BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab tinjauan pustaka penulis akan menjelaskan mengenai teori yang akan digunakan sebagai analisis untuk menjawab tujuan dari penelitian ini. Karena tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan konvergensi media yang dilakukan radio Sonora Semarang dalam menjangkau anak muda maka teori yang digunakan akan diuraikan sebagai berikut: 2.1 Konvergensi Media Pada tahun 1970, kata itu digunakan dengan merujuk pada banyak hal lain, terutama apa yang dinamakan sebuah perkawinan yang dilangsungkan di surga antara komputer, juga pasangan dalam perkawinan perkawinan yang lain, dan telekomunikasi. Kata konvergensi selanjutnya digunakan baik untuk organisasi maupun untuk proses, terutama sekali bersatunya industri media dan telekomunikasi. Gerakan konvergensi media tumbuh berkat adanya kemajuan teknologi akhir akhir ini, khususnya dari munculnya internet. Konvergensi media menyatukan 3C (computing, communication, dan content). Jika dijabarkan di level perusahaan, maka konvergensi ini lebih menyatukan perusahaan yang bergerak di bidang informasi, jejaring telekomunikasi, dan penyedia konten (Meikle dan Young, 2012:13-14). Konvergensi media memungkinkan para profesional di bidang media massa untuk menyampaikan berita dan menghadirkan informasi serta memberikan hiburan dengan menggunakan berbagai macam media. Konvergesi media juga memungkinkan khalayak media massa untuk berinteraksi bahkan mengisi konten di media massa. Khalayak dapat mengontrol dimana dan kapan mereka mengakses dan berhubungan dengan informasi. Konvergensi telah terjadi pada dua aspek utama yaitu : Aspek Teknologi : Konten kreatif telah dikonversikan ke dalam bentuk digital standar industri, untuk kemudian disampaikan melalui jejaring 6
tanpa kabel, untuk ditampilkan di berbagai komputer atau piranti seperti komputer, mulai dari telepon seluler sampai ke alat perekam video digital yang terhubung ke pesawat televisi. Aspek Industri : Perusahaan perusahaan yang melintasi spektrum bisnis, mulai dari perusahaan media ke telekomunikasi sampai teknologi, telah menyatu dan membentuk aliansi aliansi strategis, guna mengembangkan model bisnis baru, yang dapat meraih keuntungan dari ekspektasi konsumen yang sedang tumbuh terhadap konten media yang disesuaikan dengan permintaan. Sejumlah analisis industri memandang bahwa konvergensi media ini memudarnya media lama seperti media cetak, media siar, serta bangkitnya media baru, yang perkembangannya masih berlangsung dinamis saat ini. Menurut Khadziq, dalam jurnalnya yang berjudul Konvergensi Media Surat Kabar Lokal 1, konvergensi media memiliki model konvergensi dimana di dalamnya terdapat 5 tahapan dalam prosesnya, yaitu: a. Cross-promotion, yang artinya kerja sama di antara dua media untuk saling memberikan ruang untuk memperkenalkan konten media satu sama lain. b. Cloning, yaitu ketika konten media diperbanyak untuk dimuat di media lainnya. Artinya, satu media menampilkan konten berita dari ruang berita media lain apa adanya tanpa perubahan. c. Coopetition, yaitu tahap ketika entitas media yang terkonvergensi saling bekerja sama dan berkompetisi di saat yang bersamaan. d. Content Sharing, memungkinkan kedua media yang berlainan saling berbagi konten dalam bentuk pengemasan ulang (repackged) atau bahkan termasuk berbagi budgeting. Konvergensi media dalam tahap ini sebagian besar dilakukan oleh media yang berada di bawah satu kepemilikan. 1 http://ejournal.uin-suka.ac.id/isoshum/profetik/article/view/1187/1090 diakses pada tanggal 10 Agustus 2017 7
e. Full Convergence, yaitu ketika media yang berbeda bekerja sama secara penuh, baik dalam hal pengumpulan, produksi, dan distribusi konten, dan bertujuan untuk memaksimalkan keunikan karakteristik masing masing media untuk menyampaikan konten. Dalam tahap Full Convergence, media yang bekerja sama menghasilkan konten dan topik secara kolaboratif dengan memanfaatkan kekuatan platform media masing masing. Tahap Full Convergence ini jarang ditemui penerapannya di berbagai grup media. Konvergensi media juga memiliki dampak positif maupun negatif bagi pelaku atau pun pengguna. Menurut artikel yang ditulis oleh Aldita Ruslim dalam blog Binus University 2, keuntungan dari adanya konvergensi media adalah sebagai berikut : - Konvergensi media mampu memperluas informasi dari seluruh dunia karena adanya akses internet. - Memberikan banyak pilihan kepada pengguna untuk mencari informasi sesuai selera. - Lebih mudah, praktis, dan efisien. - Timbulnya demokratisasi informasi dimana semua orang dapat mengakses informasi secara bebas luas dengan berbagai cara dan bentuk. - Dalam implikasi ekonomi, konvergensi media berpengaruh terhadap perusahaan dan teknologi komunikasi karena mengubah perilaku bisnis. - Masyarakat mendapatkan informasi lebih cepat. - Masyarakat menjadi interaktif, karena dapat secara langsung memberikan umpan balik terhadap berbagai informasi yang disampaikan. - Konvergensi media menyediakan kesempatan baru yang radikal dalam penanganan, penyediaan, distribusi, dan pemrosesan seluruh bentuk informasi baik secara visual, audio, data, dan lain sebagainya. 2 http://alditaruslim.blog.binusian.org/2011/03/23/konvergensi-media-sebagai-buktikedinamisan-dunia-teknologi/ diakses pada tanggal 22 Agustus 2017 8
Sementara itu dampak negatif dari konvergensi media menurut artikel yang telah ditulis oleh Aldita Ruslim adalah : - Perubahan gaya hidup masyarakat yang menjadi pecandu teknologi. - Munculnya masyarakat digital atau masyarakat maya. - Media tradisional atau konvensional mulai kalah dengan adanya media baru atau media online. - Kesenjangan yang ada dalam masyarakat akan semakin besar. 2.2 Radio Seperti yang sudah sedikit penulis singgung dalam latar belakang, bahwa radio merupakan suatu medium yang menyampaikan pesan suara. Radio tidak membutuhkan sentuhan langsung antara sumber dan penerimanya. Itu tadi merupakan pengertian dari radio konvensional, sementara saat ini radio tidak hanya ada konvensional tetapi ada radio internet / streaming. Jika seseorang sedang browsing di komputer, lalu log-in ke website yang berisi siaran radio penuh (seperti saat kita tune-in ke frekuensi tertentu dengan tuner kita mendengarkan siaran radio konvensional), maka siaran yang terdengar oleh pendengar seperti ini lah yang disebut dengan streaming. Pada pola streaming, suara langsung terdengar tanpa kita perlu mendownloadnya. Dalam pola seperti ini, pendengar terpaksa pasif seperti saat mendengarkan radio konvensional. Sudah banyak radio konvensional di Indonesia yang melakukan ini. Mereka mempunyai website, kemudian seluruh siarannya yang melalui udara secara bersamaan dialirkan melalui internet. Sehingga jika ada seseorang dimana pun dia berada dan log-in ke website stasiun ini, maka pastilah ia dapat mendengar siaran radio tersebut. Ada pun beberapa karakteristik radio menurut artikel pada situs romeltea 3, yaitu : 1. Auditif, yaitu hanya dapat didengar. 3 http://www.romelteamedia.com/2013/10/karakteristik-radio.html diakses pada tanggal 22 Agustus 2017 9
2. Theater of mind, yang berarti siaran radio merupakan seni untuk memainkan imajinasi para pendengar. 3. Transmisi, proses penyebar luasan siaran radio melalui pemancar. 4. Cepat dan langsung, informasi yang disampaikan oleh radio ditempuh dalam waktu singkat. 5. Akrab, karena jarang ada sekelompok orang yang mendengarkan radio bersama maka radio disebut alat yang akrab dengan pemiliknya. 6. Dekat, penyiar radio berusaha agar sedekat mungkin dengan para pendengarnya sehingga pendengar merasa memiliki keintiman dengan penyiar meski penyiar tersebut tidak hanya menyapa satu pendengar. 7. Tanpa batas, siaran radio ini dapat disimak oleh siapa saja. 8. Murah, dibanding berlangganan media lain pesawat radio relatif lebih murah. 9. Portabel dan fleksibel, dikatakan demikian karena ketika mendengarkan radio kita masih dapat melakukan aktifitas lainnya. 2.3 Mediamorfosis Sejauh ini kita belum melihat teori baru yang dikembangkan berkaitan dengan Internet dan world wide web. Konsep inti dari interaktivitas, hypertext, dan multimedia juga telah menjadi fokus berbagai penelitian. Satu teori yang telah dikembangkan adalah pemikiran Roger Fidler (1997) tentang mediamorfosis, yang berusaha menjelaskan hubungan antara media baru dengan media lama. Roger Fidler telah mempresentasikan gagasan tentang mediamorfosis untuk membantu kita memahami jenis perubahan di bidang media ini. Dia mendefinisikan mediamorfosis sebagai perubahan bentuk media komunikasi, biasanya disebabkan oleh interaksi kompleks dari kebutuhan kebutuhan penting, tekanan tekanan kompetitif dan politis, dan inovasi inovasi sosial dan teknologis. Esensi dari mediamorfosis adalah pemikiran bahwa media adalah sistem adaptif, kompleks. Yaitu, media, sebagaimana sistem sistem lain, merespons tekanan eksternal dengan proses re-organisasi diri yang spontan. Dan, seperti halnya spesies hidup, media berevolusi menuju daya tahan hidup yang 10
lebih tinggi dalam sebuah lingkungan yang selalu berubah. Fidler berpendapat bahwa media baru tidak muncul secara spontan dan independen, mereka muncul bertahap dari metamorfose media yang lebih lama (Severin & Tankard, 2011: 459). Jadi media baru sekarang ini bukanlah sesuatu yang muncul secara instant atau tiba tiba melainkan melalui sebuah proses dari media lama sehingga hal seperti ini disebut mediamorfosis. 2.4 Penelitian Terdahulu Pada penelitian kali ini, peneliti akan menjabarkan penelitian terdahulu yang relevan dengan persoalan yang akan diteliti yaitu mengenai konvergensi media di radio Sonora Semarang. Hakam, Ulil (2011) dalam penelitiannya mengenai konvergensi media dalam radio komunitas, Hakam ingin menjelaskan bagaimana radio Komunitas Angkringan melakukan konvergensi media dengan penggunaan internet sebagai terobosan teknologi komunikasi di desa, yang dianggap mampu mengatasi hambatan yang ada untuk menjawab permintaan dari masyarakat akan akses informasi yang lebih luas. Hasil dari penelitiannya, konvergensi media melalui internet mampu dioperasikan walaupun belum maksimal. Resmadi, Idhar & Sonny Yuliar (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Kajian Difusi Inovasi Konvergensi Media di Harian Pikiran Rakyat menjelaskan bahwa bagaimana konvergensi media mampu diadopsi oleh suatu media massa secara bertahap. Hasil dari penelitian mereka mengatakan kajian difusi inovasi konvergensi media di Harian Pikiran Rakyat memngalami beberapa tahap. Apa yang terjadi pada Harian Rakyat, dominasi media cetak masih terlalu besar. Sementara pada satu sisi, faktor sosio-kultur juga mempengaruhi adopsi konvergensi media di Harian Rakyat. Prihartono, Anton Wahyu (2016) menjelaskan mengenai model konvergensi dalam penelitiannya Surat Kabar & Konvergensi Media (Studi Deskriptif Kualitatif Model Konvergensi Media pada Solopos). Konvergensi media yang dilakukan Solopos merupakan jawaban tuntutan industri media bahwa surat kabar harus mempersiapkan platform digital. Model konvergensi yang ada di Solopos 11
sendiri adalah model newsgathering, dimana jurnalis dituntut multitasking yaitu dapat bekerja pada beberapa media pada platform dalam satu grup. Konsep konvergensi media belum sepenuhnya didukung oleh seluruh awak Solopos di divisi redaksi. Nathania, Devina (2017) dari uraian peneliti sebelumnya seperti yang ditulis di atas, maka perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan meliputi penulis akan meneliti tentang radio Sonora Semarang sebelum dan sesudah melakukan konvergensi media. Penelitian yang akan dilakukan ini juga akan menjelaskan mengenai perubahan yang terjadi karena dilakukannya konvergensi media oleh radio Sonora Semarang. 2.5 Kerangka Pikir MEDIA KONVENSIONAL RADIO SONORA SEMARANG MEDIA ONLINE KONVERGENSI MEDIA 12
Melalui kerangka pikir, penulis mencoba mengurutkan apa yang menjadi pemikiran penulis dalam penelitian ini. Media konvensional merupakan media massa yang sudah ada sejak dulu bisa dikatakan dalam hal ini media massa yang ada belum bercampur dengan internet. Dalam hal ini peneliti hanya akan fokus pada media massa radio, dimana radio seperti ini masih menggunakan frekuensi untuk menyalurkan siaran mereka agar bisa didengar hingga jarak tertentu. Banyak radio yang telah terbentuk, salah satunya adalah Radio Sonora Semarang. Sebuah radio yang terletak di kota Semarang yang juga masih menggunakan frekuensi. Namun seiring berkembangnya jaman dan majunya teknologi, maka Radio Sonora tidak hanya memiliki radio konvensional. Masuklah media online ke Radio Sonora Semarang. Radio Sonora memiliki media digital yakni radio streaming dan media sosial. Percampuran yang ada ini disebut konvergensi media. Sebuah penggabungan antara media konvensional dan media digital di jaman teknologi yang sudah maju. Konvergensi media telah diterapkan di Radio Sonora, sehingga hal ini memberikan perubahan. 13