BAB III PENGAJARAN WIRAUSAHA PONDOK PESANTREN SUNAN DRAJAT. Seiring dengan perkembangan zaman yang terus berubah dan melihat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk belajar dan mengajarkan ilmu agama Islam. Pesantren dalam

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta : BPFE, 1988), hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi kehidupannya. Dalam

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Di negara kita Indonesia pendidikan formal seperti sekolah adalah salah

DAFTAR PUSTAKA. Asmuni, Syukri. Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al Ihsan, 1985.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Hal ini berarti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi tidak langsung berupa kegiatan menulis dan membaca.

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. Pendidikan pesantren dalam menghadapi era globalisasi, meskipun pada

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

Idiologi Pendidikan, Pustaka Rizki Putra, Semarang, Cet Pertama. 2007, hal. 11.

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. segenap kegiatan pendidikan (Umar Tirtarahardja, 2005: 37).

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SIKAP TERHADAP KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA KELAS XII SEKOLAH SETINGKAT SMA DI KECAMATAN JATINANGOR SRI AYU NUR HASANAH ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu. sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia sejalan

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun karakter, character building is never ending process

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

KETUA PANITIA: TOTO SUPRIYANTO, S.T., M.T

BAB I PENDAHULUAN. akan tercapai, karena dengan demikian peradaban dunia yang tinggi dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berasal dari jawaban responden

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan sebagai upaya untuk membangun sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB 1 PENDAHULUAN. terelakkan. Seluruh lapisan masyarakat tidak terkecuali anak-anak bangsa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2/9/2014 MATA KULIAH PERBANDINGAN SISTEM PENDIDIKAN MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS GALUH. Oleh: Pipin Piniman

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

Keberadaan pendidikan merupakan khas yang hanya ada pada dunia manusia dan sepenuhnya ditentukan oleh manusia, tanpa manusia pendidikan tidak pernah

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. bahwa masyarakat dunia semakin dinamis dan komplek dikarenakan adanya. saling tukar menukar informasi dengan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, aktif dan siap kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan mutu sumber daya manusia, mengejar

BAB IV PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi harus mengganti persepsi tentang manusia. Manusia bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

Pondok Pesantren Modern di Semarang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. itulah sebabnya manusia dijuluki sebagai animal educandum dan animal

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SEKOLAH KEREN, SEKOLAH RAMAH ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan investasi jangka panjang manusia guna dapat bersaing pada era

Transkripsi:

BAB III PENGAJARAN WIRAUSAHA PONDOK PESANTREN SUNAN DRAJAT Seiring dengan perkembangan zaman yang terus berubah dan melihat perkembangan masyarakat yang kian majemuk, sistem pendidikan dan pola pengajaran yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Sunan Drajat pada khususnya, mengalami pergeseran pola dan metode secara dinamis. Pada rintisan awalnya, sekitar tahun 1977, sistem pendidikan dan pola pengajaran kitab di Pondok Sunan Drajat amat kental diwarnai oleh dua macam metode pesantren salaf yaitu bandongan dan sorogan. Namun, pada perkembangan selanjutnya, Pondok Sunan Drajat menganggap perlu, bahkan harus berbenah diri dan mengubah sistem pendidikan serta pola pengajarannya, sebagai respon atas berbagai perubahan akibat laju perkembangan zaman. Dengan prinsip dasar mempertahankan tradisi lama yang baik serta masih relevan dan mengambil tradisi baru yang lebih baik, Pesantren Sunan Drajat melakukan reorientasi (peninjauan kembali wawasannya guna menentukan sikap) dengan memasukkan tambahan kurikulum pelajaran umum dan sistem pendidikan formal. Dengan prinsip tersebut, Pesantren Sunan Drajat mencoba menggabungkan antara kebutuhan dunia dan kepentingan akhirat. Pondok pesantren menjaga tradisi salaf, bandongan, sorogan, serta upaya pengembangan Madrasah Diniyah, Mu allimin Mu allimat, juga Musyawwirin khusus santri senior. Sebagai hasil dari 55 1

56 perubahan yang terjadi pada Pesantren Sunan Drajat maka muncullah pada berbagai jenjang pendidikan formal, mulai dari Taman Kanak-Kanak, Madrasah Ibtidaiyah, SLTP, SMK dengan berbagai jurusan serta Universitas Islam. Tidak hanya itu, pesantren yang berakar kuat dari kearifan budaya lokal ini membekali wawasan, keterampilan dan penguasaan teknologi kepada para santrinya. A. Sistem Pendidikan Secara historis, pendidikan dalam arti luas telah mulai dilaksanakan sejak manusia berada di muka bumi ini. George F. Kneller menyebutkan bahwa pendidikan dapat dipandang dalam arti luas dan dalam arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam arti yang luas pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangan jiwa (mind), watak (character), atau kemampuan fisik (physical ability) individu. 55 Masih berdasarkan pendapat Siswoyo, Pendidikan dalam artian ini berlangsung terus (seumur hidup). Dalam arti teknis, pendidikan adalah proses dimana masyarakat, melalui lembaga-lembaga pendidikan (sekolah), dengan sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilan dari generasi ke generasi. 56 Menurut Ki Hadjar Dewantara, yang dimaksud dengan pendidikan yaitu 55 Siswoyo. Ilmu Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta(UNY Press), 2007) 18. 56 Siswoyo. Ilmu Pendidikan,... 19.

57 tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikan yaitu, menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003). 57 Pendidikan dalam Islam adalah suatu proses penggalian, pembentukan pendayagunaan dan pengembangan berfikir, dzikir, dan kreasi manusia. Melalui pengajaran, bimbingan latihan dan pengabdian yang dilandasi dan dinafasi oleh nilai-nilai ajaran Islam sehingga terbentuk pribadi Muslim yang sejati, mampu mengontrol, mengatur dan merekayasa kehidupan dilakukan sepanjang zaman dengan penuh tanggung jawab semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT. 58 Pendidikan mengandung suatu pengertian yang luas, menyangkut seluruh aspek kepribadian manusia termasuk hati nurani, nilai-nilai, perasaan, pengetahuan dan keterampilan, sehingga dengan pendidikan manusia berusaha untuk meningkatkan, mengembangkan, serta memperbaiki nilai-nilai dalam 57 Ibid. 20. 58 Imam Bawani. Cendekiawan Muslim Dalam Perspektif Pendidikan Islam (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1991).

58 kehidupannya. Pendidikan mencakup kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih. Dalam kegiatan tersebut terjadi usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai dalam kehidupan manusia antara lain nilai-nilai religi, kebudayaan, sains dan teknologi, seni, dan keterampilan. Nilai-nilai tersebut dapat mempertahankan, mengembangkan bahkan merubah kebudayaan yang dimiliki masyarakat. Di sini akan berlangsung pendidikan dalam kehidupan manusia. Pada perkembangannya, sistem pendidikan yang digunakan di Pesantren Sunan Drajat mulai merambah pada ranah ekonomi, pada umumnya kegiatan tersebut menjadi keahlian tersendiri bagi santri di Pesantren Sunan Drajat. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa keahlian ekonomi yang dimiliki oleh para santri akan menjadi bekal untuk berdakwah, bukan lagi sebagai keahlian tambahan atau juga program kerja biasa. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Pesantren Sunan Drajat memberikan pembaharuan bagi pesantren, yakni menjadikan pesantren sebagai basis perkembangan ekonomi mikro dan Islami. Perkembangan pendidikan pada Pondok Pesantren Sunan Drajat tersebut menunjukkan bahwasannya pesantren pada dekade abad 21 telah mengalami perubahan yang cukup signifikan, bukan hanya pada materi atau kurikulum pendidikannya, tetapi sudah masuk kedalam ranah pembekalan bagi kehidupan santri pasca menimba ilmu di pesantren sunan drajat. Dengan demikian ada tiga aspek penting dalam proses pembekalan keahlian yang diterapkan Pesantren Sunan Drajat bagi para santrinya, di antaranya adalah pembekalan melalui pendidikan (teori), melalui pelatihan (praktek), dan melalui kerja lapangan

59 (penerapan), sehingga dari beberapa pendidikan tersebut, para santriwati dan santriwan di cetak bukan hanya untuk menjadi seorang santri saja melainkan dijadikan seorang pengusaha khususnya para santriwan. B. Sistem Pelatihan Di era globalisasi ini, pendidikan baik formal maupun nonformal memang mutlak dibutuhkan di segala aspek kehidupan. Terlebih para generasi muda, selain kompentensi ilmu pengetahuan, diperlukan pula pengasahan skill atau kemampuan untuk mengembangkan bakat dan minat. Begitu juga pendidikan yang ada di Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan Jawa Timur. Para santri menuntut ilmu pada ranah formal maupun nonformal. Selain itu, pengasahan potensi juga di lakukan dalam bentuk pelatihan-pelatihan. Hal ini memiliki tujuan agar para santri mampu berkompetisi di dunia luar dengan bekal potensi yang ada pada dirinya yang di miliki dan digali saat masih berada di Pondok Pesantren. Bentuk-bentuk pelatihan yang diterapkan di Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan di antaranya adalah pembuatan air minum dalam kemasan (merupakan perusahaan air minum dalam kemasan gelas yang diproduksi menggunakan tekhnologi Reverse Osmosis menghasilkan air murni ditambah dengan oksigen sehingga baik untuk tubuh dan membantu proses penyembuhan penyakit khususnya apabila digunakan dengan metode terapi air). Selain itu, terdapat pula pelatihan presenter, yang diterbitkan langsung untuk mendukung program SD TV (Sunan Drajat Televisi), dan juga pelatihan managemen koperasi

60 (yang di praktekkan langsung dalam usaha Smesco Mart Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan). Untuk menambah kualitas para santri dalam melaksanakan pelatihan, pihak pondok pesantren mendatangkan para ahli di bidang pelatihan masing-masing, sedangkan metode yang digunakan adalah jenis metode interaktif, artinya para ahli memberikan pengarahan terhadap peserta pelatihan (para santri) terkait dengan materi dari bidang masing-masing. Kemudian, materi pelatihan setelah selesai disampaikan, lalu para peserta mencoba untuk mengaplikasikan teori yang telah disampaikan tersebut. Hal ini bertujuan agar para peserta mampu memahami serta mengaplikasikan ilmu yang dipelajarinya. C. Sistem Praktek Lapangan Seiring kemajuan zaman saat ini dan bergulirnya reformasi, masyarakat disinyalir lebih percaya dan cenderung melihat kejadian nyata di lapangan daripada teori. Masyarakat mulai tidak percaya apa yang diberikan melalui pembekalan di dalam teori, akan tetapi lebih percaya dengan praktek dan bukti konkret di lapangan. Menurut Johnson (1998, p.228), praktek kerja lapangan adalah metode pelatihan yang terjadidi tempat kerja dan umumnya berupa pelatihan technical skill dan lebih terfokus pada peningkatan produktivitas secara tepat, sedangkan menurut Jerris (1999, p.328), praktek kerja lapangan adalah pelatihan melalui praktek secara langsung atau dapat disebut dengan belajar sambil kerja. Praktek

61 kerja lapangan adalah bekerja di luar kelas pada suatu instansi yang sedang beroperasi (Bartono, 2005, p.7.). Sebagai upaya penerapan dan pembandingan antara pekerjaan yang senyatanya dengan teori yang didapat mahasiswa di dalam kelas sebagai bagian dari kurikulum yang diwajibkan untuknya. Tanpa disadari pada dasarnya manusia memiliki potensi, bahkan multi potensi. Menurut Danim, potensi seorang manusia yang paling universal adalah mengubah diri dari keadaan tertentu kepada keadaan yang lain. Perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang progresif bukan yang regresif (Danim, 2008, p. 43). Praktek kerja lapangan merupakan salah satu bagian yang sangat penting dari usaha memunculkan perubahan progresif pada setiap mahasiswa atau setidaknya menyesuaikan kemampuan dan keterampilan seorang mahasiswa yang melakukan training dengan kebutuhan dan tuntutan masa kini. Praktek kerja lapangan adalah bekerja di luar kelas pada suatu instansi yang sedang beroperasi, sebagai upaya penerapan dan pembandingan antara pekerjaan yang nyata dengan teori-teori yang didapat ketika di dalam kelas sebagai bagian dari kurikulum yang diwajibkan untuk mahasiswa (Rachmawati, 2008, p.114). Dalam praktek kerja lapangan, ada dua pihak yang aktif didalamnya, yaitu trainees sebagai pihak yang dilatih, dan trainers sebagai pihak yang melatih. Berdasarkan pengertian tersebut, Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan Jawa Timur mempunyai inisiatif untuk melakukan inovasi, khususnya KH. Abdul Ghofur dengan cara memunculkan ide-ide baru untuk menyusun progam pondok pesantren yang berbasis wirausaha. Setelah adanya pendidikan

62 wirausaha, pihak pondok pesantren mengadakan pelatihan-pelatihan sebagai aplikasi awal dari adanya teori yang telah diajarkan. Sebagaimana telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Para santri yang sudah siap untuk diterjunkan kelapangan sebelumnya telah dibekali ilmu-ilmu untuk berwirausaha. Sebagian dari para santri memiliki potensi di bidang akademisi dan sebagian yang lain lebih berpotensi dalam minat dan bakat. Hal ini telah dipikirkan secara matang oleh pengurus pondok pesantren sehingga para santri akan diklasifikasikan pada potensi skill masing-masing santri. Para santri Pondok Pesantren Sunan Drajat telah mampu menjadi santri yang memiliki budi luhur serta pengembangan skill secara maksimal. Menurut pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat, keberhasilan melihat dan mengamati lulusan dari pondok pesantren ini mampu untuk menciptakan lapangann kerja baru.