BAB V PEMBAHASAN. proses berkembangnya hardiness dipengaruhi oleh pola pengasuhan dari. masa-masa sulit, berbeda dibandingkan anak-anak lainnya.

dokumen-dokumen yang mirip
HARDINESS PADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA. Albertin Winda R dan Y. Sudiantara Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijarpranata ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Sejarah kasus dari penyakit dan serangkaian treatment atau

HARDINESS PADA WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA SKRIPSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULAN. adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan. Jenjang pendidikan tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dalam menyokong pembangunan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kepribadian yang kuat serta dapat diandalkan. Terdapat tipe kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem tingkat resiko penyakit jantung koroner.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Budaya mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, baik cara berpikir,

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

juga kelebihan yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB I PENDAHULUAN. berupa stressor kerja seperti beban kerja yang berlebihan, rendahnya gaji,

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan itu sendiri seolah-olah merupakan simbol keberhasilan kewiraswastaan.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Hardiness. membuat individu menjadi lebih kuat, tahan, stabil, dan optimis dalam

BAB I PENDAHULUAN. penderita umumnya berusia belasan tahun (Hutagalung dalam Kompas, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB V PENUTUP. hidupnya. Subjek A dan B menemukan makna hidup dari pengalaman tragis,

HARDINESS PADA PASANGAN SUAMI ISTRI YANG BELUM MEMILIKI KETURUNAN SKRIPSI SUFIANA EDO BELLA KARUNIA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB V PENUTUP. Penelitian yang berjudul Kemampuan Berbicara Argumentatif Anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terampil dalam meracik jamu dan obat-obatan tradisional. Beragam tumbuhtumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja dianggap sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak ke

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

GAMBARAN POLA ASUH ORANGTUA PADA ANAK PENYANDANG EPILEPSI USIA BALITA DI POLIKLINIK ANAK RSUP.PERJAN DR. HASAN SADIKIN BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Semakin banyaknya orang yang ingin menjaga kondisi tubuhnya

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB III METODE PENELITIAN. dideskripsikan untuk menghasilkan gambaran yang mendalam dan terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. profesional, yang bertujuan membentuk peserta didik yang menyandang kelainan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

SM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. individu tidak akan berjalan dengan baik. Menurut Amyadin (dalam

BAB III GAMBARAN PERILAKU ANAK YANG MEMILIKI EFIKASI DIRI RENDAH. Setiap keluarga memiliki kondisi yang berbeda, terutama dari segi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menunjukkan hardiness dan sesuai dengan aspek-aspek yang ada pada hardiness.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ideologi, dimana orangtua berperan banyak dalam

POLA PENGASUHAN ANAK DALAM KELUARGA OLEH : ADE JUWAEDAH. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kesengsaraan pada manusia. Di negara negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebabkan semakin banyak tuntutan yang dihadapi oleh sekolah-sekolah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hardiness. (Gebharthdt, Van Doef & Paul, dalam Primaswati & Sukirman, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat saja terganggu, sebagai akibat dari gangguan dalam pendengaran dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. Angka penderita kanker di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, seiring harapan untuk memiliki anak dari hasil pernikahan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan, sehingga menjadi orang yang terdidik. dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Di negara kita ini pendidikan menjadi

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Penelitian dengan mengunakan metode wawancara dan observasi mendapatkan hasil yang relatif sama pada masing-masing subyek. Penelitian yang dilakukan terhadap ketiga subyek membawa hasil bahwa proses berkembangnya hardiness dipengaruhi oleh pola pengasuhan dari orang tua dan pengalaman yang mengakibatkan stres. Ketiga subyek pada masa kecil menghadapi situasi di mana mereka diharuskan melewati masa-masa sulit, berbeda dibandingkan anak-anak lainnya. Ketiga subyek memiliki pengalaman berat ketika masih kecil. Subyek kedua dan ketiga dibiasakan bekerja sejak kecil membantu orang tua, pekerjaan yang seharusnya dikerjakan orang dewasa. Subyek pertama berbeda dengan kedua subyek lainnya. Pada subyek pertama, pola asuh orang tua yang mengajarkan kedisiplinan tinggi cukup berpengaruh. Pada subyek kedua dan ketiga, selain pengalaman masa kecil yang berat, pola asuh orang tua juga berperan bagi proses perkembangan kepribadian hardiness. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga subyek mendapatkan pola pengasuhan yang otoritatif. Dalam mengajarkan anak untuk mandiri pola asuh masih menerapkan batas dan kendali dalam tindakan subyek. Pola pengasuhan demikian membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri, dapat mengontrol dan mengendalikan diri dengan baik, serta mengatasi stres dengan baik. 102

103 Proses selanjutnya adalah pengalaman ketiga subyek sejak kecil hingga dewasa yang memengaruhi perkembangan kepribadian hardiness. Ketiga subyek memiliki pengalaman menegangkan yang mengakibatkan stres pada masa hidupnya, selain menderita kanker payudara. Pada subyek pertama, pengalaman kesulitan ekonomi sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadiannya. Subyek belajar untuk terus berusaha dan pasrah pada kehendak Tuhan. Pada subyek kedua, pengalaman masa remaja yang harus hidup mandiri jauh dari orang tua mengajarkan sikap untuk mandiri, bekerja keras, dan pantang menyerah, dan pada subyek ketiga, pengalaman masa kecil juga memengaruhi perkembangan subyek. Subyek sejak kecil bekerja membantu orang tuanya belajar bekerja keras dan hidup susah. Dinamika perkembangan kepribadian hardiness ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada ketiga subyek, dukungan keluarga, pikiran positif, penguasaan akan pengalaman yang terjadi, aktivitasaktivitas, dan kemampuan serta pengetahuan sangat mendukung perkembangan kepribadian ini. Pada penelitian ini ternyata ada satu faktor baru yang ditemukan, yaitu ketersediaan dana atau faktor ekonomi. Ketersediaan dana sangat menunjang subyek dalam proses penyembuhannya. Ketika biaya pengobatan tersedia cukup, subyek akan dengan baik mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi perawatan yang harus dilakukan. Kekurangan biaya dalam proses perawatan akan sangat mengganggu persiapan mental subyek, karena ketika tidak ada biaya, pengobatan akan berhenti dan tidak dilanjutkan. Meskipun subyek memiliki perasaan yang positif dan keyakinan yang baik namun jika tidak

104 ada biaya, semua kekuatan yang dimiliki subyek akan melemah karena salah satu faktor penunjang tersebut tidak terpenuhi. Dalam hardiness terdapat tiga dimensi. Dimensi-dimensi tersebut adalah komitmen, kontrol, dan tantangan. Pada ketiga subyek terdapat persamaan dan perbedaan dalam pemenuhan ketiga dimensi tersebut. Ketiga subyek memiliki dimensi-dimensi yang terkait dengan hardiness, namun proses pembentukan dimensi-dimensi tersebut berbeda satu sama lain. Pada subyek pertama, dimensi-dimensi berkembang akibat pola asuh orang tua yang disiplin, ketat dan peristiwa ketika kesulitan ekonomi. Pengalaman tersebut paling menentukan perkembangan hardiness subyek. Pada subyek kedua, dimensi-dimensi berkembang sejalan dengan pola asuh orang tua dan pengalaman ketika tinggal di asrama pada usia remaja. Pada subyek ketiga pola asuh orang tua dan pengalaman bekerja ketika masa kecil mengembangkan hardiness subyek. Perbedaan lainnya adalah pada dimensi komitmen. Dalam hal keterlibatan dengan lingkungan dan pengalaman bersama orang lain, subyek pertama kurang aktif dalam mencari atau memberi bantuan kepada orang lain dibanding dengan subyek kedua dan ketiga. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut:

105 Tabel 4 Intensitas Tema Antar Kasus TEMA INTENSITAS KODING Subyek 1 Subyek 2 Subyek 3 1. Penguasaan atas +++ ++++ +++ 1 pengalaman pada masa sebelumnya 2. Dukungan keluarga atau ++++ +++ +++ 2 hubungan yang saling mendukung 3. Perasaan dan pemikiran +++ +++ ++++ 3 yang positif 4. Pola asuh dari orang tua ++ +++ +++ 4 pada masa kecil 5. Kontribusi pada +++ +++ +++ 5 berbagai aktivitasaktivitas dalam lingkungan 6. Pengetahuan tentang ++ ++ + 6 kanker payudara

106 Tabel 5 Dimensi hardiness yang muncul pada subyek NO DIMENSI HARDINESS SUBYEK 1 SUBYEK 2 SUBYEK 3 1 Komitmen ++ +++ +++ 2 Kontrol ++ +++ ++ 3 Tantangan +++ ++++ ++++ B. Pembahasan Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, diketahui bahwa dinamika hardiness pada wanita penderita kanker payudara berawal pada pola pengasuhan pada masa kanak-kanak dan pengalaman menegangkan yang mengakibatkan stress yang dialami ketiga subyek. Ketiga subyek memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan. Hardiness pada ketiga subyek berkembang dari pola pengasuhan orang tua pada masa kanakkanak, seperti diungkapkan oleh Maddi dan Kobasa pada tahun 1984 (Bissonette, 2008) bahwa hardiness berkembang sejak dini dan kemudian muncul sebagai akibat dari pengalaman hidup yang kaya, bervariasi, dan bermanfaat. Maddi (2007, h. 66-67) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa, orang yang bertahan dan berhasil dapat menggambarkan masamasa awal mereka mengalami tekanan, orang tua mereka mendukung dan mendorong usaha mereka untuk tumbuh dan berkembang. Baumrind (dalam Santrock 2007, h. 163) menyatakan adanya empat gaya pengasuhan yaitu otoritarian, otoritatif, mengabaikan, dan menuruti. Pada penelitian ini, ketiga subyek menunjukkan bahwa pada masa kecil,

107 orang tua mengajarkan anak dengan pola pengasuhan otoritatif. Gaya pengasuhan otoritatif adalah mendorong anak untuk mandiri, namun masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka. Anak yang memiliki orang tua otoritatif sering kali ceria, bisa mengendalikan diri dan mandiri, dan berorientasi pada prestasi, bekerja sama dengan orang dewasa, dan bisa mengatasi stres dengan baik. Pola asuh otoritatif didapatkan oleh ketiga subyek. Pola pengasuhan ini membuat ketiga subyek berkembang menjadi anak yang mandiri, memiliki keyakinan akan kemampuan pada dirinya sendiri sehingga ketika ada masalah yang mengakibatkan stres, subyek mampu mengatasi stres tersebut. Hal-hal ini membantu untuk mengembangkan kepribadian hardiness dalam diri ketiga subyek. Sifat-sifat ini kemudian semakin berkembang ketika subyek mengalami berbagai peristiwa yang menekan hidup mereka. Peristiwa tersebut membuat ketangguhan subyek semakin berkembang dengan baik. Pada subyek pertama, orang tua mengajarkan subyek dengan dua cara berbeda. Pada satu sisi subyek dimanja oleh orang tuanya, terutama ayahnya, pada sisi lain, terutama dalam bidang pendidikan, subyek mendapat pola pengasuhan yang ketat dan disiplin. Subyek mendapat kebebasan dan kesempatan untuk mengembangkan dirinya namun dalam pengawasan orang tuanya agar tidak keluar dari jalan yang baik. Pola demikian membuat subyek berkembang menjadi anak yang bertanggung jawab dan mandiri. Hal ini juga membuat subyek menjadi anak yang mempercayai kemampuan yang dimiliki ditambah dukungan dari orang tuanya yang yakin atas kemampuan subyek untuk mengatasi masalah.

108 Keyakinan akan kemampuan telah melahirkan optimisme, yang merupakan satu hal penting bagi perkembangan hardiness dalam diri subyek. Pada subyek kedua, pola pengasuhan di rumah dan lingkungan sekolah membuat subyek berkembang baik dalam kehidupannya. Orang tua mengajarkan pentingnya sekolah dan pengetahuan, yang merupakan salah satu faktor penting berkembangnya hardiness. Bekerja membantu orang tuanya menjadikan subyek merasa memiliki tanggung jawab terhadap keluarganya, terutama membantu adik-adiknya. Subyek merasa bahwa kontribusi yang dilakukan memiliki dampak positif sehingga subyek menghargai kemampuan dalam dirinya. Penghargaan dan keyakinan ini membuat subyek menjadi anak yang optimis dalam menghadapi masalah dan mandiri dalam kehidupannya. Di sisi lain, dalam lingkungan sekolah, subyek belajar menjadi anak yang berani mengambil resiko ketika menghadapi masalah. Keberanian mengambil resiko membuat subyek mampu menentukan tingkat keberhasilan dalam menyelesaikan masalah. Seseorang yang berani mengambil resiko, memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya, disertai rasa optimis akan membuat dirinya memiliki kesiapan mental yang baik ketika mengalami tekanan akibat masalah-masalah yang dialami. Hal-hal ini membantu mengembangkan kepribadian hardiness dalam diri subyek. Pada subyek ketiga, kehidupan dari sejak kecil membuat subyek berkembang menjadi anak yang mandiri dan bertanggung jawab. Bekerja sejak berumur 12 tahun membuat dirinya menjadi anak yang mandiri dan bertanggung jawab. Keterlibatan dalam membantu orang tuanya membuat

109 dirinya percaya pada kemampuannya. Selain itu, kehidupan yang sulit sejak kecil membuat subyek belajar bekerja keras. Pendidikan agama yang dinomor satukan oleh keluarganya membuat subyek berkembang menjadi anak yang memiliki pemikiran positif atas segala masalah yang menimpa dirinya. Subyek selalu berpikir bahwa apapun yang menimpa dirinya merupakan suatu teguran dan cobaan dari Tuhan. Subyek berkembang menjadi seorang anak yang bertanggung jawab, pekerja keras, percaya pada kemampuannya, dan selalu berpikir positif. Hal ini mengembangkan dirinya menjadi seorang perempuan perkasa. Ia merasa bahwa apa yang dilakukannya memiliki dampak positif karena yakin akan kemampuannya dan pemikiran yang. Hal-hal di atas memicu berkembangnya kepribadian hardiness dalam diri subyek. Perkembangan hardiness dalam diri ketiga subyek membantu untuk melawan stres ketika mengidap kanker payudara. Pola pengasuhan orang tua yang otoritatif membentuk ketiga subyek menjadi seseorang yang memiliki keyakinan atas kemampuan mereka dalam mengatasi masalah, memiliki rasa optimis dalam dirinya, dan pemikiran yang positif atas segala masalah yang terjadi dalam dirinya. Hal-hal tersebut membuat subyek mampu mengatasi stres yang memperburuk kondisinya ketika mengalami masalah yaitu mengidap kanker payudara. Bissonnette (1998, h. 6) mengungkapkan bahwa hardiness secara khusus mengubah dua komponen penilaian, yaitu mengurangi penilaian terhadap ancaman dan meningkatkan harapan seseorang akan keberhasilan upaya untuk mengatasi permasalahan.

110 Pengalaman dan pengasuhan orang tua sejak kecil juga mengembangkan dimensi-dimensi yang terkait dengan hardiness. Kepribadian yang sudah berkembang baik sejak kecil membuat subyek memandang bahwa berbagai peristiwa dalam kehidupannya dapat dikontrol dan dipengaruhi. Hal ini dilatar belakangi oleh keyakinan akan kemampuan dalam menghindari perasaan tak berdaya ketika situasi sulit terjadi. Dimensi komitmen tercermin dalam kecenderungan untuk terlibat aktif dalam kegiatan untuk membantu ketiga subyek mengatasi stres. Ketiga subyek memiliki alasan yang sama mengapa tetap terlibat aktif, yaitu membantu mereka mengatasi stres akibat penyakit yang diderita. Ketiga subyek memberi alasan bahwa ketika berada di luar rumah, pikiran mereka untuk sementara beralih pada kegiatan-kegiatan. Mereka menuturkan bahwa apabila stres, kondisi fisiknya akan semakin memburuk. Maka dari itu, subyek kedua lebih memilih untuk tetap mengikuti kegiatan di lingkungannya. Alasan lain dari dimensi ini adalah dengan terlibat aktif dalam kehidupan, subyek mendapat banyak bantuan secara sosial dari lingkungan seperti pengetahuan-pengetahuan mengenai kanker payudara, pengobatan dan perawatan, serta dampak dan resiko akibat penyakit tersebut. Hal ini dialami oleh subyek pertama dan ketiga. Hal lainnya adalah kegiatan-kegiatan yang dikerjakan membantu memulihkan kondisi fisik mereka, seperti yang dijalani oleh subyek kedua dengan mengikuti perkumpulan penderita diabetes, dan subyek ketiga dengan mengikuti senam. Perbedaan dialami subyek pertama. Meskipun tetap terlibat dalam kegiatan-kegiatan dalam lingkungan, namun semenjak sakit subyek cenderung mengurangi aktivitasnya dengan alasan kondisi

111 fisiknya yang kadang kurang baik. Tetap aktif dalam lingkungan, membantu subyek untuk mengatasi stres yang menimpa dirinya. Tipe kepribadian seperti ini memiliki tujuan dan arti dalam kehidupan mereka. Pada akhirnya, hal ini akan mengembangkan pula dimensi ketiga yaitu tantangan. Ketiga subyek melihat peristiwa dalam kehidupan mereka sebagai suatu tantangan dan bukan hambatan yang mengancam kehidupan mereka. Mereka tetap mengalami stres, namun respon mereka mengurangi efek negatif dari stres tersebut (Worchel dan Shebilske, 1986, h. 358). Ketiga subyek memenuhi ketiga dimensi dari hardiness karena dimensi-dimensi ini merupakan kombinasi dalam menentukan perkembangan hardiness. Hardiness pada ketiga subyek juga dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada subyek pertama, hardiness berkembang baik selain karena pengasuhan orang tua dan peristiwa sulit juga karena faktor-faktor yang memengaruhi. Dukungan dari kedua putranya sangat membantu dirinya menguatkan mental untuk menghadapi segala resiko akibat penyakit ini. Dukungan ini juga memperkuat pemikiran subyek atas masalah yang dialami. Pemikiran positif juga berpengaruh bagi perkembangan hardiness subyek. Faktor lain yang memengaruhi adalah pengalaman ketika menghadapi situasi sulit ketika mengawali masa pernikahannya. Pengalaman ketika menghadapi kesulitan membuat subyek belajar bagaimana mempersiapkan segala sesuatu untuk masa depannya. Persiapan diri yang baik akan membantu dirinya untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Pengalaman tersebut menjadi bekal yang baik untuk menghadapi penyakit kanker payudara yang membuat subyek

112 tertekan, bahwa dirinya harus memiliki persiapan dan mengetahui segala resiko yang akan terjadi. Pada subyek kedua, dukungan dari suami sangat membantu untuk menguatkan mentalnya. Hal ini juga akan membuat subyek memiliki pemikiran yang positif atas penyakit yang diderita. Pemikiran positif akan membuat subyek menjadi kuat dan mampu memikirkan solusi atas penyakitnya dengan baik. Faktor ketiga adalah karena pengalaman anggota keluarganya yang juga menderita kanker payudara. Subyek belajar bahwa orang lain yang mengalami kondisi yang lebih sulit saja bisa sembuh, dirinya pasti bisa sembuh. Bekal pembelajaran ini mempersiapkan mental subyek untuk menghadapi segala resiko yang akan terjadi. Selain itu, latar belakang subyek dalam bidang kesehatan membantunya untuk mendapat pengetahuan mengenai kanker payudara. Hal ini membuat subyek mengetahui segala resiko dan kemungkinan yang akan terjadi. Sifat berani mengambil resiko membantu untuk mengembangkan hardiness dalam dirinya. Pada subyek ketiga, dukungan suami dan saudara membantunya untuk menguatkan dirinya. Hidup dengan latar belakang agama yang kuat sejak kecil membuatnya selalu memiliki pemikiran yang positif atas masalah yang diterima. Dalam keadaan demikian subyek tetap melibatkan dirinya dalam berbagai aktivitas, salah satunya senam. Kontribusi dari aktivitas senam membantunya mendapat kekuatan fisik yang baik. Keikutsertaan dalam aktivitas menunjukkan bahwa subyek memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai, yaitu mencapai kesembuhan total.

113 Faktor baru yang muncul pada subyek pertama dan ketiga adalah ketersediaan dana bagi perawatan. Ketersediaan dana atau dukungan finansial membantu subyek untuk merasa yakin bahwa dirinya akan mendapat perawatan yang maksimal. Keyakinan ini membantu untuk menguatkan dirinya dan memotivasi dirinya sebagai salah satu faktor penting dalam hardiness. Faktor-faktor di atas sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Hardjana (1994, h. 74-78) yaitu pengalaman, pendidikan (pengetahuan), dan gaya hidup. Hal lain yang dapat dikemukakan sebagai penjelasan lebih lanjut dari adalah yang diutarakan Bissonette (1986) yaitu penguasaan pengalaman (mastery experience), perasaan yang positif (feeling of posivity), pola asuh orang tua (parental explanatory style), hubungan yang hangat atau mendukung (warm/supportive relationship), kontribusi aktivitas (contributory activities), kemampuan sosial (social skill), kesempatan untuk tumbuh dan berkembang (opportunity for growth). Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan mengacu pada faktor dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan hardiness adalah penguasaan atas pengalaman pada masa sebelumnya, dukungan keluarga atau hubungan yang saling mendukung, perasaan dan pemikiran yang positif, pola asuh dari orang tua pada masa kecil, kontribusi pada berbagai aktivitas-aktivitas dalam lingkungan, pengetahuan dan kemampuan, serta dukungan finansial. Hal-hal seperti pola pengasuhan, dimensi-dimensi, dan faktor-faktor yang memengaruhi, membantu subyek untuk mengatasi stres karena penyakit kanker payudara. Stres yang teratasi dengan baik akan membantu

114 subyek dalam upaya pemulihan kondisi fisik ketiga subyek karena kanker payudara. Pemulihan yang baik akan membuat subyek menjadi sehat dan mampu menjalankan aktivitas mereka seperti layaknya sebelum menderita kanker payudara. C. Kelemahan Penelitian Peneliti menyadari adanya kelemahan-kelemahan dalam penelitian mengenai hardiness pada wanita penderita kanker payudara. Kelemahankelemahan penelitian ini antara lain: 1. Subyektivitas peneliti dalam menginterpretasikan hasil wawancara dan observasi, meskipun sudah diantisipasi melalui diskusi dengan teman sejawat dan dosen pembimbing.

115 Skema 5 SKEMA RANGKUMAN HARDINESS KETIGA SUBYEK Wanita Menderita Kanker Payudara Stadium IIB-IV Faktor Hardiness yang memengaruhi: pp 1. Penguasaan atas pengalaman pada masa sebelumnya 2. Dukungan keluarga atau hubungan yang saling mendukung 3. Perasaan dan pemikiran yang positif 4. Pola asuh dari orang tua pada masa kecil 5. Kontribusi pada berbagai aktivitas-aktivitas dalam lingkungan 6. Pengetahuan tentang kanker payudara 7. Dukungan finansial Dampak Psikologis Mandiri, tanggung jawab, pekerja keras, keimanan kuat, berani mengambil resiko, motivasi tinggi, percaya pada kemampuan, mempersiapkan diri menghadapi peristiwa, Keyakinan, optimisme, Dimensi Hardiness Kontrol Keyakinan dan optimisme membantu menghindari perasaan tak berdaya ketika penyakit kanker payudara menyerang. Maka subyek dapat mengontrol keadaan dirinya dengan baik. Komitmen Kontribusi dalam berbagai aktivitas membantu untuk mengurangi stres, mendapat dukungan sosial dan pengetahuan dari lingkungan, serta memulihkan kondisi fisik. Tantangan Melihat penyakit kanker payudara bukan suatu ancaman dan gangguan dalam hidupnya. Fungsi Hardiness Kepribadian hardiness berfungsi untuk melawan stres yang bisa memperburuk kondisi fisik ketika seseorang sakit. Kondisi yang baik membantu proses kesembuhan subyek.