BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi kimia di

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

I PENDAHULUAN. Kimia yang merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan pondasi atau gerbang menuju pendidikan formal yang lebih

ANALISIS KETRAMPILAN GENERIK KIMIA MELALUI PENERAPAN MODEL STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (SPPKB) DENGAN MEDIA EXE LEARNING

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru kimia SMA Surya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

I PENDAHULUAN. Kimia yang merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, sangat erat kaitannya

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik (Amase, dkk, 2014: 2). Pendidikan bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. siswa kelas XI IPA adalah mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan. larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting bagi manusia dan berperanguh besar terhadap kemajuan suatu bangsa.

Nurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin Abstrak Kata Kunci:

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas. (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilannya mengantarkan siswa mencapai prestasi yang baik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, terakhir kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

I. PENDAHULUAN. beralasan apabila pendidikan harus mendapatkan perhatian yang cukup serius, lebihlebih. bagi kalangan pendidik maupun calon pendidik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan sains memiliki potensi dan peranan strategis dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi siswa dengan lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan pembelajaran yakni membentuk peserta didik sebagai pebelajar

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. dengan IPA, dimana dalam pembelajarannya tidak hanya menuntut penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Arnasari Medekawati Hadi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan STKIP Bima

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 1 di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan mengembangkan program pendidikan, khususnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam

I. PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan perwujudan dari

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan banyak cara untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

I. PENDAHULUAN. terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi semakin pesat dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini melibatkan keterampilan dan penalaran. Untuk. untuk kreatif, percaya diri dan berfikir kritis.

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 5 No. 2 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

XI mengenai minatnya terhadap pelajaran kimia. Diantara sebagian siswa berpendapat bahwa kimia merupakan pelajaran yang kurang diminati serta

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. paradigma yang lama atau cara-cara berpikir tradisional. Dalam dunia pendidikan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu Standar Kompetensi (SK) pada bidang studi kimia kelas XI IPA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. sains tersebut (Gallagher, 2007). Dengan demikian hasil belajar sains diharapkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rita Zahara, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada milenium ketiga ini, dunia memasuki era ekonomi global berbasis pengetahuan dan teknologi. Seiring perkembangan tersebut juga diikuti oleh makin kuatnya kecenderungan sistem terbuka yang menimbulkan persaingan bebas. Untuk menghadapi persaingan global, bangsa Indonesia harus meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM-nya), agar memiliki daya saing yang tinggi. Kualitas SDM ditandai dengan perkembangan pola berpikir yang cepat setiap individu untuk mempertahankan dirinya dan memenangkan persaingan. Pola berpikir tingkat tinggi yang dimaksudkan berupa kemampuan berpikir kreatif, kritis, pemecahan masalah, serta kemampuan mengambil keputusan (Mulyani dkk., 2016). Selama ini, kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan sistematis belum sepenuhnya dikembangkan karena masih dominanya pendekatan pengajaran konvensional dan kurang variatifnya strategi pembelajaran aktif (active learning). Kurang variatifya metode/ strategi pembelajaran aktif menyebabkan kemampuan berpikir kritis siswa rendah. Selain itu minimnya aktivitas bertanya, menjawab, menangggapi dan mengemukakan pendapat, menalar, tidak terbiasa menyelesaikan suatu masalah dengan baik, menyebabkan pengambilan suatu kesimpulan secara induksi dan deduksi masih kurang dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Hal tersebut berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Padahal sebenarnya belajar bukan hanya proses menghafal ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana siswa memahami konsep dan pengetahuan yang diperolehnya bermakna (Sanjaya, 2008). Sesuai dengan karakteristik ilmu kimia, pembelajaran kimia di sekolah seharusnya membentuk pemahaman kimia yang sebenarnya. Pembentukan pemahaman melalui pengerjaan masalah nyata akan memberikan siswa beberapa keuntungan. Pertama siswa dapat lebih memahami adanya hubungan yang erat antara kimia dengan situasi, kondisi, dan kejadian di lingkungan sekitarnya.

2 Kedua, siswa akan terampil dalam menyelesaikan masalah secara mandiri sehingga rasa percaya diri untuk berpikir sains dapat ditumbuhkan. Pada kenyataanya aspek pola pikir sains ini jarang sekali diperhatikan oleh guru karena faktor ketidaktahuan. Hal ini terlihat dari cara guru membelajarkan materi kimia di sekolah yang masih berpusat pada guru dengan memfokuskan pembelajaran pada pelatihan menuliskan rumus molekul, pelatihan hitungan kimia dan menghafal reaksi (Sunyono, 2010). Berkenaan dengan ini Liliasari (2007) menyatakan bahwa dalam pembelajaran sains (khususnya kimia) di Indonesia umumnya masih menggunakan strategi pembelajaran Direct Instruction (DI) yaitu pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada siswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan dari pendidikan adalah guru (pengajar), yang memiliki andil yang sangat besar sebagai kunci utama (Soehendro, 2012). Guru adalah seseorang yang paling penting yang mempengaruhi pembelajaran siswa di dalam kelas pada setiap jenjangnya (Bell, 2011). Selain seorang guru harus memahami materi secara baik dan benar, salah satu keterampilan yang harus diberikan kepada siswa sebagai bakal atau dasar adalah keterampilan generik. Keterampilan generik adalah keterampilan employability yang digunakan untuk menerapkan pengetahuan (Lim, 1999). Brotosiswojo (2005) menyatakan keterampilan generik sains ini saat sangat penting dalam membangun kepribadian dan pola tindakan dalam kehidupan setiap insan Indonesia, karena keterampilan generik sains ini sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Ciri pembelajaran sains dalam kimia adalah menanamkan keterampilan generik kimia kepada siswa sebagai pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia dapat sebagai modal dasar dalam keterampilan generik melalui pengamatan langsung atau tak langsung, bahasa simbolik, inferensi logika, pemodelan matematik, dan membangun konsep. Kerangka logika taat azas dan hukum sebab akibat merupakan ciri khas keterampilan generik kimia dan fisika. Sedangkan kesadaran akan skala besaran merupakan ciri keterampilan generik biologi (Liliasari, 2007). Oleh sebab itu,

3 pembelajaran kimia berorientasi keterampilan generik sains dapat dilakukan melalui eksperimen (pengamatan langsung atau tak langsung, bahasa simbolik, logika taat azas, hukum sebab-akibat, dan membangun konsep) dan melalui simulasi komputasi (pengamatan tak langsung, bahasa simbolik, logika taat azas, pemodelan matematik, dan membangun konsep) (Sudarmin dan Suyanti, 2012). Penelitian yang relevan tentang keterampilan generik sains yang telah dilakukan oleh beberapa ahli, diantaranya: Sudarmin dan Haryani (2015), mengemukakan keterampilan generik pada observasi dan logika inferensi mahasiswa meningkat dan masuk kategori prestasi sedang sesuai dengan nilai N- gain. Sunyono (2010) juga mengemukakan adanya peningkatan keterampilan generik sains siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan LKS yang disusun berada pada kategori sedang. Anwar (2014) dalam penelitiannya mengemukakan adanya hasil yang signifikan dengan pembelajaran kooperatif aktif pada keterampilan generik sains calon guru. Sementara Rudianto dkk. (2013) mengemukakan buku saku praktikum kimia dapat mengembangkan kerja ilmiah dan keterampilan generik siswa pada praktikum larutan asam basa. Materi pokok reaksi redoks merupakan salah satu materi kimia yang membutuhkan proses pemahaman konsep dan pemecahan masalah karena terkait pada fenomena dalam kehidupan sehari-hari, sehingga guru harus mampu memilih strategi yang sesuai yang mampu merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dalam pemahaman konsep materi tersebut. Untuk mempermudah penyampaiannya kepada peserta didik diperlukan suatu perangkat pembelajaran yang dapat mengaplikasikan materi reaksi redoks dalam kehidupan sehari-hari misalnya proses pembakaran, perkaratan, transfer elektron, dan sebagainya yang dapat diamati dengan melakukan praktikum (eksperimen). Dengan demikian, perangkat pembelajaran memegang peranan penting dalam kesuksesan proses pembelajaran guna mendukung kelancaran dalam kegiatan belajar mengajar (Matanari, 2014). Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) sebagai salah satu strategi pembelajaran diharapkan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dalam SPPKB siswa dibimbing untuk

4 menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui dialog dan tanya jawab yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa. SPPKB identik dengan strategi pembelajaran kritis yang banyak diungkapkan para ahli (Suyanti, 2010). Berdasarkan hasil penelitian oleh Suprakarti (2016), dikemukakan bahwa persepsi mahasiswa terhadap SPPKB 83 % bermakna positif yang artinya persepsi mahasiswa matematika terhadap SPPKB dalam perkuliahan geometri analitik sangat baik. Ada pengaruh SPPKB yang signifikan terhadap hasil belajar kewirausahaan kelas XI semester genap SMK Muhammadiyah 2 Metro Tahun Pelajaran 2015/2016, yaitu siswa yang dinyatakan tuntas belajar dengan KKM 70 setelah diberikan treatment sebanyak 66,88% dan proses pembelajaran dengan SPPKB dinyatakan berhasil (Amri dan Triani, 2016). Sementara Rentika dan Jumroh (2014), mengemukakan bahwa diperoleh peningkatan kemampuan kemandirian belajar matematika siswa menggunakan SPPKB dengan kategori prestasi sedang. Pemilihan media pembelajaran juga sangat mendukung proses belajar mengajar yang dapat memotivasi siswa sehingga tercipta interaksi dalam kelas antara siswa dan guru. Guru harus membuat suatu media animasi agar konsep abstrak yang terdapat dalam materi pembelajaran dapat disampaikan dengan baik. Hal ini juga dinyatakan oleh Rosen (2009), bahwa media animasi berbasis online atau offline dapat menunjukkan hasil belajar yang lebih baik, dapat memotivasi siswa dan siswa lebih terpusat pada interaksi antar siswa di dalam kelas. exe Learning merupakan salah satu program aplikasi open source yang dipergunakan untuk pembuatan bahan ajar berbasis e-learning (Pusat Komputer, 2010). exe Learning adalah software yang dapat memudahkan pengajar dalam mendesain, mengembangkan dan mempublikasi konten pembelajaran berbasis web tanpa memerlukan keahlian dalam penulisan HTML, XML, atau program aplikasi pembuatan web (Jim, 2013). Penelitian tentang media exe Learning dengan strategi pembelajaran berbasis masalah telah dilakukan oleh Copriady (2014) dan dikemukakan bahwa hasil belajar mahasiswa yang diajarkan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah yang diintegrasikan dengan media komputer program exe

5 learning lebih tinggi daripada hasil belajar mahasiswa yang diajarkan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah tanpa media komputer program exe learning. Yulinda (2015) mengemukakan bahwa adanya peningkatan hasil belajar matematika dengan menggunakan aplikasi exe (elearning XHTML editor) pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 1 Geyer yang dapat dilihat dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) siswa sebelum dilakukan penelitian adalah 42,857%, pada siklus I meningkat menjadi 67,875%, dan pada akhir siklus II menjadi 100%. Sementara Zebua (2010) mengemukakan bahwa penggunaan model pembelajarn berbasis masalah menggunakan media exe Learning lebih tinggi 21% dari hasil belajar siswa tanpa menggunakan media exe Learning dan mempengaruhi aktivitas siswa secara signifikan sebesar 57,4%. Berdasarkan uraian, pemikiran, dan alasan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui bagaimana dan prestasi belajar dan keterampilan generik kimia siswa pada implementasi Strategi Pembelajaran Peningkatan pada Kemampuan Berpikir Kritis dengan judul penelitian Pengaruh Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) Kritis Berbasis Kolaborasi dengan Media exe Learning Pada Materi Redoks Terhadap Prestasi Belajar Dan Keterampilan Generik Kimia. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut. 1. Cara guru membelajarkan materi kimia di sekolah yang masih berpusat pada guru dengan memfokuskan pembelajaran pada pelatihan menuliskan rumus molekul, pelatihan hitungan kimia dan menghafal reaksi. 2. Guru- guru sains (terkhusus kimia) yang masih menggunakan strategi pembelajaran Direct Instruction (DI). 3. Prestasi belajar kimia siswa yang belum memenuhi KKM. 4. Kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan sistematis tidak dikembangkan karena masih dominanya pendekatan pengajaran konvensional dan kurang

6 variatifnya strategi pembelajaran active learning sehingga kemampuan berpikir siswa rendah. 5. Selain strategi pembelajaran, media pembelajaran juga perlu dibuat oleh seorang pengajar dan harus dapat membangkitkan motivasi siswa dalam penyampaian materi ajar agar terjadi interaksi di dalam kelas antara siswa dan guru. 1.3. Batasan Masalah Agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas, maka perlu adanya batasan masalah. Batasan masalah penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Siborongborong dan Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas X Peminatan Ilmu Alam semester genap T. A 2016/2017. 2. Materi pembelajaran yang dipilih dalam penelitian ini yaitu reaksi redoks. 3. Model pembelajaran yang digunakan adalah Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) berbasis kolaborasi dengan media exe Learning untuk kelas eksperimen dan model Direct Instruction (DI) untuk kelas kontrol. 4. Media yang digunakan adalah berupa software exe-learning. 5. Target yang diharapkan adalah adanya perbedaan pengaruh SPPKB berbasis kolaborasi dengan media exe Learning dan model Direct Instruction (DI) terhadap prestasi belajar dan keterampilan generik kimia siswa.

7 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah terdapat perbedaan pengaruh Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) berbasis kolaborasi dengan media exe Learning dan model Direct Instruction (DI) terhadap prestasi belajar siswa? 2. Apakah terdapat perbedaan pengaruh keterampilan generik kimia tinggi dan rendah siswa yang dibelajarkan dengan SPPKB berbasis kolaborasi dengan media exe Learning dan model Direct Instruction (DI) terhadap prestasi belajar siswa? 3. Apakah terdapat interaksi antara kedua model dengan keterampilan generik kimia terhadap prestasi belajar siswa? 4. Apakah terdapat hubungan antara keterampilan generik kimia dengan prestasi belajar siswa? 5. Apakah Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) berbasis kolaborasi dengan media exe Learning lebih efektif daripada model Direct Instruction (DI) ditinjau dari nilai KKM siswa? 1.5. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) berbasis kolaborasi dengan media exe Learning dan model Direct Instruction (DI) terhadap prestasi belajar siswa. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh keterampilan generik kimia tinggi dan rendah siswa yang dibelajarkan dengan SPPKB berbasis kolaborasi dengan media exe Learning dan model Direct Instruction (DI) terhadap prestasi belajar siswa. 3. Untuk mengetahui interaksi antara kedua model dengan keterampilan generik kimia terhadap prestasi belajar siswa.

8 4. Untuk mengetahui hubungan antara keterampilan generik kimia dengan prestasi belajar siswa. 5. Untuk mengetahui apakah Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) berbasis kolaborasi dengan media exe Learning lebih efektif daripada model Direct Instruction (DI) ditinjau dari nilai KKM siswa 1.6. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini secara teoritis adalah sebagai pengembangan ilmu pendidikan bagi tenaga kependidikan yang dapat menjadi referensi dalam mengajarkan pembelajaran materi reaksi redoks dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) berbasis kolaborasi dengan media exe Learning dan manfaat secara praktis adalah untuk mengatasi permasalah yang muncul dalam pendidikan dan memberikan informasi bahwa keterampilan generik sains sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran kimia. 1.7. Defenisi Operasional Untuk menghindari penyimpangan dari tujuan yang diharapkan dan menghindari penafsiran yang berbeda, maka definisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Strategi pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) adalah strategi pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa melalui telaah, fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan (Sanjaya, 2006). Dalam penelitian ini berpikir tingkat tinggi yang dimaksud adalah berpikir kritis. 2. Keterampilan Generik Kimia merupakan kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan kimia/ sains yang dimilikinya (Liliasari, dkk., 2009). Dalam penelitian ini ada sembilan indikator yang digunakan dala tes keterampilan generik kimia siswa.

9 3. exe learning adalah suatu software yang digunakan sebagi media pembelajaran berbasis komputer yang dirancang untuk membuat dan menyajikan bahan ajar tanpa harus menguasai HTML. Dalam penelitian ini bahan ajar reaksi redoks disusun secara hirarki dan disajikan dengan bantuan exe learning yang ditampilkan dalam kelas eksperimen dengan bantuan projector (Jim,2013). 4. Prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2005). 5. Direct Instruction adalah model pembelajaran yang digunakan dalam kelas kontrol, dilakukan guru secara langsung dalam mengajarkan keterampilan dasar dan didemonstrasikan langsung kepada siswa dengan tahapan yang terstruktur (Sofiyah, 2010).