BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bayi pada awal usia kehidupan, hal ini tidak hanya karena ASI mengandung cukup zat gizi tetapi karena ASI mengandung zat imunologik yang melindumgi bayi dari infeksi praktek menyusui dinegara berkembang telah berhasil menyelamatkan sekitar 1,5 juta bayi pertahun, atas dasar tersebut WHO merekomendasikan hanya untuk memberikan ASI sampai bayi berusia 4 sampai 5 bulan (Amirudin, 2006). Angka kematian bayi diseluruh dunia setiap tahun mencapai empat juta (yuhana,2008). DiMalaysia angka kematian hanya 41 per 100 ribu, Singapura 6 per 100 ribu, Thailand 44 per 100 ribu, dan Filiphina 170 per 100 ribu (Swamurti, 2007). Menurut survey Demografi Kesehatan Indonesia 2002-2003 angka kematian bayi (AKB) tercatat 35 per 1.000 kelahiran hidup. Data dibadan statistik menunjukkan angka kematian ibu dan bayi tertingi di Asia Tenggara, mendominasi lebih dari 75% kematian anak dibawah 5 tahun.hal itu menjadi kegiatan prioritas Depertemen kesehatan 2005-2009. Dari 1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi berkurang dari 248 menjadi 206 per 100.000 kelahiran yang dicapai pada tahun 2009.Sementara angka harapan hidup berkisar rata-rata 70,6/ tahun (Moejiono, 2007). 1
Faktor penyebab utama terjadinya kematian bayi baru lahir dan balita adalah penurunan angka pemberian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif. Di Jakarta Utara hanya sekitar 17,9% bayi baru lahir yang di beri IMD setelah 1 jam pertama setelah persalinan dan hanya sekitar 28% bayi dibawah 6 bulan yang diberi ASI ekskusif (Wahana, 2007). Pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2006-2007 hanya mencakup 67% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi, yakni, 54% pada bayi usia 2-3 bulan dan 19% pada bayi usia 7-9. Yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan. (Dinkes, 2007) Cakupan pemberian ASI eksklusif di indonesia berfluktuasi selama 3 tahun terakhir. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-5 bulan turun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008, namun meningkat lagi pada tahun 2009 menjadi 61,3%. Sedangakn cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,5% pada tahun 2008 dan naik lagi menjadi 34,3% pada tahun 2009 (Profil Kesehatan Jateng, 2009) Cakupan pemberian ASI pemberian ASI ekslusif dipengaruhi beberapa hal terutama masih sangat terbatasnya konselor ASI, belum
adanya peraturan perundangan tentang pemberian ASI serta belum memaksimalkan kegiatan edukasi,sosialisasi,advokasi dan kampanye terkait pemberian ASI maupun MP-ASI, masih kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana KIE ASI dan belum optimalnya membina kelompok pendukung ASI dan MP-ASI. (Profil Kesehatan Jateng, 2009) Beberapa hal yang menghambat pemberian ASI Eksklusif adalah rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar, Kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas Kesehatan, Faktor sosial budaya, faktor sosial budaya, Kondisi yang kurang memadai bagi para ibu bekerja dan Gencarnya pemasaran susu formula (Profil Kesehatan Jateng, 2009). Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan kota Kendal pada wilayah kerja Puskesmas Boja I tahun 2010 bayi yang diberikan ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan tidak ada sama sekali dari jumlah balita sebanyak 434bayi berumur 0-6 bulan (Dinkes Kendal, 2010). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Kaligading dari 10 ibu menyusui yang mempunyai balita umur 6-11 bulan didapatkan 3 ibu yang mengerti tentang ASI Eksklusif dan pentingnya pemberian ASI Eksklusif 6-11 bulan pada bayinya, dan 7 ibu yang tidak mengerti tentang ASI Ekskusif dan pentingnya pemberian ASI Eksklusif bagi bayi. Dari 10 ibu yang mempunyai balita umur 6-11 bulan tersebut 4 ibu yang memberiakn ASI Eksklusif dan 6 yang tidak memberikan ASI Eksklusif.
Berdasarkan dari uraian diatas, pemberian ASI Eksklusif masih sangat rendah. Karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan praktik pemberian ASI Eksklusif. B. Rumusan Masalah Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Kendal tahun 2010 pemberian ASI Eksklusif di Kendal termasuk daerah terendah dalam pemberian ASI Eksklusif dari jumlah balita 0-6 bulan sebanyak 7.563 yang diberi ASI Eksklusif hanya 523 bayi. Berdasakan latar belakang yang diuraikan diatas maka perumusan masalah adalah : Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu tentang ASI Eklsklusif dengan praktik pemberian ASI Eksklusif. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan Praktik pemberian ASI Eksklusif. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif didesa Kaligading. b. Mendiskripsikan Praktik Pemberian ASI Eksklusif c. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan praktik pemberian ASI Eksklusif.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif pada balita usia 0-6 bulan. 2. Bagi Institusi Sebagai bahan pertimbangan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut,tentang tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan praktik pemberian ASI Eksklusif. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan praktik pemberian ASI Eksklusif sehingga hal ini dapat menambah wawasan serta masukan bagi ilmu Kebidanan. 4. Bagi Ibu Post partum Dapat menambah pengetahuan sehingga mampu menumuhkan sikap yang positif pada ibu post partum dalam memberikan ASI Eksklusif. 5. Bagi Peneliti Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai pentingnya tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dengan praktek pemberian ASI Eksklusif 6. Bagi Masyarakat Sebagai informasi pada masyarakat tentang keunggulan dan manfaat ASI Eksklusif terhadap praktik pemberian Asi Eksklusif pada bayi.
E. Keaslian Penelitian No Judul, Nama Tahun 1 Studi diskriptif tingkat pengetahuan ibu dan sikap ibu hamil trimester III dalam pemberian kolostrum pada bayi baru lahir diwilayah Puskesmas gribig, kudus Dyah Aisah,2009 2 Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif pada ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan. Dwi agustin, 2009 3 Gambaran Pengetahuan ibu hamil TM III tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Sri Hartatik 2010 Sasaran Metode Hasil 33 orang ibu hamil TM 3 yang bertempat tinggal dikota Kudus. 50 ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan yang bertempet tinggal di kota Grobogan kecamatan Gubug. 45 ibu hamil TM III yang bertempat tinggal di Tlogorejo, Semarang. Diskriptif dengan pengambilan data secara survai wawancara menggunakan kuesioner. Deskriptif dengan metode pendekatan cross sectional. Deskriptif dengan metode pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang tentang dalam pemberian kolostrum sebanyak 17 ibu hamil TM 3(51,5%), siakap yang tidak mendukung (negatif) dalam pemberian kolostrum sebanyak 18 ibu hamil TM 3 (54,5%). Hasil penelitian yang diperoleh adalah gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif tingkat pengetahuan dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 22 orang (54,0%) gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif berdasarkan tingkat pendidikan dapat diketahui. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagian besar ibu hamil mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 73,3%, Baik 15,6% dan kurang 11,1%.
Mengacu pada hasil penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan perbedaan terletak pada lokasi penelitian di desa Kaligading Kecamatan Boja, Kendal tahun 2011 dan terletak pada variabel yaitu variabel bebas adalah tingkat pengetahuan dan praktik pemberian ASI Eksklusif.