Studi Teks dalam Penelitian Kualitatif. Written by Mudjia Rahardjo Wednesday, 04 April :50 - Last Updated Wednesday, 04 April :06

dokumen-dokumen yang mirip
Mengenal Ragam Studi Teks: Dari Content Analysis hingga Pos-modernisme. (Bahan Kuliah Metodologi Penelitian)

1. Secara paradigmatik dikenal ada 3 (tiga) macam paradigma penelitian:

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah tertentu sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Atas dasar

Selayang Pandang Penelitian Kualitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out

Kesalahan Umum Penulisan Disertasi. (Sebuah Pengalaman Empirik)

BAB III METODE PENELITIAN

Masa Depan dan Tantangan Metode Penelitian Kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN

Interaksionisme Simbolik dalam Penelitian Kualitatif

Pendekatan Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

Written by Mudjia Rahardjo Monday, 13 February :22 - Last Updated Monday, 13 February :24

Apakah metode studi kasus ilmiah?

Qualitative Research: Samiaji Sarosa

(Bahan Kuliah Metpen, Program S1, S2, dan S3)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Resume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed

Posisi Semiotika dan Tradisi-tradisi Besar Filsafat Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Paradigma Peneliti yang menggunakan metode penelitian studi kasus harus

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN

BAB III METODE PENELITIAN. Muchammad Nazir dalam bukunya Metode Penelitian menyatakan

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

SEJARAH PENELITIAN KUALITATIF: Penelitian Etnografi sebagai Titik Tolak

BAB 1 PENDAHULUAN. XVIII dan XIX. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

REPRESENTASI PEREMPUAN DEWASA YANG TERBELENGGU DALAM TAYANGAN IKLAN TELEVISI

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU

TANTANGAN FILSAFAT ILMU DALAM PERKEMBANGAN GEOGRAFI YULI IFANA SARI

RENCANA PEMBELAJARAN KBK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,

KETERBATASAN HERMENEUTIK DALAM STUDI SASTRA

Penjelasan SBY tentang Ketegangan Indonesia-Malaysia dalam Perspektif Analisis Wacana

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STRUKTUR KURIKULUM 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA PRODI S3 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

1. A. Pengantar. 1. B. Perkembangan Konseptualisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

SEMINAR PSIKOLOGI TERAPAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memberikan pemaparan hasil-hasil yang ditemukan dalam penelitian ini. Penelitian yang

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Melalui paradigma seorang peneliti akan memiliki cara pandang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KENDALI INTERAKSIONAL SEBAGAI CERMINAN IDEOLOGI: ANALISIS WACANA KRITIS TRILOGI DRAMA OPERA KECOA

PARADIGMA INTERPRETIVISME


BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menggunakan pendekatan. penjelajahan: kesimpulanya studi kasus deskriptif.

III. METODE PENELITIAN. (Persero) dalam konteks nasional dengan berlandaskan teori terkait, sehingga

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan kajian tentang Dimensi Epistemologi dalam Sosiologi Peter. Ludwid Berger dan Relevansinya terhadap Pengembangan Studi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. penelitian kualitatif. Seperti pendapat yang dikemukakan Bog dandan Taylor

TULI SAN POPULER & ARTI KEL I LMI AH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan analisis data. Secara keseluruhan, keputusan ini melibatkan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. dan dialog. Berdasarkan objek penelitian yang akan diteliti yaitu fenomena yang

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bukunya metode penelitian menyatakan bahwa penelitian. menerus untuk memecahkan suatu masalah. 1 Penelitian merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Bahasa Jepang merupakan alat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam bahasa Jepang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. interpretatif. Sesuai dengan pendapat Van Wynsberghe dan Khan paradigma

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU

BAB III METODE PENELITIAN. memperdalam makna individu atau kelompok dalam masalah sosial maupun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

RINGKASAN. Meringkas karya ilmiah yang sudah ada dengan menggunakan bahasa pengarang asli.

ORGANISASI GAGASAN DALAM WACANA TULIS ILMIAH MAHASISWA JURUSAN BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

Seiring dengan perkembangan paradigma interpretivisme dan metodologi penelitian lapangan (f ield research ), pada beberapa dasawarsa terakhir para ahli mengembangkan studi/analisis teks sebagai sebuah varian dalam penelitian, khususnya dalam penelitian kualitatif. Tidak kalah dengan penelitian lapangan yang menggunakan sumber-sumber primer untuk memperoleh data sebagai salah satu keunggulannya, studi teks memiliki keluasan tafsir dan otentisitas sebagai keunggulannya. Karena itu, studi jenis ini menjadi sangat populer dipakai oleh para ahli di bidang ilmu sosial dan humaniora sebagai bentuk dan jenis kajian baru. Teks dianggap sebagai wilayah kajian yang menantang para peneliti. Dia senantiasa hidup dan dinamis. Studi teks itu apa? Studi teks pada dasarnya merupakan analisis data yang mengkaji teks secara mendalam baik mengenai isi dan maknanya maupun struktur dan wacana. Makna teks pun melebar, bukan sekadar sesuatu yang tertulis. Menurut Lockyer (dalam Given 2008: 865), teks tidak saja berupa narasi tertulis yang diambil dari koran, majalah, acara TV, naskah pidato, tetapi juga melebar hingga arsitektur, model pakaian, bahkan perabot rumah tangga, perkantoran, rumah makan dan sarana-sarana di ruang publik. Apa pun yang bisa ditafsir diperlakukan sebagai teks. Pengkaji teks memusatkan perhatian pada bagaimana teks dikonstruksi, bagaimana makna diproduksi, dan apa hakikat makna tersebut. Semula studi teks hanya dipakai di bidang komunikasi, khususnya komunikasi politik, tetapi sekarang sudah berkembang ke banyak disiplin seperti sosiologi, geografi, sejarah, bahasa, seni, sastra, media dan bahkan perfilman. Para pengkaji teks bidang-bidang itu lebih melihat keberadaan teks dalam latar kultural. Istilah studi atau analisis teks pada dasarnya merujuk ke jenis atau model metode penelitian kualitatif. Ada beberapa macam jenis studi teks, yaitu: (1) Analisis Isi (Content Analysis), semula menggunakan pendekatan kuantitatif, tetapi belakangan juga berkembang pendekatan Analisis Isi Kualitatif, (2) semiotika ( semiotics ), (3) fenomenologi ( phenomenology ), dan (4) hermeneutika ( hermeneutics ) yang lebih filosofis. Metode hermeneutika juga ada dua macam: hermeneutika intensionalisme 1 / 6

dan Gadamerian. Metode yang dipakai untuk mengkaji struktur teks dan wacana pun ada beberapa macam, yaitu: (1) Analisis Gaya Teks, (2) Analisis Naratif, (3) Analisis Wacana, (4) Analisis Struktural (5) Analisis Pos-struktural, dan (6) Analisis Teks Pos-modernisme. Analisis Wacana juga dikembangkan menjadi Analisis Wacana Kritis. Jika Analisis Wacana lebih menekankan murni aspek-aspek linguistik, maka Analisis Wacana Kritis atau sering disebut Critical Discourse Analysis (CDA) lebih memusatkan pada pertarungan kekuasaan ( power struggle ) melalui wacana, feminisme, dan dominasi kekuasaan (politik). Masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada banyak macam cara yang dapat digunakan untuk melakukan studi teks tergantung pada minat akademik masing-masing. Ada yang mengkaji teks dengan memusatkan perhatian pada relasi antara makna yang ada di dalam teks dengan keadaan di lapangan atau di luar teks. Ada kesesuaian atau tidak. Sedangkan yang lain mengkaji konstruksi dan kekuatan mitos-mitos kultural di balik kehadiran teks. Sebagaimana dinyatakan di muka bahwa masing-masing metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk itu, para pengkaji teks mencoba menggunakan metode gabungan untuk mengurangi kelemahan tersebut. Misalnya, metode Analisis Isi dengan analisis semiotika. Yang pertama menekankan frekuensi penggunaan kata yang dipakai dalam teks dan berparadigma positivistik, dan yang kedua lebih menekankan simbol sebagai tempat tersimpannya makna. Sebagaimana diketahui paradigma positivistik memiliki kelemahan mendasar, yakni tidak mampu mengungkap hakikat makna yang lebih dalam karena bertumpu pada apa yang ada (tertulis) secara empirik. Sementara, semiotika juga memiliki kelemahan yakni terlalu dominannya subjektivitas pengkaji. Dengan menggabungkan keduanya diharapkan semakin diperoleh makna yang lebih objektif (?). Para pengkaji teks juga mengembangkan wilayah pencariannya, tidak saja menggali makna teks secara tesktual, melainkan juga memahami implikasi ideologis dari teks, baik teks riel maupun fiksi. Pada dasarnya, semua teks memiliki struktur naratif dan kekuatan persuasif serta dimaksudkan untuk menyampaikan makna tertentu sesuai maksud penulisnya. Yang perlu menjadi perhatian penting bagi semua pengkaji teks adalah studi teks tidak dimaksudkan untuk mencari interpretasi yang benar mengenai teks, melainkan untuk mencari interpretasi macam apa yang digunakan. Sebab, kebenaran makna teks secara utuh mustahil dapat diperoleh. Maka, tidak mengherankan jika hasil interpretasi sering kali lebih luas daripada maksud pengarangnya. Dan, itu sah-sah saja dengan asumsi teks yang sudah berada di ruang publik telah lepas dari pengarangnya (the author is dead). 2 / 6

Teks bersifat polisemik, sehingga multimakna dan multitafsir. Jadi, makna teks tidak pernah tunggal. Namun demikian, tidak berarti penafsir teks bisa dengan sesuka hati menafsir teks sesuai yang diinginkan. Sebab, makna dibawa oleh kode (kata), konvensi, dan yang lebih penting lagi oleh gaya (genre) bagaimana teks ditulis, konteks sosial, kultural, historis, dan ideologis yang melingkupi teks tersebut. Semuanya menyatu mengantarkan makna teks secara utuh. Dengan demikian, pengkaji teks tidak dapat dengan sebebas-bebasnya menafsir teks berdasarkan kemauan dan kepentingan pribadinya. Ada juga pengkaji teks yang menitiberatkan kajiannya pada interkoneksi makna yang ada di dalam teks dan makna di luar teks. Dengan demikian, pertanyaan yang diajukan adalah mengenai konteks retorika teks, seperti (Siapa yang menulis teks?, Apa intensi atau maksud penulisnya?, Siapa pembaca yang diharapkan?, Topik atau isu apa yang diajukan?, Bagaimana pembaca disapa?, Apa tema dan klaim yang dibuat?, Apakah ada bukti atau penjelasan yang mendukung tema tersebut? Apa hakikat bukti tersebut?., dan pertanyaan yang lebih luas lagi menyangkut Bagaimana kaitan teks tersebut dengan teks-teks yang lain dengan gaya dan format yang sama?). Di sini pengkaji teks melakukan apa yang disebut dengan pembacaan intertekstualitas. Makna dari sebuah teks bisa juga ditelusur dengan membaca teks yang lain. Logikanya adalah teks tidak pernah muncul tiba-tiba dan hadir di ruang hampa (a text never exists in an empty space ). Selain context, co-texts dan intertextuality senantiasa ada, malah mungkin counter texts yang mengiringi kehadiran teks. Lepas dari kekurangan yang ada, analisis teks merupakan metodologi yang sangat menarik dan berkembang cepat seiring dengan perkembangan teks-teks sosial dan kemanusiaan. Studi teks dapat dipakai untuk memahami konstruksi makna teks dari berbagai teks kultural. Melalui pengkajian yang mendalam, analisis teks bisa melahirkan lahan diskusi akademik yang hidup dan luas, karena luasnya cakupan makna yang dibawa oleh teks. Salah satu kelebihan studi teks adalah menyangkut ke alamiah an data. Teks lebih dulu ada di masyarakat sebelum peneliti teks memulai mengkajinya. Namun demikian, mampu memahami konstruksi makna teks dan implikasi ideologisnya tidak berarti pengkaji bisa lepas dari bias yang muncul. Bias tafsir sulit dihindari. Untuk itu, upaya yang dilakukan oleh setiap pengkaji teks ialah mengurangi sebanyak mungkin bias yang timbul pada saat analisis dan saat data dikumpulkan. 3 / 6

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka para pengritik studi teks mempertanyakan validitas pendekatan studi teks. Alasannya adalah membaca teks memantulkan perspektif pengkajinya dan metode memahami teks sangat ideologis. Menyadari hal itu, para ahli studi teks, seperti Paula Saukko, pakar komunikasi dan studi budaya dari Universitas Illionis, menggarisbawahi bahwa sebuah teks sebenarnya tidak pernah bisa dipahami secara tuntas. Sebab, aktivitas membaca dan mengkaji teks sangat ditentukan oleh kondisi sosial yang sedang terjadi baik pada saat teks dibuat maupun dikaji. Itu sebabnya para pengkaji teks harus bisa melakukan refleksi secara kritis terhadap penafsirannya sendiri. Apa yang dikatakan Saukko sangat relevan dengan pemikiran filsafat hermeneutika Recouer bahwa umumnya para pengkaji teks sering menganggap penafsiran teks selesai selesai dalam pemahaman (text is finished once it is understood). Menafsir isi teks dianggap selesai ketika penafsiran telah diperoleh. Begitu pemahaman hermeneutika selama ini, baik madhhab intensionalisme yang memandang bahwa arti teks berada pada penulis teks, maupun Gadamerian yang beranggapan bahwa makna teks berada di tangan pembaca. Filsafat hermeneutika Ricoeur tidak begitu; teks tidak pernah habis dan selesai dalam pemahaman. Sebab, pemahaman bukan kulminasi atau titik akhir dari penziarahan subjek dalam teks. Sebab subjek justru tidak cukup jika hanya memahami teks. Teks malah semakin melebar maknanya ketika dia dicoba dipahami. Bagi Ricoeur teks ialah ruang penziarahan diri. Artinya, subjek dalam penziarahan (journey) nya menjumpai dirinya sebagai disiple of the text ( follower s of texts ). Subjek berhadapan dengan teks. Dia terus menerus memperbaruhi dirinya. Artinya, teks tidak habis dalam pemahaman melainkan berlanjut dalam penghayatan dan cara hidup baru secara riel. Selanjutnya, pengkaji teks harus mampu secara kritis melakukan refleksi atas apa yang telah dilakukan, dengan melihat aspek-aspek politis dan sosial yang ada. Untuk mencapai hal itu, Saukko menyarankan pengkaji teks bisa menggunakan model analisis teks multiperspektif dengan cara menggabungkan beberapa pendekatan studi teks secara bersamaan. Misalnya, pendekatan semiotika dengan pos-modernisme, Analisis Wacana dengan Hermeneutika, Analisis Isi (yang kuantitatif) dan mengkajinya secara kualitatif (Qualitative Content Analysis). 4 / 6

Menariknya, jika selama ini Content Analysis dikenal sebagai metode studi teks berparadigma positivisme yang tentu menggunakan metode penelitian kuantitatif, maka dengan kelahiran Qualitative Content Analysis asumsi tersebut telah bergeser. Jika dalam penelitian lapangan belakangan ini dikenalkan metode campuran yang mencoba menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif secara bersamaan --- mengingat masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan --- atau yang dikenal dengan istilah mixed method, maka studi teks pun tidak mau ketinggalan, yakni dengan menawarkan pendekatan sejenis yang disebut Qualitative Content Analysis. Sebagai sebuah disiplin, metodologi penelitian --- seperti halnya disiplin-disiplin yang lain --- senantiasa terus berkembang dan berubah. Metode yang sudah baku sekian lama pun bisa bergeser untuk mengikuti tuntutan dan tantangan jaman. Untuk itu, selalu mengikuti perkembangan keilmuan atau updating knowledge merupakan salah satu tugas seorang ilmuwan dan para pencari ilmu pengetahuan pada umumnya. 1 April 2018 Daftar Bacaan: 5 / 6

Lockyer, Sharon. 2008. Textual Analysis (dalam Lisa M. Given, ed.,) QUALITATIVE RESEARCH METHODS, London: A SAGE Reference Publication. 6 / 6