BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari tahun ke tahun pertumbuhan hotel di kota Yogyakarta semakin meningkat. Berdasarkan data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) pada tahun 2013 terdapat 1.160 hotel di wilayah DIY, yang terdiri dari 60 hotel berbintang dengan lebih dari 6.000 kamar, dan 1.100 hotel kelas melati dengan 12.660 kamar. Sedangkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, jumlah hotel di Yogyakarta sampai pada awal 2013 mencapai 401 unit, terdiri dari 39 hotel berbintang dengan 362 hotel non-bintang. Tabel 1.1 Jumlah Akomodasi, Kamar dan Tempat Tidur Hotel menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta
Seiring dengan maraknya pembangunan dan pertumbuhan hotel, mall dan apartemen yang berada di Yogyakarta, selain memberikan dampak positif bagi perekonomian warga Yogyakarta juga membawa dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat Yogyakarta. Salah satu dampak negatif yang sangat terasa adalah berkurangnya lahan terbuka hijau yang sudah berganti dengan bangunan, hal tersebut mempengaruhi juga kondisi lingkungan terutama permasalahan air tanah. Bangunan berupa hotel menutup area terbuka hijau yang seharusnya menjadi area tangkapan hujan atau recharge area. Resapan hujan tersebut menjadi masukan alami bagi air tanah. Fungsi air tanah menjadi penting karena merupakan suplai utama dalam penyediaan air bersih bagi masyarakat. Sejalan dengan waktu, kebutuhan manusia akan air bersih semakin meningkat. Keberadaan air di bumi sebesar 97% merupakan air asin, dan hanya 3% berupa air tawar yang lebih dari dua per tiga bagiannya berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub. Keberadaan air tanah di Indonesia cukup melimpah, tetapi tidak di setiap tempat terdapat air tanah sesuai dengan kondisi geologi serta curah hujan. Air tanah terdapat di bawah permukaan tanah, letaknya di daratan dengan pelamparan dapat sampai di bawah dasar laut mengikuti sebaran serta karakteristik lapisan tanah atau batuan pada cekungan air tanah. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah, hotel memerlukan Surat Izin Pengambilan Air (SIPA) untuk
menggunakan air tanah. Dalam mengelola air tanah yang digunakan selain berisi konservasi dan pendayagunaan terdapat juga pengendalian daya rusak air tanah. Pada dasarnya air tanah tidak mempunyai potensi merusak sebagaimana pada air permukaan, namun, daya rusak air tanah akan muncul apabila kondisi dan lingkungan air tanah terganggu, baik akibat pengambilan air tanah yang melebihi daya dukungnya, pencemaran, maupun akibat kegiatan alam. Mengingat air tanah berada di bawah permukaan tanah maka kerusakan yang terjadi pada air tanah tidak terlihat secara langsung, sehingga apabila dieksploitasi tidak terkendali dapat mengakibatkan dampak negatif yang luas, sehingga rehabilitasi atau pemulihannya sulit dilakukan. Masyarakat Yogyakarta beberapa tahun terakhir mulai melakukan penolakan terhadap pembangunan hotel dikarenakan air tanah dari sumur-sumur warga mulai mengalami kekeringan. Masyarakat berpendapat bahwa hal tersebut terjadi karena air tanah mengalami penurunan akibat pengambilan air tanah pada sumur dalam milik hotel. Pasalnya sumur warga menjadi kering semenjak banyak hotel berdiri disekitaran lingkungan tempat tinggal warga. Sebelum banyak hotel dibangun, sumur warga tidak pernah kering walaupun Yogyakarta mengalami musim kemarau. Menurut Peraturan Walikota Yogyakarta No. 3 Tahun 2014 tentang Penyediaan Air Baku Usaha Perhotelan di Kota Yogyakarta dan penuturan Staf Bidang Pengawasan dan Pemulihan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta menegaskan bahwa hotel wajib memasang instalasi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai back up penggunaan air tanah.
Berdasarkan pada kondisi tersebut maka diperlukan sebuah penelitian dan kajian untuk mendukung proses pengendalian daya rusak air akibat pengambilan air tanah yang melebihi daya dukungnya. Dalam melakukan kajian tersebut dapat digunakan beberapa formula menurut para ahli untuk mengetahui beberapa nilai parameter yang nantinya akan berpengaruh terhadap nilai besar radius pengaruh penurunan muka air tanah yang berbentuk segitiga terbalik (cone of depression) yang biasa disebut Radius of Depletion atau Radius of Influence (RoI). 1.2 Rumusan Masalah Untuk mengetahui nilai RoI akan dilakukan komputasi data untuk mengetahui terlebih dahulu nilai Transmisivitas, Koefisien Permeabilitas, dan drawdown. Dalam proses untuk mendapatkan nilai tersebut diatas menggunakan beberapa rumus menurut para ahli, antara lain Cooper-Jacob, Thiem, Sunjoto, dan Sichardt. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penyusunan penelitian ini akan dijabarkan sebagai berikut: 1. Menghitung nilai Transmisivitas (T) menurut Cooper-Jacob dan Koefisien Permeabilitas (K) menurut Thiem. 2. Menganalisis nilai drawdown (s) dan Koefisien Permeabilitas (K) menurut Sunjoto. 3. Menghitung nilai ROI menurut Sichardt menggunakan data Koefisien Permeabilitas (K) menurut Sunjoto. 4. Menentukan durasi pemompaan pada pumping-test sehingga didapatkan nilai K konstan.
1.4 Batasan Masalah Agar penelitian tidak menyimpang dari lokus penelitian, maka ditetapkan beberapa batasan sebagai berikut: 1. Lokasi penelitian dilaksanakan di Hotel X dan Y disekitar Yogyakarta 2. Kondisi pada lokasi penelitian merupakan unsteady stage dan confined aquifer. 3. Kualitas air tanah tidak menjadi bagian dari penelitian. 4. Penelitian tidak melakukan pumping-test, melainkan data sekunder milik Hotel X dan Y dari Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada. 1.5 Manfaat Penelitian Beberapa manfaat penyusunan penelitian ini sebagai berikut: 1. Sebagai bahan referensi atau acuan bagi pihak pengelola untuk memperbaiki sistem pengelolaan dan pemanfaatan air tanah pada lokasi penelitian. 2. Sebagai bahan acuan bagi pihak pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam membuat kebijakan mengenai pengambilan dan pemanfaatan air tanah. 3. Dengan mengetahui nilai Radius Of Influence (RoI) dapat dihindari penurunan muka air tanah atau kekeringan sumur-sumur milik warga di sekitar Hotel X dan Y.
1.6 Keaslian Penelitian Tema yang diambil dalam penelitian ini merupakan penggunaan metode pumping-test pada sumur air tanah. Berdasarkan penelusuran pustaka, maka berikut beberapa penelitian yang terkait dengan tema penelitian.! Tabel 1.2 Keaslian Penelitian Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Harjito (2014) Metode Pumping Test sebagai Kontrol Untuk Penelitian dilakukan di salah satu pelaku usaha di Yogyakarta yaitu PT. Pengambilan Airtanah Sari Husada. Metode yang digunakan Secara Berlebihan adalah metode pumping test theis recovery dengan uji sumur dan uji akuifer. Berdasarkan hasil pemompaan dan komputasi maka didapatkan nilai transmisivitas yang tergolong besar, semakin besar nilai transmisivitas (T) maka cone of deppresion cenderung lebih landai. Berdasarkan hasil uji pompa yang dilakukan, debit pemompaan sumur tidak berpengaruh terhadap konidsi sumur di penduduk sekitar lokasi studi. Untuk kepentingan konservasi air tanah agar tetap terjaga,maka debit pengambilan harus diturunkan agar lebih kecil atau sama dengan debit optimum. Pada setiap pekerjaan satu sumur bor air tanah dalam harus dibuat pula sumur pantau minimal satu buah sebagai kontrol penurunan muka air tanah sekitarnya. Sunjoto S. (2014) Drawdown Minimizing Sumur dengan radius kecil, tanpa casing As a Method to permeabel memiliki drawdown terbesar Restrain Sea Water dan daya pompa terbesar. Sumur Intrusion In Urban dengan radius besar, casing permeabel Coastal Area memiliki drawdown terkecil dan daya pompa lebih kecil. Meminimalkan drawdown adalah teknik penting untuk sistem pemompaan di daerah pesisir untuk menahan intrusi air laut dan sekaligus akan mengurangi daya pompa.