BAB IV PENUTUP. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Indonesia bersama-sama dengan. negara ASEAN lainnya memiliki kesepakatan untuk mewujudkan ASEAN Drug

dokumen-dokumen yang mirip
PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA

J A K A R T A, M E I

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

Analisis Isi Media Judul: MCA No.52 Pemberantasan Narkoba Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 17/03/2016

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Implementasi..., Agustinus Widdy H, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat memprihatinkan. Bahkan jumlah kasus. narkotika selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BUPATI MALANG. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2017 KERJA BERSAMA PERANG MELAWAN NARKOBA

JAKARTA, 22 FEBRUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Narkotika di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah personil yang di Direktorat Reserse Narkotika dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 288, 2012

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

KEBIJAKAN NON PENAL DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN NARKOTIKA. Adhi Prasetya Handono, Sularto*), Purwoto ABSTRAK

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba di

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif

RANCANGAN. Tahun Sidang : Masa Persidangan : III Rapat ke :

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

berkualitas agar siap untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya pokok dan personil, materiil terutama alutsista, dan fasilitas yang

I. PENDAHULUAN. telah menggunakan komputer dan internet. Masyarakat yang dinamis sudah akrab

1. BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II. A. Sebelum Undang-Undang Nomor 35 Tahun ) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL Nomor: PJ 23 Tahun 2017 Nomor: NK/43/X/2017/BNN

RANCANGAN. Rapat Dengar Pendapat Komisi III DPR RI dengan BNN dibuka pukul WIB dengan agenda rapat sebagaimana tersebut diatas.

Optimalisasi Struktur Organisasi Badan Narkotika Nasional

KONDISI SAAT INI BIDANG PEMBERANTASAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dasar Hukum. Direktorat Reserse Narkoba Polda Jatim

BIO DATA KOTA TANGERANG

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Assalamu alaikum Wr.Wb.

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjalanan waktu dan kemajuan teknologi. tiga bagian yang saling terkait, yakni adanya produksi narkotika secara gelap

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Badan Narkotik

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2OII TENTANG

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, ASSALAMU ALAIKUM WR.WB

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi Kita Semua Yth. Para Narasumber, Para Peserta Sosialisasi, Serta hadirin yang berbahagia.

MENGAPA INDONESIA MENJADI SASARAN SINDIKAT NARKOBA INTERNASIONAL?

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional;

DATA PENDUKUNG PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

SOSIALISASI INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR (IPWL) OLEH : AKBP AGUS MULYANA

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

BAB IV PENUTUP. Pencurian minyak dengan modus illegal tapping, illegal drilling dan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI PENGAMANAN BAGI

JURNAL ILMIAH KOORDINASI ANTARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (POLRI) DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) DALAM MENCEGAH

PEDOMAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI PENANGGULANGAN DAN PEMBERANTASAN NARKOBA DI LAPAS/RUTAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dan Kepolisian Nasional Philipina (PNP), selanjutnya disebut sebagal "Para Pihak";

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara dengan

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN UNIT KERJA VERTIKAL TA 20xx

SKRIPSI PELAKSANAAN TEKNIK PEMBELIAN TERSELUBUNG OLEH PENYELIDIK DALAM TINDAK PIDANA PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN KONDISI UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2017, No (Lembaran Negara Republik Indoinesia Tahun 2010 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5120); 5. Peraturan Pemeri

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FORMAT KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEGIATAN ESELON II (DIREKTORAT, BIRO, PUSAT)

RENCANA KERJA 2015 BADAN NARKOTIKA NASIONAL KOTA MATARAM

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang kurang perhatian orang tua, dan begitu beragamnya kegiatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

BAB I PENDAHULUAN. H. Tambunan dalam acara Foreign Policy Breakfast di Kantor Kementerian Luar

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia Utara disebut sebagai 'Para Peserta;

Transkripsi:

63 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Penelitian ini menyimpulkan bahwa Indonesia bersama-sama dengan negara ASEAN lainnya memiliki kesepakatan untuk mewujudkan ASEAN Drug Free Area, dan dalam masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indonesia menerapkan kebijakannya sesuai dengan guideline yang telah disepakati bersama dalam ASEAN Drug Free Area. Sesuai dengan ASEAN Drug Free Area, fokus terhadap supply and demand reduction menjadi perhatian utama bagi negara untuk melakukan pencegahan penyalahgunaan narkoba. Berbagai macam upaya dan kebijakan secara garis besar dikategorikan ke dalam kedua hal tersebut tersebut. Aspek supply atau penawaran merupakan bentuk upaya penanganan penyalahgunaan narkoba yang didalamnya termasuk upaya seperti razia ataupun operasi tangkap tangan, memperketat perbatasan ataupun jalur masuk ke Indonesia baik darat, laut, maupun udara, melakukan upaya dan proses hukum bagi bandar dan kurir narkoba, dan upaya lainnya yang memiliki tujuan untuk menghentikan pasokan narkoba agar tidak sampai ke tangan masyarakat. Sedangkan di satu sisi, aspek demand atau permintaan upaya yang termasuk di dalam kategori ini adalah upaya seperti rehabilitasi, bimbingan bagi para mantan pengguna agar tidak kembali mengonsumsi narkoba, penyuluhan, sosialisasi, dan berbagai macam upaya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan dampak negatif narkoba sehingga permintaan terhadap narkoba minimal mampu

diminimalisir. Dari kedua pendekatan ini, kemudian dalam ASEAN Drug Free Area dibagi ke dalam enam kategori atau aspek. Keenam aspek tersebut adalah (i) Edukasi preventif, (ii) penegakan hukum, (iii) pengobatan dan rehabilitasi, (iv) penelitian, (v) pengembangan alternatif, dan (vi) hukum dan kerjasama. Pertama, aspek edukasi preventif adalah aspek yang bertujuan untuk memberantas narkoba dengan cara melakukan sosialisasi dan penyuluhan dengan pembangunan wawasan dan pemberdayaan anti narkoba. Indonesia menggiatkan kegiatan ini dengan total mengadakan 12.566 kegiatan yang melibatkan 9.177.785 orang, dan telah membentuk 15.772 relawan P4GN yang siap sedia membantu BNN dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih dari penyalahgunaan narkotika. Sedangkan kegiatan pemberdayaan masyarakat dikemas dalam bentuk penyuluhan dan pelatihan keterampilan sebanyak 2.932 kegiatan dengan melibatkan 423.961 orang pada periode 2015-2016. Kedua, aspek penegakan hukum adalah dengan melakukan intensifikasi operasi tangkap tangan dan melakukan koordinasi antar instansi negara. Dalam hal ini BNN melakukan koordinasi dengan Polri dan TNI untuk mengintensifkan operasi tangkap tangan dan investigasi, serta Kementrian Sosial dan BNN yang bersama-sama melakukan kegiatan rehabilitasi penyalahguna narkoba. Ketiga, aspek pengobatan dan rehabilitasi dimana rehabilitasi menjadi hal utama yang harus dilakukan untuk menghindarkan penyalahguna untuk kembali menggunakan narkoba. Presiden Joko Widodo menanggap masalah rehabilitasi sangat dibutuhkan oleh Indonesia dan menargetkan untuk merehabilitasi 100 ribu 64

penyalahguna dan membangun tujuh pusat rehabilitasi narkoba baru yang tersebar di Indonesia. Keempat, adalah aspek penelitian yang penting dilakukan untuk mengidentifikasi jenis narkoba baru dan jalur masuk narkoba ke Indonesia. Jenis narkoba yang marak beredar di Indonesia adalah jenis ATS (amphetamine type stimmulant seperti sabu kristal yang berasal dari Iran, Eropa Barat, dan China yang mengalami transit terlebih dahulu sebelum masuk ke Indonesia. Sedangkan hingga akhir tahun 2016 setelah melakukan berbagai macam investigasi dan penelitian, Balai Laboratorium BNN total mengkategorikan 46 substansi sebagai new psychoative substance sekaligus menambah daftar narkoba jenis baru. Kelima, adalah aspek pengembangan alternatif. Yang dimaksud dengan pengembangan alternatif disini adalah diberlakukannya substitusi antara tanaman ganja dengan komoditas lain. Di Indonesia, total BNN mengeradikasi 79 hektar ladang ganja yang semuanya berada di provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Kegiatan substitusi komoditas yang dilakukan BNN di provinsi tersebut terlihat seperti di Kabupaten Bireun dimana ada tiga kelompok mantan petani ganja yang sudah beralih menanam aneka tanaman palawija. BNN juga memberdayakan para mantan petani ganja di enam kecamatan lain di Kabupaten Aceh Besar, Pidie Jaya, dan Gayo Lues. Sedangkan untuk pemasaran hasil panen, BNN menjalin kerja sama dengan mitra terkait. Guna mewujudkan hal itu, BNN menyerahkan bantuan berupa bibit kopi dan kakao sebagai komoditas unggulan serta memberi bantuan sarana-prasarana. 65

Keenam, aspek hukum dan kerjasama baik di level nasional maupun secara bilateral. Indonesia sudah sejak lama menaruh perhatian terhadap narkoba terbukti sejak keikutsertaan Indonesia dalam ASEAN Drug Free Area yang dicanangkan sejak tahun 1999 silam, pada tahun 2003 dengan adanya komitmen untuk memberantas narkoba lahir BNN sebagai aktor utama dalam pemberantasan narkoba. UU Narkotika tahun 2009 pun menegaskan komitmen akan pemberantasan narkoba di Indonesia. Dalam level bilateral, Indonesia terus membangun komunikasi dan kerjasama dengan negara lain dalam upaya pemberantasan narkoba dengan cara melakukan pertukaran informasi dan teknologi dengan menyusun nota kesepahaman. Negara yang telah memiliki nota kesepahaman dengan Indonesia dalam hal pemberantasan narkoba adalah Filipina, Thailand, dan Kolombia. Indonesia juga secara intensif melakukan komunikasi dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia untuk mewujudkan kerjasama bilateral. 4.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka penulis ingin memberikan saran bagi lembaga maupun peneliti selanjutnya. Adapun saran untuk peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian serupa, diharapkan mampu mengkaji lebih banyak sumber maupun referensi agar menghasilkan karya yang lebih lengkap dan lebih baik. Peneliti selanjutnya juga diharapkan mampu mengkaji dan membahas situasi ini dengan 66

teori-teori lain untuk memperkaya literasi studi hubungan internasional di Indonesia. 67