional menjadi sebesar Rp 2.774.281 milyar. Namun peningkatan Ml ini tidak diikuti dengan pertumbuhan Ml yang baik bahkan

3 M1 menga1ami penurunan dari tahun sebe1umnya menjadi sebesar 10,5 persen. Penurunan ini terutama didorong o1eh lebih rendahnya realisasi defisit fiskal, kebijakan pembayaran subsidi langsung dalam valuta asing kepada Pertamina. Tahun 2005 ini tingginya ekses likuiditas perbankan dan tingginya inflasi yang mencapai 17,1 persen, membuat BI mengambil langkah pengetatan melalui kenaikan BI rate yang diikuti dengan meningkatnya tingkat suku bunga deposito untukjangka waktu 12 bulan pada bank umum menjadi 10,95 persen. Kebijakan mengambil langkah pengetatan melalui kenaikan BI Rate ini diperkuat dengan kenaikan GWM. Kebijakan menaikkan GWM ditetapkan pada September 2005 dilakukan secara proporsional atas dasar pencapaian Loan to Deposit Ratio (LDR) bank secara individual 5 sampai 8 persen. Pertumbuhan jumlah uang beredar M1 kembali naik pada tahun 2006 sebesar 21,86 persen menjadi sebesar Rp 347.013 milyar peningkatan ini diikuti dengan peningkatan pendapatan nasional yaitu sebesar Rp 3.339.217 milyar. Lonjakan peningkatan jumlah uang beredar ini dikarenakan tingginya permintaan uang kartal seiring dengan faktor musiman seperti libur sekolah, bulan puasa, serta Natal dan Tahun Baru yang hampir berdekatan waktu pelaksanaannya. Peningkatan pertumbuhan M1 tidak diikuti dengan meningkatnya inflasi justru inflasi pada tahun ini mengalami penurunan menjadi 6,6 persen. Pada tahun ini Bank Indone~ia cenderung menempuh kebijakan moneter ketat (tight biased) dengan mempertahankan BI Rate pada level 12,75 persen yang selanjutnya sejak Mei 2006 menurunkannya secara terukur dan hati-hati (cautious easing) menjadi 9, 75 persen. Namun penurunan BI Rate ini tidak sejalan dengan tingkat suku bunga deposito yang naik menjadi

4 11,63 persen, sementara itu GWM yang ditetapkan secara proporsional atas dasar pencapaian Loan to Deposit Ratio (LDR) bank secara individual 5 sampai 8 persen. Kemudian pada tahun 2007 dimana pada tahun ini peningkatan jumlah uang beredar naik sebesar 22,90 persen yaitu sebesar Rp 450.056 milyar. Pertumbuhan likuiditas perekonomian tersebut dapat dikategorikan tinggi apabila dibandingkan dengan kondisi dalam 5 tahun terakhir. Peningkatan jumlah uang beredar M1 diikuti dengan pendapatan masyarakat sebesar Rp 3.950.893 milyar. Peningkatan pertumbuhan M1 ini terutama disumbang oleh cukup tingginya pertumbuhan uang kartal di masyarakat selaras dengan berlanjutnya ekspansi perekonomian di sektor riil. Dengan tingginya pertumbuhan Ml pada tahun ini tidak diikuti dengan tingkat inflasi yang naik maupun tul'u1l, bahkan menunjukkan tingkat inflasi tahun 2007 ini tetap bertahan pada level 6,6 persen. Disarnping itu penurunan BI Rate mempengaruhi koinponen likuiditas perekonomian. BI rate direspons kuat oleh tingkat suku bunga deposito. Kuatnya respons tersebut mencerminkan kondisi ekses likuiditas dan sejalan dengan perkembangan suku bunga penjaminan deposito rupiah. Suku bunga deposito rata-rata untuk keseluruhan tenor menurun lebih besar daripada menurunnya BI Rate pada periode ini menjadi sebesar 8,24 persen. Pada tahun 2008 jumlah uang beredar M1 menjadi Rp 456.787 milyar atau meningkat hanya I,47 persen lebih kecil dibandingkan dari tahun sebelumnya. Meningkatnya jumlah uang beredar Ml diikuti pendapatan nasional yang meningkat menjadi Rp 4.954.028 milyar. Namun pertumbuhan

5 jumlah uang beredar menurun yang lebih tajam dari tahun 2005 dimana pada tahun 2008 ini pertumbuhan jumlah uang beredar hanya berkisar 1,47 persen. Hal ini disebabkan perekonomian Indonesia mulai mendapat tekanan berat pada triwulan IV -2008 akibat terjadinya krisis global yang awalnya dialami oleh Amerika Serikat pada pertengahan 2007. Akibat tekanan krisis global ini tercermin pada perlambatan ekonomi secara signifikan terutama karena anjloknya kinerja ekspor. Disamping itu pertumbuhan permintaan M1 pada akhir tahun 2008 terkoreksi akibat tingginya inflasi yaitu sebesar 11,06 persen. Pemerintah bersama Bank Indonesia menempuh berbagai kebijakan untuk melonggarkan tekanan likuiditas dan memelihara stabilitas sistem keuangan. Dalam hal ini Bank Indonesia merespon dengan menurunkan kewajiban Giro Wajib Minimum (GWM) bank umum me~adi 7,5 persen. Adapun tujuan kebijakan moneter ini diambil untuk memberi perbankan kelebihan likuiditas. Pada masa pemulihan dari krisis, tahun 2009 jumlah uang beredar mengalami peningkatan sebesar 11,45 persen atau Rp 515.824 milyar dengan pendapatan nasional meningkat menjadi Rp 5.613.442 milyar. Peningkatan jumlah uang beredar ini dimungkinkan terjadi sebagai konsekuensi dari upaya pengelolaan likuiditas oleh Bank Indonesia serta asumsi masih cukup stabilnya angka pengganda uang dari likuiditas perekonomian da1am arti sempit (M1). Namun begitupun pertumbuhan M1 mengalami perlambatan yang merefleksikan besarnya dampak penurunan aktivitas perekonomian dibandingkan dengan pengaruh penurunan suku bunga deposito sebesar 9,55 persen dan GWM yang sebesar 5,03 persen. Disamping itu inflasi yang

6 cendenmg menunm pada level 5,00 persen mengindikasikan mulai pulihnya kondisi makroekonomi di Indonesia. Dari penjelasan mengenai perkembangan jumlah uang beredar Ml diatas didapat beberapa indikator makroekonomi yang mempengaruhi jumlah uang beredar. Tabel 1.1 menggambarkan kondisi perkembangan jumlah uang beredar dan beberapa indikator makroekonomi Indonesia tahun 2003-2009. Tabell.l Perkembangan Jumlab Uang Beredar dan Beberapa Indikator Makroekonomi di Indonesia tabun 2003-2009 Suku lnflasi JUB M1 PDB GWM Thn Bunga (%) (MiliarRp) (Miliar Rupiah) (%) (%) 2003 213.784 2.013.674,60 10.39 5.10 5.00 2004 245.946 2.295.826,20 7.07 6.40 5.00 2005 271.139 2.774.281,00 10.95 17.11 5.00 2006 347.013 3.339.216,80 11.63 6.60 5.00 2007 450.056 3.950.893,00 8.24 6.60 5.00 2008 456.787 4.954.028,90 10.43 11.06 7.50 2009 515.824 5.613.442,00 9.55 5.00 5.03 Sumber : BI dan BPS Dalam perkembangan jurnlah uang beredar Ml yaitu uang kartal ditambah uang giral di Indonesia tahun 2003 sebesar Rp 213.784 miliar kemudian terns meningkat sampai tahun 2009 sebesar Rp 515.824 miliar. Namun peningkatan jumlah uang beredar pada peri ode ini sangatlah fluktuatif. Fluktuasi peningkatan jumlah uang beredar terjadi setiap tahun, walaupun jumlah uang beredar meningkat setiap tahun. Dari uraian perkembangan jumlah uang beredar diketahui bahwa pertumbuhan Ml mengalami fluktuasi. Fluktuasi ini terutama dapat dilihat pada tahun 2005, 2006 dan tahun 2008. Dimana fluktuasi menurun terjadi pada tahun

7 2005 dan pada tahun 2008 fluktuasi menurun yang lebih tajam dari tahun 2005. Sedangkan pada tahun 2006 terlihat fluktuasi yang meningkat tajam dari tahun sebelumnya. Gambar 1.1 menggambarkan graftk pergerakan fluktuasi jumlah uang beredar Ml pada periode 2003-2009. 25.0% 20.0",1, 15.0".(. 10.0% 5.0"4 0.0% 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Gam bar 1.1 Grafik Pergerakan Fluktuasi Jumlab Uang Beredar Ml Periode 2003-2009 Berbagai kasus dan permasalahan jumlah uang beredar ini telah mendorong berbagai penelitian untuk mengetahui bagaimana variabel makroekonomi mempengaruhi jumlah uang beredar dalam perekonomian suatu negara. Aji (2007: 15) melakukan penelitian di Indonesia dengan menggunakan uji Granger Causality untu menguji hubungan antara tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar (Ml). Penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah uang beredar disebabkan oleh tingkat suku bunga. Disamping itu dalam penelitian ini diambil juga kesimpulan bahwa jumlah uang beredar dipengaruhi jumlah uang beredar tahun sebelumnya. Selain itu ekspektasi masyarakat terhadap perubahan harga barang dan tingkat bur.ga mempengaruhi jumlah uang beredar.

8 Berdasarkan penelitian Restiyanto (2008:90) yang dalam penelitiannya membandingkan jalur jumlah uang beredar dengan jalur kredit (Jalur Kuantitas) dalam efektifitas mekanisme transmisi di Indonesia sebelum dan sesudah krisis rnoneter. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada pengaruh suku bunga SBI, dan Inflasi terhadap Jumlah Uang Beredar (Ml) dan ada kenaikan PDB (Y) dan kenaikan Ml satu periode sebelumnya mempengaruhi kenaikan Ml di Indonesia. Terjadi penurunan jumlah uang beredar tiap periode apabila variabel PDB, suku bunga SBI, inflasi dan Jumlah uang beredar satu periode sebelumnya tetap. Pada penelitian yang dilakukan oleh Rangkuti (2008:64) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Uang Kartal di Indonesia dengan menggunakan model OLS dengan variabel independen PDB, inflasi, nilai tukar, dan tingkat suku bunga. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendapatan, inflasi dan nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan signiftkan terhadap permintaan uang kartal sedangkan variabel tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap permintaan uang kartal. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini masalah yang akan dikaji adalah fluktuasi (volatilitas) jumlah uang beredar di Indonesia kaitannya dengan perubahan variabel makroekonomi, sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh variabel makroekonomi terhadap pergerakan jumlah uang beredar di Indonesia. Dalam penelitian ini digunakan model ARCH/ GARCH untuk melihat fenomena volatilitas jumlah uang beredar dan faktorfaktor yang mempengaruhinya.

9 Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis mengangkat topik dalam penelitian dengan judul Analisis Volatilitas Jumlah Uang Beredar di Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pengaruh PDB, suku bunga BI, lnflasi dan Giro Wajib Minimum terhadap volatilitas jumlah uang beredar (Ml) di Indonesia? 2. Seberapa besar fluktuasi atau volatilitas jumlah uang beredar Ml (uang kartal) akibat PDB, suku bunga, Inflasi dan giro wajib minimum. 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh PDB, suku bunga, inflasi dan giro wajib minimum terhadap volatilitas jumlah uang beredar di Indonesia. 2. Menganalisis volatilitas jumlah uang beredar (uang kartal) akibat PDB, suku bunga, inflasi dan giro wajib minimum. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan penelitian yang dilakukan ini mampu memberikan manfaat yang antara lain adalah : I. Menambah khasanah ilmu penegetahuan khususnya mengenai pengaruh pendapatan, suku bunga, inflasi dan giro wajib minimum tukar tehadap jumlah uang beredar di Indonesia.

10 2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam meningkatkan kebijakan di sektor moneter untuk menjaga kestabilan perekonomian di Indonesia 3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lainnya yang berminat untuk mengkaji dalam bidang yang sama dengan pendekatan dan ruang lingkup yang berbeda.