PERAN PEMBIMBING KEMASYARAKATAN DALAM PELAKSANAAN PIDANA ALTERNATIF SEBAGAI SOLUSI OVERCROWDED DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2018
FAKTOR PENDORONG KONDISI OVERCROWDING Angka kejahatan semakin meningkat Mudahnya alih teknologi kejahatan di Lapas (prisonisasi) Budaya Punitif Masyarakat Penahanan/penjara menjadi metode paling mudah Stigmatisasi sebagai penghambat integrasi sosial dan cikal bakal re sidivisme
Tindak Kejahatan Meningkat (kualitas dan kuantitas) Sistem Peradilan Yang Beritikad Menghukum (punitive sentiment) Penahanan Rutan menjadi pilihan termudah Pemenjaraan menjadi pilihan termudah Terganggunya kondisi psikologis OVERCROWDING dampak Sanitasi tidak terjaga, kesehatan memburuk Peluang gangguan kamtib meningkat Terganggunya fungsi pelayanan& pembinaan Penataan regulasi terkait Pidana alternatif selain penjara, tahanan rumah, tahanan kota, Rehabilitasi Pengguna Narkoba dll Pembangunan Infrastruktur baru; Penataan Kelembagaan; Pemenuhan Sarpras Berbasis TI; Penguatan SDM Optimalisasi Pembebasan bersyarat, Cuti bersyarat, CMB, dan remisi Melalui layanan on-line dan Optimalisasi Pembinaan Integrasi Sosial Melalui Open Camp Alternatif penanganan
Subyek Hukum yang sebisa mungkin dijauhkan dari pidana penjara Lansia First Offender Kebijakan kriminal di Indonesia dalam RKUHP mencoba mengurangi penggunaan Penjara dengan adanya pidana alternatif selain penjara seperti : Pidana Pengawasan Pidana Denda Pidana Kerja Sosial Anak Membayar G anti Rugi
KONSTRUKSI SISTEM PEMASYARAKATAN Hukum pidana anak Materiil/formil (UU SPPA) Penahanan/kebijaks anaan/tindakan/pe mindanaan Bapas/LPAS/ LPKA Hukum pidana Materiil (KUHP) Hukum pidana Formil (KUHAP) Pemidanaan/ tindakan/kebijaksan aan Penahanan/ Penyitaan Lapas/Bapas Rutan/ Rupbasan Sistem Pemasyarakatan Tata cara Perlindungan Upaya Paksa (Penahanan/Penyitaan) Tata Cara Pelaksanaan Pemidanaan Tata cara Pelaksanaan Tindakan Tata cara Pelaksanaan Kebijaksanaan Sistem Pemasyarakatan yang terdiri dari berbagai sub sistem, membentuk suatu rangkaian proses secara kesinambungan dan berurutan serta saling terkait antar satu denganlainnya..
Tata Cara Perlindungan Upaya Paksa (Penahanan/ Penyitaan) Tata Cara Pelaksanaan Pemidanaan Tata Cara Pelaksanaan Tindakan Tata Cara Pelaksanaan Kebijaksanaan Perlindungan Penahanan Pra- Persidangan Fasilitasi Bantuan Hukum (akses keadilan) Perlindungan Penyitaan Penyelamatan Aset Negara Pelaksanaan Pidana Penjara Pelaksanaan Pidana Pengawasan Pelaksanaan Pidana Kerja Sosial Pelaksanaan Pidana Tutupan Pelaksanaan Tindakan seperti kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan yan diadakan oleh pemerintah (dwangopvoeding) Pelaksanaan Tindakan dalam rangka sandera/paksa badan bagi penunggak pajak (gijzelling) Pelaksanaan Kebijaksanaan seperti izin dalam rangka pembinaan reintegrasi sosial (pembebasan bersyarat, remisi/grasi, asimilasi, CMK) Pelaksanaan Kebijaksanaan seperti pengembalian kepada orang tua asuh Pelaksanaan Kebijaksanaan dalam rangka restoratif justice (diversi, mediasi, deinstitutionalisasi dll)
Ketentuan Pidana Alternatif Dalam RKUHP Pasal 79 Terdakwa yang melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun, dapat dijatuhi pidana pengawasan. Pengawasan dilakukan oleh Balai Pemasyarakatan setelah berkoordinasi dengan kejaksaan. Dapat diperpanjang atau diperpendek melalui usulan kepada hakim. Pasal 88 Pidana kerja sosial dapat dijatuhkan kepada terdakwa yang melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara di bawah 5 (lima) tahun dan hakim menjatuhkan pidana tidak lebih dari 6 (enam) bulan penjara atau pidana denda tidak lebih dari Kategori I.
Pidana Penjara Dengan Cicilan Dalam RKUHP Pasal 73 1) Dalam hal ancaman pidana kurang dari 5 (lima) tahun dan hakim menjatuhkan pidana penjara 1 (satu) tahun atau kurang, hakim dapat menjatuhkan pidana dengan jalan mengangsur atas permohonan terdakwa. 2) Pelaksanaan pidana penjara angsuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan apabila hakim mempertimbangkan adanya kondisi yang sangat gawat atau menimbulkan akibat lain yang sangat mengkhawatirkan apabila terdakwa menjalani pidananya secara berturut-turut. 3) Ketentuan mengenai pelaksanaan pidana angsuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan paling lama 2 (dua) hari dalam 1 (satu) minggu atau 10 (sepuluh) hari dalam sebulan dengan ketentuan jumlah atau lama angsuran tidak melebihi 3 (tiga) tahun.
RUU PEMASYARAKATAN Pasal 57 Ketentuan mengenai Pembimbingan Kemasyarakatan terhadap Klien sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 berlaku juga terhadap Klien yang menjalani: a. pidana kerja sosial dan pidana pengawasan bagi dewasa; dan b. pidana peringatan, pidana dengan syarat, pelatihan kerja, dan pembinaan dalam lembaga bagi anak.