BAB I PENDAHULUAN. adalah karena pesatnya kegiatan bisnis yang dilakukan dalam masyarakat modern

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yang menganut Negara welfare state yaitu negara yang

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

BAB I PENDAHULUAN. adanya modal dalam mengembangkan unit usaha yang sedang dijalankan,

TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan suatu perikatan. Perikatan lahir dari sebuah perjanjian, tetapi ada juga

BAB I PENDAHULUAN. berproduksi. Tapi dalam kenyataannya daya beli masyarakat belum bisa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang. menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. ini, semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. yang memproduksi dapat tetap berproduksi. Pada dasarnya kebutuhan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

SKRIPSI PELAKSANAAN JUAL BELI DAN STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH APARTEMEN DI SOLO PARAGON

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan. Perbankan, dalam pasal 1 angka 2 dinyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat kita lihat dalam praktek sehari-hari, banyaknya peminat dari

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kebutuhan masyarakat akan pembiayaan sekarang ini semakin tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

ASPEK HUKUM JAMINAN DALAM PERJANJIAN PEMILIKAN KENDARAAN BERMOTOR DI PT. ASLI MOTOR DELANGGU KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa memiliki mobil sebagai barang milik pribadi. Rental mobil (persewaan mobil) yang dapat membantu seseorang yang tidak

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

PERJANJIAN KREDIT DENGAN SISTEM REKENING KORAN DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia otomotif di Indonesia dari tahun-ketahun

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN TERHADAP PENJUALAN (LELANG) BARANG GADAI

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA PENJUALAN SEPEDA MOTOR BEKAS ANTARA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE CABANG MUARA BUNGO DENGAN DEALER OEDAY MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia tidak bisa lepas dari dasar falsafah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI. belum diatur dalam Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar

PERJANJIAN SEWA BELI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN (Studi Komparatif Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor di Beberapa Perusahaan Finance Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. terutama di kalangan pebisnis atau pelaku usaha. Kebutuhan akan barang modal

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. terkumpulnya uang yang cukup untuk membeli barang tersebut secara tunai.

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan gencar-gencarnya Pemerintah meningkatkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual.

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempromosikan produknya. perjanjian itu sah, diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. mengubah perilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global yang. sosial secara signifikan berlangsung semakin cepat.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perkembangan kebutuhan manusia pada umumnya dan pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. banyak masyarakat yang melakukan cara untuk meningkatkan. kesejahteraannya. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara agar

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dengan banyaknya industri rokok tersebut, membuat para produsen

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan. tujuan dri pembangunan itu sendiri. Dalam dunia usaha yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, perdagangan terutama dalam bidang ekonomi. Merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN ANTARA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN PELANGGAN AIR MINUM DI KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian Indonesia, diikuti pula oleh perkembangan berbagai bentuk transaksi dalam perjanjian, karena perjanjian merupakan salah satu kajian hukum yang selalu berkembang, seiring dengan perkembangan masyarakat. Faktor penyebab tumbuh dan berkembangnya hukum perjanjian adalah karena pesatnya kegiatan bisnis yang dilakukan dalam masyarakat modern dan pesatnya transaksi yang dilakukan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah, misalnya sewa beli, sewa guna usaha (leasing), dan jual beli angsuran. Hal ini terjadi karena konsumen memiliki dana yang terbatas. 1 Dalam suatu perjanjian harus memenuhi syarat syahnya perjanjian, sebagaimana yang tertuang dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu kata sepakat, kecakapan, hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Dengan terpenuhinya empat syarat syahnya perjanjian diatas, maka secara hukum mengikat bagi para pihak yang membuat perjanjian. Melalui perjanjian, maka terciptalah suatu hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban pada masing-masing pihak yang membuat perjanjian. 2 Dalam dunia perdagangan, kita mengenal berbagai macam perjanjian, salah satu diantaranya adalah perjanjian sewa beli. Perjanjian ini timbul dalam praktek, karena adanya tuntutan kebutuhan yang semakin berkembang dalam 1 Sri Gambir Melati. 1999. Beli Sewa Sebagai Perjanjian Tak Bernama : Pandangan Masyarakat dan Sikap Mahkamah Agung Indonesia. Bandung : Alumni. Hal 1 2 Yahya Harahap. 1986. Segi -Segi Hukum Perjanjian. Bandung : Alumni. Hal 7

2 masyarakat. 3 Perjanjian sewa beli di Indonesia dewasa ini berkembang dengan pesat. Hal ini dapat kita lihat dalam praktek sehari-hari, banyaknya peminat dari masyarakat terhadap perjanjian tersebut, terutama dalam pemenuhan kebutuhan sekundernya. Baik dalam kalangan produsennya (penjual) maupun konsumen (pembeli). Latar belakang timbulnya sewa beli pertama kali adalah untuk menampung persoalan bagaimanakah caranya memberikan jalan keluar apabila pihak penjual menghadapi banyaknya permintaan untuk membeli barangnya, tetapi calon-calon pembeli tidak mampu membayar harga barang secara tunai. Pihak penjual bersedia menerima harga barang itu dicicil atau diangsur, tetapi ia memerlukan jaminan bahwa barangnya sebelum harga dibayar lunas tidak akan dijual oleh si pembeli. 4 Pranata sewa beli merupakan pranata hukum perjanjian yang perkembangannya didasarkan pada kebebasan berkontrak sebagai asas pokok dari hukum perjanjian yang diatur dalam Pasal 1338 juncto Pasal 1320 KUH Perdata. 5 Keberadaan asas kebebasan berkontrak dalam pelaksanaan kontrak sewa beli memberikan inspirasi bagi para pengusaha untuk mengembangkan bisnis dengan cara sewa beli, karena dengan menggunakan konstruksi jual beli semata, barang dari pengusaha tidak akan laku. Ini disebabkan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang rendah dan tidak mempunyai banyak uang kontan. 3 Onti-Rug. 2011. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Sepeda Motor Di Dealer Panorama Motor Kabupaten Sragen. http://www.lawskripsi.com. Di Unduh Pada Hari Selasa, Tanggal 20 September, Pukul 16:54. 4 Salim H.S. 2003. Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. Hal. 131. 5 Sri Gambir Melati. Op. Cit. Hal. 2

3 Sumber dari kebebasan berkontrak adalah kebebasan individu sehingga yang merupakan titik tolaknya adalah kepentingan individu pula. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kebebasan individu memberikan kepadanya kebebasan untuk berkontrak. Perjanjian sewa beli sebenarnya adalah suatu macam jual beli, setidaktidaknya sewa beli mendekati jual beli daripada sewa-menyewa, meskipun sewa beli merupakan suatu campuran dari kedua-duanya dan diberikan judul sewa-menyewa. Dalam Hire-purchase Act 1965 ia dikontruksikan sebagai suatu perjanjian sewa-menyewa dengan hak opsi dari si penyewa untuk membeli barang yang disewanya. Maksud kedua belah pihak adalah setuju pada perolehan hak milik atas suatu barang disatu pihak dan perolehan sejumlah uang sebagai imbalannya (harga) dilain pihak. Jadi sewa beli akibat hukumnya yaitu si penerima tidak menjadi pemilik, melainkan pemakai belaka. Baru kalau uang sewa telah dibayar, berjumlah sama dengan harga pembelian, si penyewa berubah menjadi pembeli, yaitu barangnya menjadi miliknya. 6 Dalam perjanjian sewa beli tidak ada hukum yang mengatur, tetapi dalam praktek memang diperbolehkan karena sebagaimana diketahui, hukum perjanjian KUHPerdata menganut sistem kebebasan berkontrak sebagaimana terkandung dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang berbunyi : semua perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Kebebasan itu meliputi kebebasan untuk 6 Wirjono Prodjodikoro. 1981. Hukum Perdata Tentang Persetujuan Tertentu. Bandung: Sumur. hal. 65.

4 membuat perjanjian, mengadakan kontrak, pelaksanaan dan persyaratan, serta menentukan bentuk kontrak, yaitu lisan atau tertulis. 7 Perjanjian sewa beli merupakan perjanjian innominat atau perjanjian tak bernama,yaitu perjanjian-perjanjian yang belum ada pengaturannya secara khusus didalam undang-undang. J. Satrio memberikan pengertian yang dimaksud dengan perjanjian innominat, atau perjanjian yang belum ada pengaturannya secara khusus di dalam undang-undang, karena tidak diatur dalam perundang-undangan, baik Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maupun Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, keduanya didasarkan pada praktek sehari-hari dan putusan pengadilan (Jurisprudensi). 8 Sewa beli dalam praktek saat ini banyak dilakukan diberbagai daerah di Indonesia, tidak terkecuali di kota Boyolali. Salah satu perjanjian sewa beli yang saat ini cukup banyak diminati oleh masyarakat di Boyolali adalah sewa beli furniture. Karena furniture merupakan alat yang berfungsi untuk membantu mewadahi kebutuhan dan aktivitas tubuh manusia, dan yang kedua berfungsi sebagai wadah penyimpanan barang, alat, bahan yang dibutuhkan manusia dalam beraktivitas, seperti tempat duduk untuk duduk dan tidur di tempat tidur, untuk memegang benda pada ketinggian yang nyaman untuk bekerja dengan menggunakan permukaan horisontal di atas tanah. Furniture bisa menjadi produk desain dan dianggap sebagai bentuk seni dekoratif, oleh karena itu kebutuhan 7 Salim HS.2008. Perkembangan Hukum Kontrak di Luar KUHPerdata. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. hal. 1. 8 J. Satrio. 1992. Hukum Perjanjian. Bandung : Alumni.

5 akan furniture sangatlah tinggi. Melihat banyaknya pelaku sewa beli furnituredi daerah Boyolali ini, sehingga perjanjian sewa beli ini tumbuh dan berkembang pesat di kota Boyolali. Kenapa demikian, karena sewa beli memberikan jalan keluar apabila pihak penjual menghadapi banyak permintaan atau hasrat untuk menjual barangnya tetapi calon-calon pembeli tidak mampu membayar barang tersebut sekaligus atau secara tunai. Sebagai jalan keluar, maka ditemukan perjanjian dimana selama harga belum dibayar lunas, pihak pembeli menjadi penyewa dahulu dari barang yang ingin dibelinya. Harga sewa sebenarnya dalam bentuk angsuran atas harga barang tersebut. Dalam praktek perjanjian sewa beli, masyarakat menyebutnya sistem kredit. Sistem yang digunakan dalam perjanjian sewa beli menggunakan sistem pembiayaan konsumen atau perjanjian pembiayaan konsumen. Dalam perjanjian sewa beli furniture ini terdapat tiga pihak yang terlibat dalam transaksi pembiayaan konsumen, yaitu perusahaan pembiayaan, konsumen, dan pemasok (supplier). 9 Namun karena pembiayaan konsumen merupakan lembaga bisnis, maka dalam kegiatan pembiayaan konsumen tidak bisa steril dari unsur resiko. Oleh karena itu, dalam praktek perusahaan pembiayaan konsumen akan meminta jaminan tertentu guna mengamankan pembiayaan yang diberikan. Jaminan yang ada dalam pembiayaan konsumen pada prinsipnya sama dengan jaminan dalam kredit bank, khususnya kredit konsumen, yaitu jaminan utama, jaminan pokok, dan jaminan tambahan. 10 9 Sunaryo. 2008. Hukum Lembaga Pembiayaan. Jakarta: Sinar Grafika. hal. 106. 10 Munir Fuady. 2002. Hukum Tentang Pembiayaan (Dalam Teori dan Praktek). Bandung:PT Citra Aditya Bhakti. hal. 166.

6 Jaminan utama sebagai suatu kredit, maka jaminan pokoknya adalah kepercayaan dari kreditur kepada debitur bahwa pihak konsumen dapat dipercaya dan sanggup membayar hutang-hutangnya. Sedangkan jaminan pokok terhadap transaksi pembiayaan adalah barang yang dibeli dengan dana tersebut. Jika dana tersebut untuk pembelian almari, maka almari yang bersangkutan untuk jaminan pokoknya. Berbeda dengan jaminan tambahan, walaupun tidak seketat jaminan untuk pemberian kredit bank. Biasanya jaminan tambahan terhadap transaksi seperti ini berupa pengakuan hutang atau kuasa menjual barang, dan dari asuransi. Sewa beli merupakan lembaga hukum yang timbul sebagai akibat kebutuhan praktek. Walaupun ia bukan merupakan lembaga yang dimaksudkan untuk menjadi lembaga jaminan, tetapi ciri-ciri lembaga tersebut mempunyai efek jaminan juga dan disamping itu kreditur mempunyai hak revindikasi yang merupakan salah satu ciri hak milik dan hak milik merupakan hak kebendaan. 11 Secara hukum, sarana pengaman bagi terlaksananya pelaksanaan sewa beli pada perusahaan pembiayaan adalah letak aspek hukum jaminan dalam pelaksanaan perjanjian sewa beli. Sewa beli ini senada dengan yang terjadi di PT. Fataliga Insani Boyolali yang memberikan fasilitas salah satunya yaitu sewa beli furniture. Perjanjian sewa beli di PT. Fataliga Insani dalam pelaksanaannya menerapkan sistem jaminan didalamnya, yaitu terhadap barang/furniture yang disewa belikan itu lah yang dijadikan sebagai obyek dalam perjanjian ini. 11 J Satrio. 1993. Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Kebendaan.Bandung: PT Citra Aditya Bhakti. Hal. 21-22.

7 Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan Penelitian dengan judul:sewa BELI DAN JAMINAN (Studi Tentang Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Furniture di PT Fataliga Insani Boyolali ). B. Perumusan Masalah Perumusan masalah dimaksudkan untuk menegaskan masalah-masalah yang diteliti sehingga memudahkan untuk melakukan pembahasan. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah konstruksi dan pelaksanaan perjanjian sewa beli furniture di PT Fataliga Insani Boyolali? 2. Aspek jaminan apakah yang di terapkan dalam perjanjian sewa beli furniture di PT Fataliga Insani Boyolali? 3. Apa sajakah problematika yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian sewa beli furniture di PT Fataliga Insani Boyolali?dan bagaimanakah penyelesaiannya? C. Tujuan Penelitian Dari permasalahan-permasalahan tersebut, tujuan penelitian yang hendak dicapai penulis adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui konstruksi dan pelaksanaan perjanjian sewa beli furniture di PT Fataliga Insani Boyolali.

8 2. Untuk mengetahui aspek jaminan yang diterapkan dalam perjanjian sewa beli furniture di PT Fataliga Insani Boyolali. 3. Untuk mengetahui problematika yang timbul dalampelaksanaan perjanjian sewa beli furniture di PT Fataliga Insani Boyolali dan penyelesaiannya. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan serta pemikiran yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya dan pada khususnya mengenai perjanjian sewa beli furniture. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan bahan masukan bagi penulis sendiri mengenai ruang lingkup yang dibahas dalam penelitian ini. b. Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis dalam perjanjian sewa beli. c. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran terhadap pengetahuan dan wawasan keilmuan khususnya bagi praktisi hukum, terutama pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

9 E. Metode Penelitian Menurut Soerjono Soekanto, yang dimaksud dengan metode adalah suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian, suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan, cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur, sedang penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan. 12 Metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang metode yang digunakan dalam penelitian. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka yang penulis gunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis empiris, yaitu dengan mengkombinasikan hasil dari data primer (data penelitian di lapangan) dengan data sekunder guna menemukan dasar hukum/aturan serta kendala-kendala dalam praktek pelaksanaan perjanjian sewa beli. 2. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif, karena penelitian ini bermaksud untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang pelaksanaan perjanjian sewa beli. 12 Soerjono Soekanto. 1986.Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta:UI Press. Hal. 3 & 5.

10 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di PT. Fataliga Insani Boyolali. Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan pada pertimbanganpertimbangan, yaitu: pertama, karena di PT. Fataliga Insani Boyolali terjadi perjanjian sewa beli furniture, kedua, di dalam perjanjian sewa beli furniture tersebut memuat aspek hukum jaminan didalamnya. 4. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data primer Merupakan sejumlah keterangan atau fakta yang secara langsung diperoleh melalui penelitian lapangan atau sumber pertama. Adapun data tentang penelitian ini diperoleh dari kantor PT. Fataliga Insani Boyolali. b. Data Sekunder Merupakan keterangan atau fakta yang diperoleh tidak secara langsung, tetapi diperoleh melalui studi pustaka, literatur, peraturan perundang-undangan, karya ilmiah dan sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti oleh penulis. 5. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

11 a. Penelitian Lapangan Yaitu data yang diperoleh secara langsung pada objek penelitian yaitu sebagai berikut : 1) Wawancara Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan percakapan atau wawancara langsung. Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data primer, yang dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan berbagai pihak yang dipandang memahami obyek yang diteliti. 2) Studi Pustaka Tahap ini digunakan untuk memperoleh data sekunder yang dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku, pendapat-pendapat para sarjana, dokumen-dokumen perundang-undangan yang berkaitan dengan obyek penelitian. 6. Metode Analisis Data Setelah data terkumpul, maka akan diinventarisasi dan kemudian diseleksi yang sesuai untuk digunakan menjawab pokok permasalahan dalam penelitian ini. Selanjutnya akan dianalisa untuk mencari dan menemukan hubungan antar data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan dengan landasan teori yang ada dan yang dipakai sehingga memberi gambaran yang konstruktif mengenai permasalahan yang diteliti.

12 F. Sistematika Skripsi Di dalam penelitian ini, penulis membagi dalam empat (4) bab yang masingmasing bab akan dibagi lagi ke dalam sub bab-sub bab. Adapun keempat bab tersebut adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian F. Sistematika Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian 2. Asas-Asas Perjanjian 3. Syarat Sahnya Perjanjian 4. Akibat Perjanjian 5. Wanprestasi 6. Berakhirnya Perjanjian B. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Sewa beli 1. Pengertian Perjanjian Sewa beli 2. Dasar Hukum Perjanjian Sewa beli 3. Subjek dan Objek Perjanjian Sewa beli

13 4. Bentuk dan Substansi Perjanjian Sewa beli 5. Hak dan Kewajiban Para Pihak-pihak dalam PerjanjianSewa beli 6. Berakhirnya Kontrak Sewa beli C. Tinjauan Umum tentang Pembiayaan Konsumen 1. Pengertian dan Pengaturan Pembiayaan Konsumen 2. Pentingnya Pembiayaan Konsumen 3. Hubungan Hukum dalam Pembiayaan Konsumen 4. Syarat dan Mekanisme Transaksi Pembiayaan Konsumen D. Tinjauan Umum tentang Jaminan 1. Pengertian Jaminan 2. Pentingnya Jaminan dalam Suatu Pembiayaan 3. Asas-asas Hukum Jaminan 4. Jenis Jaminan 5. Macam-macam Lembaga Jaminan untuk Benda Bergerak. E. Berlakunya Hukum dalam Masyarakat BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum tentang PT. Fataliga Insani 1. Sejarah Perusahaan 2. Visi dan Misi PT. Fataliga Insani Boyolali. 3. Struktur Organisasi Perusahaan 4. Job Description 5. Aspek Kegiatan Perusahaan.

14 B. Hasil Penelitian 1. Konstruksi dan Pelaksanaan Perjanjian Sewa beli Furniture di PT Fataliga Insani Boyolali 2. Aspek Jaminan yang diterapkan dalam Perjanjian Sewa beli Furniture di PT Fataliga Insani Boyolali 3. Problematika yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian sewa beli furniture di PT Fataliga Insani Boyolali dan proses penyelesaiannya C. Pembahasan 1. Konstruksi dan Pelaksanaan Perjanjian Sewa beli furniture di PT Fataliga Insani Boyolali 2. Aspek Jaminan yang diterapkan dalam Perjanjian Sewa beli furniture di PT Fataliga Insani Boyolali 3. Problematika yang Terjadi dalam Pelaksanaan Perjanjian Sewa beli furniture di PT Fataliga Insani Boyolali dan Proses Penyelesaiannya BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN