BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN PEDAGANG PASAR TUMPANG BUPATI MALANG,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR TETAP PEMAKAIAN FASILITAS TERMINAL PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PASAR TRADISIONAL KABUPATEN PURBALINGGA

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 06 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2010

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DAN TEMPAT BERJUALAN PEDAGANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN PERTOKOAN BULIAN BISNIS CENTER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR TETAP PEMAKAIAN FASILITAS TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR BUPATI MALANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 78 Tahun : 2015

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 4 TAHUN 2005 T E N T A N G TATA CARA PENGURUSAN IZIN PENYELENGGARAAN TEMPAT PARKIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PASAR

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2016 T E N T A N G PENGELOLAAN PASAR INDUK KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

I Z I N P E N G G U N A A N K I O S D A N L O S P A S A R D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG SEWA MENYEWA PASAR PAHING BARU KOTA BLITAR WALIKOTA BLITAR,

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN PASAR RAKYAT

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 28 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 124 TAHUN 2009 T E N T A N G

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 15

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 2 Tahun : 2011 Seri : C

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 91 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA

BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI JENEPONTO NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar;

PEMAKAIAN DAN PENGUSAHAAN PASAR SUNGAI RENGAS

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 1 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan dengan Peraturan Walikota;

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETERTIBAN DALAM KAWASAN PELABUHAN PEMERINTAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG WALIKOTA CIMAHI, selain. Kota. Cimahi;

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2011 NOMOR 17 SERI B NOMOR 05

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMAKAIAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH TAHUN 2012 NOMOR 137 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH NOMOR 31 TAHUN 2012

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

WALIKOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH KOTA BLITAR PERATURAN DAERAH KOTA BLITAR NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENYEWAAN FASILITAS PASAR LEGI KOTA BLITAR

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG KEWENANGAN PENANDATANGANAN SEBAGIAN PERIZINAN DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 76 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 41 TAHUN 2001 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL PENUMPANG DI KABUPATEN CILACAP

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 76 TAHUN : 2007 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2002 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2002 T E N T A N G PENGELOLAAN PASAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 24 TAHUN 2011 SERI : E NOMOR : 7

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI BARITO KUALA,

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAMASA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR : 23 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR

WALIKOTA PAREPARE. 7.Peraturan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 10 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BELITUNG TIMUR,

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG,

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2006 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2009 T E N T A N G

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 23 TAHUN 2011 SERI : E NOMOR : 6

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN PASAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI TIMUR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 81 TAHUN 2001 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 44 TAHUN 2001 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR OLEH BADAN UNTUK UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN STADION OLAH RAGA SULTAN AGUNG BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 10 TAHUN 2002 TENTANG IJIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

TENTANG IZIN PEMAKAIAN RUMAH MILIK ATAU DIKUASAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 5 Tahun 2006 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 19 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KOTA BANDUNG

Transkripsi:

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN PEDAGANG PASAR TUMPANG BUPATI MALANG, Menimbang : bahwa dengan selesainya pembangunan kembali Pasar Tumpang Blok B dan dalam rangka melakukan penertiban penempatan pedagang di Pasar Tumpang serta untuk melaksanakan ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 3 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pasar Tradisional serta Penataan dan Pengendalian Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, maka perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Penataan Pedagang Pasar Tumpang; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya dan Daerah Tingkat II Surabaya dengan mengubah Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1950, tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); D:\PKL\PERBUB\pak erwin\peraturan BUPATI MALANG TTG PENATAAN PDG TUMPANG.doc

2 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855); 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah; 7. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2008 Nomor 1/D), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2013 Nomor 1 Seri C);

3 8. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2008 Nomor 2/E), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2013 Nomor 4 Seri E); 9. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Retribusi Jasa Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2010 Nomor 2/C), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 8 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 10 Tahun 2010 tentang Retribusi Jasa Umum (Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2013 Nomor 1 Seri C); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 3 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pasar Tradisional serta Penataan dan Pengendalian Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern (Lembaran Daerah Kabupaten Malang Tahun 2013 Nomor 2 Seri E); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PENATAAN PEDAGANG PASAR TUMPANG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Malang; 2. Bupati adalah Bupati Malang;Dinas adalah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Malang; 3. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Malang;

4 4. Pejabat yang ditunjuk adalah Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar Kabupaten Malang; 5. Pasar adalah Pasar Tumpang Kabupaten Malang; 6. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha, meliputi Perseroan Terbatas, Persekutuan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Masa, Organisasi Sosial Politik atau Organisasi yang sejenis, Lembaga Bentuk Usaha tetap dan bentuk usaha lainnya; 7. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas atau pemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh pribadi/ orang/badan; 8. Toko adalah bangunan permanen dipasar yang beratap dan dipisahkan satu dengan lainnya dengan dinding pemisah yang menghadap ke jalan, dipergunakan untuk usaha berjualan; 9. Bedak permanen adalah bangunan pasar beratap dan dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan dinding pemisah yang menghadap kejalan, dipergunakan untuk usaha berjualan; 10. Bedak semi permanen adalah bangunan di pasar beratap dan dipisahkan satu dengan lainnya dengan dinding pemisah semi permanen, luasannya lebih kecil dari toko dan bedak permanen, terletak dalam pasar, menghadap kedalam, dipergunakan untuk usaha berjualan; 11. Los adalah bangunan di dalam pasar yang berbentuk bangunan terbuka tanpa dilengkapi dinding; 12. Pedagang adalah perorangan atau Badan Usaha yang melakukan kegiatan perniagaan/perdagangan secara terus menerus dengan tujuan memperoleh laba;

5 13. Pedagang lama adalah pedagang yang mempunyai surat hak penempatan berjualan dan/atau yang telah terdaftar pada Dinas; 14. Pedagang poncoan adalah pedagang perorangan tidak tetap yang melakukan aktifitas berjualan diareal pasar tidak rutin setiap hari; 15. Pedagang baru adalah pedagang yang belum mempunyai surat hak penempatan berjualan dan/atau belum terdaftar pada Dinas; 16. Tempat usaha adalah barang milik Pemerintah Daerah berupa bangunan toko, bedak dan los, yang ada di pasar, dipergunakan untuk berdagang dan usaha lainnya; 17. Pemakai tempat usaha adalah orang atau Badan Hukum yang mempunyai surat hak penempatan berjualan dan/ atau mempunyai hak menempati tempat untuk berdagang dan usaha; 18. Surat Keputusan Hak Penempatan Berjualan adalah surat keputusan tentang izin menempati tempat usaha; 19. Penyewaan adalah penyerahan hak penggunaan atau pemakaian barang milik Pemerintah Daerah pada pihak yang lain yang diatur dalam ketentuan sewa; 20. Pemindahan hak adalah pemindahan hak pemakaian tempat usaha atau tempat berjualan di pasar kepada orang lain/badan hukum; 21. Tim adalah tim yang melaksanakan penataan dan penempatan pedagang di Pasar Tumpang; BAB II WEWENANG DAN TATA CARA PENATAAN PEDAGANG Pasal 2 (1) Bupati berkewenangan melakukan penataan pedagang pasar dan pengaturan kembali perubahan tata ruang serta desain peruntukan tempat usaha/berjualan. (2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilimpahkan kepada Dinas.

6 Pasal 3 (1) Penataan pedagang pasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Klasifikasi berdasarkan blok, kelompok (basah/kering) dan jenis dagangan; dan b. Klasifikasi berdasarkan ukuran. (2) Klasifikasi berdasarkan ukuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, diatur dengan ketentuan sebagai berikut: a. Pedagang lama yang memiliki toko ukuran 12 m² sampai dengan 16 m² berhak menempati satu unit toko baru ukuran 12 m²; b. Pedagang lama yang memiliki toko ukuran lebih dari 13 m² dan juga memiliki bedak ukuran 7 m² sampai dengan 10 m² berhak menempati satu unit toko baru ukuran 12 m² dan satu unit bedak standar ukuran 6 m² gandeng; c. Pedagang lama yang memiliki toko ukuran lebih dari 13 m² dan juga memiliki bedak ukuran 11 m² sampai dengan 12 m² berhak menempati satu unit toko baru ukuran 12 m² dan satu unit bedak standar ukuran 6 m² gandeng, serta satu unit bedak kecil ukuran 3 m²; d. Pedagang lama yang memiliki toko ukuran lebih dari 15 m² dan juga memiliki bedak ukuran lebih dari 13 m² berhak menempati satu unit toko baru serta dua unit bedak standar ukuran 6 m² gandeng; e. Pedagang lama yang memiliki toko ukuran 10 m² sampai dengan 11 m² dan juga memiliki bedak ukuran 3 m² sampai dengan 5 m² berhak menempati satu unit toko baru ukuran 12 m²; f. Pedagang lama yang memiliki toko ukuran 10 m² sampai dengan 11 m² dan juga memiliki bedak ukuran 6 m² sampai dengan 9 m² berhak menempati satu unit toko ukuran 12 m² dan satu unit bedak kecil ukuran 3 m²; g. Pedagang lama yang memiliki toko ukuran 10 m² sampai dengan 11 m² dan juga memiliki bedak ukuran 10 m² sampai dengan 16 m² berhak menempati satu unit toko baru ukuran 12 m² dan satu unit bedak standar ukuran 6 m² gandeng;

7 h. Pedagang lama yang memiliki toko ukuran 8 m² sampai dengan 9 m² dan juga memiliki bedak ukuran 5 m² sampai dengan 6 m² berhak mendapat satu unit toko baru ukuran 12 m²; i. Pedagang lama yang memiliki toko ukuran 7 m² berhak menempati satu unit toko baru ukuran 1/2 x 12 m²; j. Pedagang lama yang memiliki toko di Blok B, karena keterbatasan jumlah toko yang dibangun sehingga tidak tertampung di Blok B, yang bersangkutan akan dipindahkan ke toko baru Blok A sesuai dengan kesepakatan; k. Pedagang lama yang memiliki bedak samping ukuran 12 m² sampai dengan 14 m² berhak menempati dua unit bedak standar samping ukuran 6 m² gandeng; l. Pedagang lama yang memiliki bedak samping ukuran 12 m² tetapi tidak didukung dengan kepemilikan bukti administrasi yang benar, diberi hak menempati satu unit bedak standar baru ukuran 6 m²; m. Pedagang lama yang memiliki bedak samping ukuran 6 m² sampai dengan 9 m² berhak menempati satu unit bedak standar samping baru ukuran 6 m²; n. Pedagang lama yang memiliki bedak samping ukuran 9 m² dan juga memiliki bedak ukuran 9 m² deberi hak menempati dua unit bedak standar samping baru ukuran 6 m²; o. Pedagang lama yang memiliki bedak ukuran 12 m² sampai dengan 17 m² berhak menempati dua unit bedak standar baru ukuran 6 m² gandeng; p. Pedagang lama yang memiliki bedak ukuran 18 m² sampai dengan 24 m² berhak menempati tiga unit bedak standar baru ukuran 6 m² gandeng; q. Pedagang lama yang memiliki bedak ukuran 6 m² sampai dengan 9 m² diberi hak menempati satu unit bedak standar baru ukuran 6 m² atau dua unit bedak kecil baru ukuran 3 m² gandeng; r. Pedagang lama yang mempunyai bedak ukuran 10 m² sampai dengan 11 m² diberi hak menempati satu unit bedak standar baru ukuran 6 m² dan satu unit bedak kecil baru ukuran 3 m² atau berhak menempati tiga unit bedak kecil ukuran 3 m² gandeng;

8 s. Pedagang lama yang memiliki bedak ukuran 3 m² sampai dengan 5 m² diberi hak menempati satu unit bedak kecil ukuran 3 m²; t. Pedagang lama yang memiliki bedak ukuran kurang dari 3 m² diberi hak menempati satu unit bedak kecil baru ukuran 3 m²; u. Pedagang lama yang memiliki bedak dan/atau los ukuran 15 m² sampai dengan 17 m² dengan menjual jenis dagangan kelompok basah diberi hak menempati lima unit los baru ukuran 3 m² gandeng; v. Pedagang lama yang memiliki bedak dan/atau los ukuran 12 m² sampai dengan 14 m² dan menjual jenis dagangan kelompok basah diberi hak menempati empat unit los baru ukuran 3 m² gandeng; w. Pedagang lama yang memiliki bedak dan/atau los ukuran 9 m² sampai dengan 11 m² dengan menjual jenis dagangan basah diberi hak menempati tiga unit los baru ukuran 3 m² gandeng; x. Pedagang lama yang memiliki bedak dan/atau los ukuran 6 m² sampai dengan 8 m² dengan menjual jenis dagangan basah berhak menempati dua los baru ukuran 3 m² gandeng; y. Pedagang lama yang memiliki bedak dan/atau los ukuran 3 m² sampai dengan 5 m² dengan menjual jenis dagangan basah berhak menempati satu unit los baru ukuran 3 m²; z. Pedagang lama yang memiliki bedak dan/atau los ukuran kurang dari 3 m² diberi hak menempati satu unit los baru ukuran 3 m²; aa. Pedagang lama yang memiliki bedak lebih dari satu unit dapat mengajukan permohonan bedak gandeng paling banyak 3 (tiga) unit bedak. (3) Penempatan pedagang lama dilakukan dengan cara undian dan/atau dengan cara musyawarah mufakat antar kelompok jenis dagangan. (4) Penataan pedagang pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Tim yang dibentuk oleh Dinas;

9 BAB III PRIORITAS DAN PERSYARATAN MENEMPATI TEMPAT USAHA Pasal 4 (1) Penempatan pedagang diprioritaskan kepada pedagang lama, sesuai urutan sebagai berikut: a. Pedagang yang mempunyai tempat, mempunyai surat hak penempatan berjualan dan aktif berjualan; b. Pedagang yang mempunyai tempat, mempunyai surat hak penempatan berjualan dan disewakan; c. Pedagang yang mempunyai tempat, aktif berjualan tetapi tidak mempunyai surat hak penempatan berjualan; d. Pedagang mempunyai surat hak penempatan berjualan tetapi tidak aktif/tutup; e. Pedagang yang aktif berjualan tetapi tidak mempunyai tempat tetap dan tidak mempunyai surat hak penempatan berjualan; f. Pedagang baru. (2) Persyaratan untuk menempati tempat usaha sebagai berikut: a. Mengajukan permohonan secara tertulis/mengisi blangko pendaftaran; b. Surat hak penempatan asli atas nama pemohon; c. Foto kopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang masih berlaku; d. Foto kopi Kartu Keluarga (KK) yang masih berlaku; e. Pas photo berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 4 (empat) lembar. (3) Pemohon/pedagang yang surat hak penempatan berjualan belum atas nama sendiri, dilampiri surat pernyataan yang diketahui oleh Kepala Unit Pengelola Pasar Daerah.

10 Pasal 5 (1) Pemegang surat hak penempatan berjualan yang belum habis masa berlakunya tidak dikenai biaya pengurusan surat hak penempatan berjualan di tempat yang baru. (2) Pemegang surat hak penempatan berjualan yang habis masa berlakunya dan yang dipindah tangankan haknya, dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (3) Pedagang baru wajib mengurus surat hak penempatan berjualan dan dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. BAB IV OBYEK DAN SUBYEK SEWA TEMPAT USAHA Pasal 6 (1) Obyek sewa tempat usaha adalah berupa toko, bedak dan los yang merupakan barang milik Pemerintah Daerah. (2) Subyek sewa tempat usaha, diklasifikasikan: a. Pedagang lama; b. Pedagang baru. BAB V PENETAPAN BIAYA TEMPAT USAHA Pasal 7 (1) Pedagang yang menempati tempat usaha dikenakan biaya sewa. (2) Pengenaan biaya sewa tempat usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberlakukan pada saat pedagang menempati tempat usaha. (3) Besarnya biaya sewa tempat usaha, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pasal 8 (1) Penyewaan tempat usaha dituangkan dalam surat perjanjian sewa.

11 (2) Perjanjian sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang. (3) Perpanjangan sewa dapat dilakukan atas pengajuan pedagang dan dengan persetujuan Bupati. (4) Perpanjangan sewa tempat usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga), diajukan paling lambat 2 (dua) bulan sebelum berakhirnya perjanjian sewa tempat usaha. BAB VI TATA CARA PEMBAYARAN SEWA Pasal 9 (1) Pembayaran sewa tempat usaha dapat dibayar dengan cara sekaligus atau diangsur. (2) Pembayaran sewa tempat usaha dengan cara diangsur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara: a. Bulanan; b. Tahunan. Pasal 10 Pembayaran yang diangsur secara bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf a dengan ketentuan untuk pembayaran pertama dilakukan sebelum pedagang menempati tempat usaha. Pasal 11 (1) Pembayaran yang diangsur secara tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf b dengan ketentuan untuk pembayaran pertama dilakukan sebelum pedagang menempati tempat usaha. (2) Pembayaran untuk tahun berikutnya dibayarkan paling lama 15 (lima belas) hari setelah tanggal jatuh tempo sewa.

12 BAB VII HAK, KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 12 Hak pemakai tempat usaha adalah menempati dan/atau memakai bangunan/tempat usaha untuk transaksi jual beli berdasarkan ketentuan dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a. Pasal 13 Setiap pedagang mempunyai kewajiban untuk: a. Memelihara bangunan, menjaga kebersihan, keamanan dan ketertiban tempat usaha; b. Mengamankan tempat usaha khususnya pada saat ditinggalkan; c. Membuka dan menutup tempat usaha sesuai jam buka pasar; d. Membayar retribusi dan biaya lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku; Pasal 14 Setiap pedagang dilarang untuk: a. Membuang sampah sembarangan; b. Menggunakan tempat usaha untuk gudang; c. Memindah tangankan tempat usaha pada pihak lain tanpa persetujuan Bupati; d. Merombak, menambah, mengubah dan memperluas tempat usahanya tanpa persetujuan Bupati; e. Menggunakan tempat usaha untuk tempat tinggal/ bermalam diluar jam buka pasar; f. Menempatkan kendaraan, alat angkutan, binatang/ hewan dan barang-barang berbahaya; g. Merusak tempat atau bangunan dan/atau barang inventaris; h. Melakukan perbuatan asusila di areal pasar; i. Memperjual-belikan dan menggunakan narkoba dan/atau minuman beralkohol, melakukan perjudian atau usaha kegiatan sejenisnya yang dapat mengganggu dan membahayakan keamanan dan ketertiban umum di dalam pasar;

13 j. Menempatkan barang, peti, keranjang dan benda-benda sejenis lainnya diatas trotoar, pinggir jalan dan/ atau badan jalan dengan maksud untuk berjualan dan atau keperluan lainnya; k. Mendirikan bangunan, tenda atau sejenisnya diatas trotoar dan/atau drainase saluran pembuangan air, dipinggir jalan dan/atau diatas badan jalan, di atas tanah fasilitas umum untuk berjualan/berdagang; l. Menggunakan trotoar badan jalan dan selasar untuk berjualan/berdagang; m. Merusak, memindahkan dan mengubah fasilitas-fasilitas lain yang ada di pasar termasuk Mandi Cuci Kakus (MCK), hydrant, penyambungan listrik, penyambungan air, tanpa izin pihak berwenang; n. Memasang papan reklame dan spanduk di areal pasar, kecuali atas izin Bupati; o. Menjual jenis dagangan yang mudah terbakar atau meledak. BAB VIII PEMBINAAN PEDAGANG Pasal 15 (1) Dinas berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pedagang. (2) Pembinaan terhadap pedagang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pembinaan kebersihan, ketertiban, keamanan dan keindahan pasar. (3) Kepala Dinas berkewajiban untuk melakukan sosialisasi peraturan yang berkaitan dengan pasar kepada para pedagang. BAB IX PENGAWASAN Pasal 16 Pengawasan atas kepatuhan dan pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Bupati ini dilaksanakan oleh Bupati dan/atau pejabat yang ditunjuk.

14 BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Malang. Ditetapkan di Malang pada tanggal 28 Nopember 2013 BUPATI MALANG, Ttd. Diundangkan di Malang pada tanggal 28 Nopember 2013 SEKRETARIS DAERAH H. RENDRA KRESNA Ttd. ABDUL MALIK NIP. 19570830 198209 1 001 Berita Daerah Kabupaten Malang Tahun 2013 Nomer 13 Seri D