KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE SISWA KELAS X SMA 1 BUAKECAMATAN BUA KABUPATEN LUWU

dokumen-dokumen yang mirip
KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL EXAMPLE NON EXAMPLE SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 14 PALOPO

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: YULIA FATMAWATI A

Oleh Era Oktarina Sianturi Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Adapun alasannya, Yasir Burhan mengemukakannya sebagai berikut;

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS TEKS DESKRIPTIF DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK AND WRITE

Evi Rufaidah SMAN 1 Waru Pamekasan. dengan menggunakan Teknik TTW siswa kelas X SMA Negeri 1 Waru Pamekasan tahun

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

Annan Ginting Guru Pendidikan Agama Kristen SMP Negeri 1 Payung Surel :

Kata kunci: menulis, paragraf argumentasi, student teams achievement division

Ulfah Khamidah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata-kata kunci: efektivitas, teknik, media, kompetensi, teks cerita petualangan

Oleh: Harvi Setiani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Oleh : Novita Sari Drs. Syamsul Arif, M.Pd. Abstrak

Oleh Rini Turnip Drs. H. Sigalingging, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan suatu keterampilan dalam berbahasa. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA

Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Penalaran Matematis

Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Strategi Think Talk Write

BAB I PENDAHULUAN. lebih terfokus. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan

Oleh Try Annisa Lestari ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk

Peningkatan Komunikasi Matematis dan Prestasi Belajar Matematika melalui Model Think Talk Write (TTW)

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

P 6 Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Koneksi Matematis

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah. kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014. Oleh: Pebrina Pakpahan

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

Inovasi Pendidikan Vol. I. No. 17, Maret 2017

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi siswa Kelas X SMA Negeri 2. Tanah Sepenggal Kabupate Bungo Tahun Ajaran 2013/2014

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SUGESTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MENYELESAIKAN CERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 SIJUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW PADA SISWA KELAS VII A

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK COPY THE MASTER TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUNGAI TARAB E- JURNAL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

KEMAMPUAN MENULIS TEKS PROSEDUR SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 11 KOTA JAMBI. Nia Budianti, Herman Budiyono, Imam Suwardi FKIP Universitas Jambi ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 SIJUNJUNG ARTIKEL ILMIAH

Kata kunci: Model Think-Talk-Write (TTW) dan Prestasi Belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK TALK WRITE (TTW) SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PADANG

PENGARUH PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA SWASTA BANDUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN TEKNIK KERANGKA TULISAN DAN TEKNIK MENYELESAIKAN CERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG

PENGARUH MEDIA TELEVISI MY TRIP MY ADVENTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

MAKALAH. Oleh NURDIANTI

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat memahami apa yang disampaikan. Pesan tersebut dapat berisi

TINJAUAN PUSTAKA. baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media.

IMPLEMENTASI STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP 1 KARAWANG TIMUR

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS IV MELALUI MODEL DIRECT WRITING ACTIVITIES DI SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

Kata Kunci: Pengaruh STAD Wacana-Menulis Karangan Argumentasi PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. baca-tulis bangsa Indonesia. Budaya baca-tulis di Indonesia masih kurang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil pengamatan penulis di lapangan, ternyata pembelajaran

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3. 1 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Oleh Dian V. Sitompul Dra. Inayah Hanum, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik memerlukan suatu sistem pendidikan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW)

PENGARUH PENERAPAN MODEL THINK TALK WRITE (TTW) TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SD SABBHISMA 1 GUNUNG PANGILUN PADANG

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs DDI BASSEANG SUHAEBAH NUR* ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SISWA KELAS XI SMA SWASTA FREE METHODIST MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

Comparison of the effectiveness of CIRC and TTW methods to abilities in narrating interview text Indonesian subjects in grade 7 SMP 2 Banguntapan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

2016 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DEMONSTRASI SISWA KELAS VII/A SMP NEGERI 1 NOLING KABUPATEN LUWU

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BESITANG TAHUN PEMBELAJARAN

Pengaruh Metode Karyawisata Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas VII SMP Swasta Yapendak Tinjowan Tahun Pembelajaran 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia demi

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan mata pelajaran

Oleh: Teguh Priyambodo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadaiyah Purworejo

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai suatu pandangan hidup untuk mengembangkan karakterkarakter

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 1 Nomor 1 Maret Page p-issn: e-issn: X

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

Oleh: Istiana Ita Saputri NIM Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

PENERAPAN METODE PANGALIRAN IMAJI (IMAGE STREAMING) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA WIDYA KUTOARJO

Transkripsi:

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE SISWA KELAS X SMA 1 BUAKECAMATAN BUA KABUPATEN LUWU FADLY ARIFIN Universitas Cokroaminoto Palopo fadly@yahoo.co.id Abstrak Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan hasil penerapan model Think-Talk-Write dalam pembelajaran menulis karangan narasi siswa kelas X SMAN 1 Bua yang berjumlah 30 orang siswa. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan deskriptif dan penelitian ini dianalisis dengan menggunakan data kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum penerapan Think-Talk-Write pada pembelajaran diskusi nilai hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata 64,86 dan setelah penerapan model Think-Talk-Write pada pembelajaran karangan narasi nilai hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata 74,73. Jadi model penerapan Think-Talk-Write dalam pembelajaran menulis karangan narasi siswa kelas X SMAN 1 Bua bermanfaat. Selain itu setelah diadakan perlakuan perolehan nilai tertinggi yaitu mencapai 85,00 yang diperoleh 2 orang siswa dengan persentase 6,66%, sedangkan nilai terendah yaitu 60,00 yang hanya diperoleh 1 orang siswa dengan persentase 3,33%. Hasil perolehan nilai pembelajaran menulis karangan narasi pretest ke posttest berdasarkan pada 5 aspek penilaiaan menunjukkan bahwa dengan aspek ruang lingkup isi dengan perolehan nilai rata-rata pretest 12,86 dan nilai posttest 15,36, organisasi dan penyajian isi nilai rata-rata pretest 13,83 nilai posttest 15, gaya dan bentuk bahasa nilai rata-rata pretest 14,46, dan nilai posttest 14,7, tata bahasa, ejaan, dan kerapian tulisan memperoleh nilai rata-rata pretest 11,03, nilai posttest 14,3, dan aspek terakhir yaitu respon guru terhadap murid dengan nilai ratarata pretest 12,66, sedangkan posttest 15,4. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari hasil pretest ke posttest, pada pretest juga dilihat dari persentase. Siswa yang memperoleh nilai 70 sebanyak 8 orang dengan persentase 26,65% sedang siswa yang memperoleh nilai < 70 sebanyak 22 siswa dengan persentase 73,33 dan mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan (posttest) yaitu sebanyak 29 siswa yang memperoleh nilai 70 dengan persentase 96,66 dan siswa yang memperoleh nilai 70 hanya 1 orang siswa dengan persentase 3,33%. Apabila dikonfirmasikan dengan nilai KKM, maka kemampuan siswa kelas X SMAN 1 Bua dalam pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write efektif karena siswa yang memperoleh nilai lebih dari 70 mencapai mencapai 85%. Kata kunci: menulis, model Think-Talk-Write. Halaman 15

PENDAHULUAN Menulis sebagai salah satu komponen keterampilan berbahasa dan bersastra, memiliki kedudukan yang strategis dalam pendidikan dan pengajaran. Keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah banyak ditentukan oleh keterampilan menulis. Selain dapat memudahkan siswa berpikir secara kritis, menulis juga dapat digunakan siswa untuk mengomunikasikan perasaan, pendapat, dan pengalaman kepada orang lain. Pada era globalisasi yang serba modern ini, keterampilan menulis dapat meningkatkan taraf hidup. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan yang intensif terhadap kemampuan menulis dengan tidak mengabaikan aspek bahasa yang lain. Pembelajaran bahasa dilaksanakan dalam sebuah mata pelajaran untuk melatih aspek berbahasa siswa sehingga siswa jadi lebih tahu cara berbahasa yang baik dan benar. Dari empat aspek berbahasa salah satu aspek yang penting untuk dikuasai oleh siswa yaitu aspek menulis, menulis adalah sebuah aspek pembelajran yang sangat menitikberatkan pada hasil pemahaman siswa selama siswa menerima materi pelajaran yang telah diterangkan sehingga siswa dapat membuat sebuah tulisan yang dapat menjadi hasil output dari pemikiran serta pengetahuan. Berbagai permasalahan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang dihadapi sekolah menjadikan pelaku pendidik atau pengajar terus melakukan berbagai perbaikan dalam pengajaran bahasa Indonesia. Pendidik berupaya untuk terus mencari solusi terhadap masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran bahasa Indonesia tersebut dengan melakukan penelitian terhadap berbagai kompetensi yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa di Indonesia. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), salah satu kompetensi yang menjadi permasalah dalam pengajaran bahasa Indonesa yaitu kompetensi keterampilan menulis. Adapun target pencapaian kompetensi keterampilam menulis tertuang dalam standar kompetensi menulis siswa kelas X SMA pada KTSP. Dalam hal ini, pencapaian yang dimaksud adalah siswa diharapkan mampu mengungkapkan pengalaman diri sendiri, orang lain, dan Halaman 16

siswa mampu menulis karangan naras dengani urutan waktu dan penggnaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) dengan tepat. Kegiatan menulis merupakan suatu bentuk usaha untuk melatih kemampuan atau keterampilan berbahasa yang terakhir dikuasai siswa setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Dibanding ketiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis dipengaruhi oleh kosakata seseorang. Semakin banyak kosakata yang dimiliki siswa, maka semakin banyak yang mampu dituliskan dalam sebuah cerita. Kosakata dimiliki seseorang jika seseorang tekun membaca dan memiliki pengalaman yang berlebihan. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif, menulis juga sangat berkaitan erat dengan aktivitas berpikir. Menulis menunutut kemampuan berpikir yang memadai juga menuntut berbagai aspek yang terkait seperti penguasaan materi tulisan, pengetahuan bahasa tulis, dan motivasi yang kuat. Siswa diharapkan mampu menuangkan gagasan atau ide secara runtut dengan isi yang tepat, struktur yang benar sesuai konteksnya. Kenyataan di lapangan masih banyak siswa yang kurang berminat untuk mempelajari pelajaran bahasa Indonesia. Ini terlihat dari kurangnya minat siswa dibidang kebahasaan, terutama dalam aspek menulis yang menjadi faktor keresahan guru bahasa Indonesia. Salam satu alasan kurangnya minat siswa dalam bidang kebahasaan terutama bahasa Indonesia dan dari faktor menulis karena siswa sering mendapatkan materi menulis dari jenjang SD, SMP sampai SMA. Berbagai pendekatan telah dilakukan untuk menumbuhkan tingkat pemahaman ketidaksenangan siswa pada guru yang hanya menghadirkan media yang sangat monoton tanpa melakukan proses informasi. Media yang menonton yang dimaksudkan misalnya, guru hanya berkutat pada media papan tulis. Metode atau strategi yang diterapkan pada siswa seperti metode Think- Talk-Write (TTW) ini juga harus diterapkan untuk mendorong minat siswa untuk bisa mencapai tujuan dalam kompetensi dasar menulis dengan menggukan metode yang tidak monoton terhadap papan tulis akan membuat siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar sehingga memacu siswa membuat sebuah tulisan yang menarik. Namun, pada umumnya siswa tingkat Halaman 17

SMA masih mengalami kesulitan untuk menuangkan ide, gagasan, pikiran, perasaan mereka. Masalah lain yang sering terjadi dalam pembelajaran menulis puisi adalah siswa masih kurang perbendaharaan kosakata untuk dibentuk ke dalam tulisan. Hal ini juga dialami oleh sebagian besar siswa kelas X SMA Negeri 1 Bua. Penyebab rendahnya tingkat kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 1 Bua dalam keterampilan menulis, yaitu faktor internal dan eksternal. Maksud dari kedua hal tersebut, yaitu faktor internal adalah faktor yang berasal individu atau siswa itu sendiri seperti: kemampuan seorang siswa dalam menuangkan ide, gagasan, pikiran, perasaan dalam bentuk karangan. Perbendaharaan kata yang masih kurang dimiliki oleh setiap siswa, kurang terlatihnya kemampuan siswa dalam berimajinasi, dan ada anggapan bahwa menulis karangan itu sulit. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan menulis karangan narasi menggunakan model Think-Talk-Write (TTW) pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Bua? TINJAUAN PUSTAKA Konsep Menulis Aspek keterampilan berbahasa ada empat, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis merupakan aspek keempat dari aspek keterampilan berbahasa tersebut. Sama halnya dengan dengan tiga aspek keterampilan yang lain, aspek keterampilan menulis erat kaitannya dengan aspek-aspek lain. Menulis adalah suatu proses pengungkapan pikiran atau gagasan dan perasaan melalui suatu lambang tulisan. Dalam KBBI (2007:1497) menulis adalah melahirkan pikiran dan perasaan seperti mengarang, membuat surat dengan tulisan. Wantoro (2016) mengemukakan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambanglambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik Halaman 18

itu. Menulis merupakan suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan atau komunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis. Fungsi menulis Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir, juga dapat menolong kita berpikir secara kritis, juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubunganhubungan, memperdalam daya tangkap atau persepsi kita, memecahkan masalah-maslah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman. Karangan Narasi Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan suatu kejadian secara runtut sesuai dengan urutan waktu (kronologis). Karangan narasi tidak hanya bisa digunakan untuk menulis sebuah karya fiksi, tapi juga fakta, maka karangan atau tulisan narasi bisa digunakan untuk banyak tujuan, seperti, sejarah, novel, berita, biografi, dan lain-lain. Didalamnya terdapat peristiwa atau kejadian dalam sebuah urutan waktu, tokoh didalamnya berinteraksi dalam berbagai konflik yang terjadi. Pertautan antara ketiga unsur tersebut; peristiwa atau kejadian; munculnya tokoh; dan adanya konflik; disebut dengan plot atau alur. Secara sederhana, karangan narasi ialah karangan atau tulisan yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Pengertian karangan narasi menurut para ahli seperti pendapat yang dikemukakan oleh Semi (2003:29), narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Pendapat yang dikemukakan oleh Remini (2007:32), yaitu bahwa narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Halaman 19

Media Think-Talk-Write (TTW) Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) adalah model pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi siswa. Model pembelajaran Think-Talk-Write dikembangkan oleh Huinker dan Laughlin (Yamin & Ansari, 2008:84) yang dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis. Pembelajaran kooperatif tipe Think Talk Write (TTW) diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin. Pada dasarnya pembelajaran ini dibangun melalui proses berpikir, berbicara, dan menulis. Strategi pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah dalam (Yamin & Ansari, 2012:84). Alur kemajuan pembelajaran TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide dengan temannya sebelum menulis. Suasana ini lebih efektif jika dilakukan dalam kelompok heterogen dengan 3-5 siswa. Dalam kelompok ini siswa diminta membaca, membuat catatan kecil, menjelaskan, mendengarkan dan membagi ide bersama teman kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Aktivitas berpikir, berbicara, dan menulis ini adalah salah satu bentuk aktivitas belajar mengajar yang memberikan peluang kepada siswa untuk berpartisipasi aktif. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran menggunakan tipe ini adalah berpikir (think), berbicara (talk), dan menulis (write). Berpikir (think) Aktivitas berpikir dalam pembelajaran terdapat dalam kegiatan yang dapat memancing siswa untuk memikirkan sebuah permasalahan baik dalam eksperimen, kegiatan demonstrasi yang dilakukan oleh guru atau siswa, pengamatan gejala fisis atau berbagai peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Proses membaca buku paket atau handout fisika serta berbagai macam artikel yang berhubungan dengan pokok bahasan. Setelah itu siswa mulai memikirkan solusi dari permasalahan tersebut dengan cara menuliskannya pada buku Halaman 20

catatan atau handout ataupun mengingat bagian yang dipahami serta yang tidak dipahaminya. Menurut Wiederhold (1997) membuat catatan berarti menganalisis tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulis. Membuat catatan mempertinggi pengetahuan siswa bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis. Salah satu manfaat dari proses ini adalah membuat catatan akan menjadi bagian integral dalam setting pembelajaran. Bicara (talk) Siswa melakukan komunikasi dengan teman menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Siswa menggunakan bahasa untuk menyajikan ide kepada temannya, membangun teori bersama, sharing strategi solusi dan membuat definisi. Talking membantu guru mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam belajar sehingga dapat mempersiapkan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan. Fase berkomunikasi (talk) ini juga memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Secara alami dan mudah proses komunikasi dapat dibangun di kelas dan dimanfaatkan sebagai alat sebelum menulis. Selain itu, berkomunikasi dalam suatu diskusi dapat membantu kolaborasi dan meningkatkan aktivitas belajar dalam kelas. Selanjutnya, berbicara baik antar siswa maupun dengan guru dapat meningkatkan pemahaman. Hal ini bisa terjadi karena saat siswa diberi kesempatan untuk berbicara atau berdialog, sekaligus merekonstruksi berbagai ide untuk dikemukakan melalui dialog. Menulis (write) Siswa menuliskan hasil diskusi atau dialog pada lembar kerja yang disediakan. Aktivitas menulis berarti merekonstruksi ide, karena setelah berdiskusi atau berdialog antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui tulisan. Aktivitas menulis akan membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa. Halaman 21

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yang menggambarkan secara jelas kemampuan menyusun sebuah karangan narasi menggunakan model Think- Talk-Write pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Bua. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini berjumlah 88 orang terbagi ke dalam 3 kelas a, b, dan c. Sampel penelitian ini dilakukan dengan alasan dikarenakan pihak sekolah menunjuk dan memberikan kelas sebagai kelas yang diteliti, dengan menggunakan teknik purposive sampling artinya penunjukan langsung. Teknik ini diberi nama demikian karena dalam pengambilan sampel penelitian penunjukan langsung terhadap salah satu subjek lain. Dengan demikian, maka penelitian memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel. Teknik Pengumpulan Data Ada beberapa teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Observasi Peneliti melakukan observasi lapangan untuk mengetahui keadaan atau masalah dalam pembelajaran menulis dan jumlah siswa disekolah. 2. Teknik tes 1. Memberikan tes awal berbicara pada kelas eksperimen. 2. Melakukan pemeriksaan tes awal berbicara pada kelas eksperimen. 3. Menerapkan model Think-Talk-Write dalam pembelajaran berbicara pada kelas eksperimen. 4. Menerapkan metode konvensional dalam pembelajaran berbicara pada kelas eksperimen. 5. Melakukan pemeriksaan tes akhir setelah memberikan perlakuan pada kelas eksperimen. 3. Dokumentasi Halaman 22

Merupkan gambaran dari proses pembelajaran di kelas yang berupa foto sebagai bukti konkret agar dapat memberikan sebuah gambaran suasana kelas eksperimen saat proses belajar mengajar berlangsung dengan mengguanakan model Think-Talk-Write, selain bukti foto juga melampirkan tugas yang telah dinilai setelah memberikan perlakuan pada kelas eksperimen. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden berupa rata-rata hasil belajar dan standar deviasi. Untuk keperluan analisis digunakan distribusi frekuensi, presentase, rata-rata, dan standar deviasi untuk masing-masing kelompok. Data dalam penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik statistik. Pengolaan data dan teknik prosedur sebagai berikut: 1. Membuat daftar skor mentah. 2. Menentukan nilai baku setiap sampel dengan menggunakan rumus: S Keterangan : Nilai = s sm x100 Sm = Skor maksimal = Skor diperoleh siswa 3. Menentukan frekuensi skor presentase yang dicapai dalam bentuk tabel. 4. Memberikan interpretasi terhadap kemampuan siswa. 5. Tolak ukur kemampuan siswa yakni jika 85% dari jumlah memperoleh nilai 70 ke atas, maka dianggap mampu. Tetapi, jika 85% dari jumlah siswa memperoleh nilai 70 kebawah, maka diaggap tidak mampu. Tabel 3. Kategori interval nilai Kategori Nilai Frekuensi Sangat baik 85-100 Baik 65-85 Cukup 55-64 Kurang 35-54 Sangat kurang 0-34 (Sumber: Widoyoko, 2009) Halaman 23

Tabel 4. Hasil pencapaian KKM siswa No Pemerolehan nilai Frekuensi Presenta se (%) 1 Nilai 70 2 Nilai<70 Data diatas digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar sesudah diajar dengan Think-Talk-Write. Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat hasil belajar sebelum dan sesudah siswa diberikan perlakuan, pedoman yang digunakan untuk mengubah skor mentah yang diperoleh siswa menjadi skor standar. Pembahasan Pembahasan pada penelitian didasarkan pada temuan peneliti di SMAN 1 Bua kelas X melalui pembelajaran menulis. Model pembelajaran merupakan model pembelajaran yang masih lazim digunakan guru dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu kemampuan menulis karangan narasi melalui penerapan model pembelajaran Think-Talk- Write siswa kelas X SMAN 1 Bua. Ada dua hal pokok yang penting diketahui oleh siswa yaitu menulis. Menulis adalah suatu kegiatan yang menciptakan sebuah catatn atau informasi dengan menggunakan meia aksara. Model pembelajaran Think-Talk-Write merupakan tipe dari model pembelajaran kooperatif dan juga masih termasuk model pembelajaran kooperatif. Berdasarkan hasil yang telah ditetapkan dalam penelitian ini dinyatakan mampu bila tingkat kemampuan mencapai 85% dari jumlah siswa memperoleh nilai >70. Sebaliknya jika 85% dari jumlah siswa memperoleh nilai <70, maka dianggap tidak mampu. Pada pretest dapat dilihat dari presentasi dimana siswa yang memproleh nilai 70 sebanyak 8 orang dengan persentase 26,65% sedang siswa yang memperoleh nilai 70 sebanyak 22 siswa dengan persentase 73,33 dan mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan (posttest) yaitu sebanyak 29 siswa yang memperoleh nilai 70 dengan persentasi 96,66 dan siswa yang memperoleh nilai 70 hanya 1 orang siswa dengan persentase 3,33%. Apabila Halaman 24

dikonfirmasikan dengan nilai KKM sekolah pada mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu siswa dinyatakan mampu apabila jumlah siswa mencapai 85% yang memperoleh nilai 70. Keberhasilan dengan model pembelajaran Think-Talk-Write terhadap pembelajaran menulis karangan narasi dapat dilihat pada pemorelahan nilai rata-rata siswa setelah diadakan perlakuan atau posttes yang mencapai nilai rata-rata 74,73 dan hasil pretest dengan nilai rata-rata 64,73. Selain itu, setelah diadakan perlakuan, perolehan nilai tertinggi yaitu mencapai 85,00 yang diperoleh 2 orang siswa dengan persentase 6,66%, sedangkan nilai terendah yaitu 60 yang hanya diperoleh 1 orang siswa dengan persentase 3,33%. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari hasil pretest ke posttest. Hasil perolehan nilai pembelajaran menulis karangan narasi pretest ke posttest berdasarkan pada 4 aspek penilaiaan menunjukkan bahwa dengan aspek mimik perolehan nilai rata-rata pretest 41,32 dan nilai posttest 70, intonasi nilai rata-rata pretest 37,05 nilai posttest 7,78, pemilihan kata nilai ratarata pretest 35,93, dan nilai posttest 75, pelafalan nilai rata-rata pretest 36,76, nilai posttest 7,87. Hasil perolehan nilai pembelajaran menulis karangan narasi pretest ke posttest berdasarkan pada 5 aspek penilaiaan menunjukkan bahwa dengan aspek ruang lingkup isi dengan perolehan nilai rata-rata pretest 12,86 dan nilai posttest 15,36, organisasi dan penyajian isi nilai rata-rata pretest 13,83 nilai posttest 15, gaya dan bentuk bahasa nilai rata-rata pretest 14,46, dan nilai posttest 14,7, tata bahasa, ejaan, dan kerapian tulisan memperoleh nilai ratarata pretest 11,03, nilai posttest 14,3, dan aspek terakhir yaitu respon guru terhadap murid dengan nilai rata-rata pretest 12,66, sedangkan posttest 15,4. Setelah peneliti melaksanakan penelitian di SMAN 1 Bua dengan menggunakan model pembelajaran Think-Talk-Write ditemukan kelemahan dan kelebihan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Adapun kelemahan model pembelajaran Think-Talk-Write yaitu, banyak memakan waktu sehingga membuat siswa kurang konsentrasi untuk mencari ide yang akan ditulis dalam bentuk karangan narasi. Adapun kelebihan model pembelajaran Think-Talk- Halaman 25

Write yaitu siswa saling memberikan ide dan pendapat sehingga siswa dapat bekerja sama dalam menentuan konsep yang akan ditulis. Dilihat dari hasil penelitian yang sebelumya, apabila dibandingkan dengan hasil penelitian yang berjudul kemampuan menulis karangan narasi melalui model pembelajaran Think-Talk-Write siswa kelas X SMAN 1 Bua, samasama mengalami perubahan karena sebelum diberi perlakuan ada peningkatan setelah diberi perlakuan dapat dilihat dari hasil pretest ke posttest. Hasil pembelajaran pretest dari nilai maksimum 80.00 mengalami peningkatan setelah megalami perlakuan (posttest) yaitu 85.00 dan nilai minimum dari nilai 44.00 meningkat menjadi 60.00 dan nilai rata-rata pretest yang diperoleh yaitu 64,86 dari nilai rata-rata posttest meningkat yaitu 47,73. Seperti yang dilihat dari hasil penerapan model pembelajaran Think-Talk-Write dengan materi menulis karangan narasi pada siswa X SMAN 1 Bua mengalami peningkatan hasil belajar setelah diberikan perlakuan. Halaman 26

Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa penerapan model Think-Talk-Write dalam pembelajaran menulis karangan narasi terdapat perbedaan ketika sebelum diberikan perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan. Dapat dilihat pada pemorolehan nilai rata-rata siswa hasil pretest 64,86, dan nilai rata-rata siswa hasil posttest 74.73, selain itu setelah diadakan perlakuan, perolehan nilai tertinggi yaitu mencapai 85,00 yang diperoleh 2 orang siswa dengan persentase 6,66%, sedangkan nilai terendah yaitu 60 yang hanya diperoleh 1 orang siswa dengan persentase 3,33%. Hasil perolehan nilai pembelajaran menulis karangan narasi pretest ke posttest berdasarkan pada 5 aspek penilaiaan menunjukkan bahwa dengan aspek ruang lingkup isi dengan perolehan nilai rata-rata pretest 12,86 dan nilai posttest 15,36, organisasi dan penyajian isi nilai rata-rata pretest 13,83 nilai posttest 15, gaya dan bentuk bahasa nilai rata-rata pretest 14,46, dan nilai posttest 14,7, tata bahasa, ejaan, dan kerapian tulisan memperoleh nilai rata-rata pretest 11,03, nilai posttest 14,3, dan aspek terakhir yaitu respon guru terhadap murid dengan nilai rata-rata pretest 12,66, sedangkan posttest 15,4. Pada penelitian ini sangat jelas terlihat bahwa terjadi peningkatan baik itu nilai keseluruhan siswa maupun nilai setiap aspek siswa, hal tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari hasil pretest ke posttest, pada pretes juga dilihat dari presentase dimana siswa yang memperoleh nilai 70 sebanyak 8 orang dengan presentase 26,65% sedang siswa yang memperoleh nilai 70 sebanyak 22 siswa dengan persentase 73,33 dan mengalami peningkatan setelah diberikan perlakuan (posttest) yaitu sebanyak 29 siswa yang memperoleh nilai 70 dengan persentase 96,66 dan siswa yang memperoleh nilai 70 hanya 1 orang siswa dengan persentase 3,33%. Apabila dikonfirmasikan dengan nilai KKM sekolah pada mata pelajaran bahasa Indonesia, yaitu siswa dinyatakan mampu apabila jumlah siswa mencapai 85% yang memperoleh nilai 70. Halaman 27

DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Rival. 2013. Pengertian dan Manfaat Menilis, Meteorablogspot.com. Diakses tanggal 23 Juni 2017. Arikunto, 2017. Penelitian Tindakan Kelas. Andi. Yogyakarta. Eko, P. W. S. 2009. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nurgiyantoro. 2009. Aspek Penilaian Edisi Ketiga. Jakarta: Karunika. Remini, Novi. 2007. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa Dan Cerita Indonesia. Bandung: UPI PRESS. Semi, M. A. 2003. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta : Bandung. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta : Bandung. Tarigan. 2008 Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung Angkasa Bandung Wiederhold. 1997. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press. Yamin, M. dan B. I. Ansari. 2012. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual Siswa. Jakarta: GP Press Group. Halaman 28