BAB 2 LANDASAN TEORI. 5 lebih banyak daripada rumah sakit tipikal di Sumatera Utara 4 lebih banyak daripada rumah sakit tipikal di Sumatera

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kentang

xvii BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI KENTANG

BAB 2 LANDASAN TEORI

Togu P. Marpaung, Normalina Napitupulu, Rachmad Sitepu

BAB 2 LANDASAN TEORI

(2.1) keterangan: i = Banyaknya faktor yang terbentuk; (i=1,2,3,...,k)

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KEPADATAN PENDUDUK MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT DI KOTAMADYA SIBOLGA

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN PADANG LAWAS

BAB III METODE PENELITIAN. pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry. kota Semarangyang pernah berpindah merek dari smartphone BlackBerry.

ANALISIS FAKTOR RESIKO PADA KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DI BAWAH NORMAL DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

KAJIAN FAKTOR PENYEBAB PENDERITA HIPERTENSI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS FAKTOR DI KOTAMADYA MEDAN (Studi Kasus : RSUP H.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field study research) yakni

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif merupakan metode untuk menguji teori-teori tertentu dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 32 Agar bisa mendapatkan data

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. data sekunder. Data primer merupakan sumber data penelitian yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan jenis penelitian eksplanatif dan metode penelitian kuantitatif.

Analisis Tingkat Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Pelayanan Akademik Menggunakan Analisis Faktor

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah BMT Al Hijrah KAN Jabung yang

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. data sekunder. Data primer merupakan sumber data penelitian yang

PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN)

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mendapatkan data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif atau penelitian yang mengunakan paradigma. Paradigma

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei. Metode

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan adalah penelitian deskriptif asosiatif. Dimana

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian exsplanatori (exsplanatory

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengungkapkan tentang keputusan pembelian konsumen di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Bab 4 ANALISIS FAKTOR TEORITIS DAN APLIKATIF

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di CV. Akar Daya Mandiri yang berlokasi di Jalan

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. Metodologi. a. Jenis penelitian: asosiatif, yaitu suatu pertanyaan penelitian yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN Identifikasi Variabel Dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yakni pengamatan

BAB IV METODOLOGI RISET

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pengaruh Customer Value dan Brand Image terhadap Customer Loyalty Nasabah

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada PT. PLN Persero Cabang Pekanbaru

BAB III METODE PENELITIAN. atau menghubungkan dengan variabel lain (Sugiyono, 2000:11). Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. analisis data kuantitatif dengan menggunakan pendekatan kolerasional. dengan pendekatan korelasional adalah

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. sesuai dengan tujuan penelitian. Konsep dasar dan batasan operasional dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. Metode Penelitian. Tipe penelitian ini merupakan tipe penelitian eksplanatori. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenis penelitian diatas, tipe penelitian ini adalah penelitian asosiatif.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field study research) yakni

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian merupakan cara kerja untuk dapat memahami obyek

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field Research), yaitu. menjadi fokus perhatian untuk diteliti.

BAB III METODE PENELITIAN. yang beralamat di Jl. Petojo VIJ IV No. 28 Jakarta Pusat. Waktu pelaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini mencakup lingkup wilayah penelitian dan jenis

III. METODOLOGI PENELITIAN. populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, dan variabel penelitian. Hal lain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Disesuaikan dengan tujuan penelitian dan tingkat eksplenasinya, jenis

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

ANALISIS FAKTOR TINGKAT KEPUASAN MAHASISWA UNIVERSITAS PAKUAN TERHADAP PELAYANAN PARKIR KAMPUS

BAB III METODE PENELITIAN. mencapai suatu tujuan, sedangkan tujuan dari penelitian adalah mengungkapkan,

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam penelitian survei. Penelitian survei

BAB III METODE PENELITIAN Jenis dan Pendekatan Penelitian. dan kepuasan yang diberikan perusahan. Sedangkan metode penelitian

III. METODE PENELITIAN. produk Wellborn di Bandar Lampung. Dalam melaksanakan penelitian ini, desain

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian penulis meneliti pengaruh diferensiasi produk dan saluran

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu penelitian 4.2. Data dan Metode Pengambilan Sampel

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan untuk menjelaskan kedudukan-kedudukan dari

Transkripsi:

4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gambaran Umum RS Umum Padang Sidempuan Rumah Sakit Umum Padang Sidempuan beralamat di Jl. Dr.F.L TobingPd Sidempuan. RSU Padang Sidempuan adalah rumah sakit negeri kelas B. Rumah sakit ini juga menampung rujukan dari rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. RSU ini termasuk RSU besar dimana tempat ini tersedia 225 tempat tidur inap, lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di Sumatera Utara yang tersedia ratarata 80 tempat tidur inap. Jumlah dokter yang tersedia disini sedikit dengan 31 dokter, rumah sakit ini tersedia lebih sedikit dibanding rata-rata rumah sakit di Sumatera Utara. Pelayanan inap termasuk kelas tinggi dimana 25 dari 225 tempat tidur dirumah sakit ini berkelas VIP ke atas. Jumlah dokter sedikit RSU Padang Sidempuan tersedia 31 dokter, sama dengan rumah sakit tipikal di Sumatera Utara, tetapi 2 lebih banyak daripada rumah sakit tipikal di Sumatera. Sebagian besar dokter umum dari 31 dokter di rumah sakit ini, 14 adalah dokter umum. Dibandingkan dengan rata-rata rumah sakit diwilayah ini: 5 lebih banyak daripada rumah sakit tipikal di Sumatera Utara 4 lebih banyak daripada rumah sakit tipikal di Sumatera 2.2. Populasi dan Sampel 2.2.1 Populasi Menurut Sugiono (2011:61) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian di tarik kesimpulannya. 4

5 Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien RS Umum Padang Sidempuan. 2.2.2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi( Sugiono, 2011: 11). Pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel diwilayah RS Umum Padang Sidempuan. Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin (Umar, 2003 : 120), yaitu: n = N 1+(N.e 2 ) dimana : n = jumlah elemen/anggota sampel N = jumlah elemen/anggota populasi e = error level (tingkat kesalahan) (catatan : umumnya digunakan 1% atau 0,01, 5% atau 0,05, dan 10% atau 0,1) catatan dapat dipilih oleh peneliti. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Menurut Sugiyono(2011 : 64) metode simple random sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. 2.3 Variabel Penelitian Variabel ialah sesuatu yang nilainya berubah-ubah menurut waktu atau berbeda menurut elemen/ tempat (Supranto : 2004). Umumnya nilai karakteristik merupakan variabel, diberi simbol huruf X. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah skill para perawat, fasilitas, pelayanan, kelengkapan obat, empati, dan ketanggapan. 5

6 2.4 Jenis Sumber Data Data merupakan komponen utama dalam statistika. Data adalah bahan baku yang jika diolah melalui berbagai analisis dapat melahirkan informasi, dimana dengan informasi tersebut dapat diambil suatu keputusan. Jenis dan sumber data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pengamatan di RS Umum Padang Sidempuan. Kuesioner diberikan pada responden yang merupakan pasien dari RS Umum Padang Sidempuan. 2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi dokumnetasi, baik dari buku, jurnal majalah dan situs internet yang mendukung penelitian ini. 2.5 Skala Pengukuran Skala pengukuran suatu prosedur pemberian angka atau simbol lain kepada sejumlah ciri suatu objek agar dapat menyatakan karakteristik angka pada ciri tersebut. Skala pengukuran oleh S.S Steven (1976) dibagi atas 4 bagian: a. Skala Nominal Skala nominal adalah skala pengukuran yang paling sederhana yang dilambangkan dengan kata-kata, huruf, simbol atau bilangan. Skala ini digunakan untuk mengklasifikasikan objek-objek atau kejadian-kejadian kedalam kelompok (kategori) yang terpisahuntuk menunjukan kesaman atau perbedaan ciri-ciri tertentu dari objek yang diamati. Pada skala nominal hasil pengukurannya bisa dibedakan tetapi tidak bisa diurutkan mana yang lebih tinggi, mana yang lebih rendah dan mana yang lebih di kesampingkan. Skala nominal merupakan skala yang paling rendah atau jenis pengukurannya terbatas. Contoh: Jenis kelamin, 1= pria; 2 = wanita. b. Skala Ordinal Skala ordinal adalah skala pengukuran yang selain mempunyai ciri untuk membedakan juga mempunyai ciri untuk mengurutkan pada rentang tertentu. Dengan membedakan skala ordinal objek-objek juga dapat digolongkan dlaam kategori tertentu. Angka atau huruf yang diberikan mengandung tingkatan, 6

7 sehingga dari kelompok terbentuk dapat dibuat peringkat yang menyatakan hubungan lebih dari atau kurang dari menurut aturan penataan tertentu. c. Skala Interval Skala interval adalah skala pengukuran yang mengelompokkan objekobjek ke dalam kelas-kelas yang mempunyai urutan dan perbedaan dalam jarak yang sama. Misalnya, suhu tertinggi pada bulan Maret dikota A, Kota B dan Kota C, berturut-turut adalah 20,23,16 derajat celcius. Kita dapat membedakan dan mengurutkan besarnya suhu di kota tersebut, sebab 1 derajat celcius menyatakan satu unti pengukuran yang tetap. d. Skala Rasio (Nisbah) Skala rasio adalah skala yang mempunyai 4 ciri, yaitu membedakan, mengurutkan, jarak yang sama, dan mempunyai titik nol tulen ( titik nol yang berarti) sehingga dapat menghitung rasio atau perbandingan antar nilai. Semua ciri skala interval menjadi ciri skala rasio, perbedaan antar nilai-nilai diketahui dan bernilai tetap, kategori-kategori nilai juga bersifat lepas. Hanya saja skala rasio mempunyai titik nol yang berarti dan rasio(perbandingan) antar dua nilai juga berarti. Misalnya, Pak Anto mempunyai uang nol rupiah, artinya Pak Anto tidak mempunyai uang. 2.6 Skala untuk Instrumen( Model Skala Sikap) Bentuk-bentuk skala sikap yang sering digunakan dalam penelitian ada 5 macam, yaitu: a. Skala Likert Skala likert digunakan untuk mengatur sikap, pendapatan dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial. Pada skala likert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi subvariabel. Kemudian subvariabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang terukur ini yang mana menjadi titik tolak untuk membuat item instrumen 7

8 yang berupa pertanyaan yang perlu dijawab responden. Setiap jawaban dilengkapi dengankata-kata, misalnya: Sangat setuju = 5 Setuju = 4 Ragu-ragu/ Tidak tahu = 3 Tidak Setuju = 2 Sangat Tidak Setuju = 1 b. Skala Gutman Skala Gutman mengukur suatu dimensi saja dari suatu variabel multidimensi. Skala Gutman adalah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten. Contoh : yakin tidak yakin, benar salah, setuju tidak setuju, dan sebagainya. c. Skala Diferensial Semantik Berisikan serangkaian bipolar (dua kutub). Responden diminta untuk menilai suatu objek atau konsep pada suatu skala yang mempunyai 2 ajektif yang bertentangan. Misalnya: panas-dingin, populer-tidak populer, bagus-buruk, dan sebagainya. d. Rating Scale Rating scale yaitu data mentah yang didapat berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Misalnya: ketat-longgar, lemah-kuat, positif-negatif e. Skala Thurstone Meminta responden untuk memilih jawaban yang ia setujui dari beberapa pertanyaan yang menyajikan pandangan-pandangan berbeda-beda. Pada umumnya asosiasi antara 1 sampai 9 tetapi nilai tidka diketahui oleh responden. 2.7 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitian dimaksudkan sebagai pencatatan peristiwa atau karakteristik dari sebagian peristiwa atau seluruh elemen proposal 8

9 penelitian. Pengumpulan data penelitian dapat dilakukan berdasarkan caracara tertentu. Adapun metode pengumpulan data yang diunakan secara umum adalah: a. Metode dokumentasi Adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Metode dokumnetasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang pasien RS Umum Padang Sidempuan. b. Metode Angket (kuesioner) Adalah pertayaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Metode ini digunakan untuk mencari tahu atau mengenal faktor strategi campuran pemasaran yang mepengaruhi keputusan pasien dalam kepuasan di RS Umum Padang Sidempuan. Untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing variabel yang pengumpulan datanya menggunakan angket (kuesioner), setiap indikator dari data yang dikumpulkan terlebih dahulu diklasifikasikan dan diberi skor atau nilai yaitu: Skor 5 jika jawaban responden sangat setuju Skor 4 jika jawaban responden setuju Skor 3 jika jawaban responden ragu-ragu/ tidak tahu Skor 2 jika jawaban responden tidak setuju Skor 1 jika jawaban responden sangat tidak setuju 3. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subjek penelitian. Teknik wawancara dialkukan jika peneliti memerlukan komunikasi atau ubungan dengan responden. 9

10 2.8 Uji Dalam Pengolahan Data 2.8.1 Uji Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu test atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Metode yang digunakan untuk menguji validitas adalah dengan korelasi Product moment yang rumusnya sebagai berikut: r xy= n ( XY ) ( X. Y) n x 2 ( x )²} {n Y 2 ( Y )² Keterangan: r xy = koefisien korelasi X = skor variabel Y= skor total N = Jumlah sampel Untuk menentukan valid tidaknya variabel adalah dengan cara mengkonsultasikan hasil perhitungan koefisien korelasi dengan tabel nilai koefisien (r) pada taraf kepercayaan 95%. Apabila r xy r tabel valid Apabila r xy < r tabel tidak valid (Ade fatma, 2007) 2.8.2 Uji Realibilitas Realibilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Pengukuran yang memiliki realibilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang realibilitas. Metode yang digunkan untuk menguji realibilitas adalah metode Alpha Cronbach. Variabel dikatakan realibel jika memberikan nilai alpha 10

11 Cronbach > 0,60 (Ade Fatma, 2007). Nilai Alpha Cronbach diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut: r = k k 1 1 σ b 2 σ t 2 Keterangan: r = nilai (koefisien) Alpha Cronbach k = banyaknya variabel penelitian 2 σ b = jumlah varians variabel penelitian 2 σ t = varians total 2.9 Analisis Faktor 2.9.1 Pengertian Analisis Faktor Analisis faktor adalah sebuah analisa yang mensyaratkan adanya keterkaitan antar variabel. Pada prinsipnya analisis faktor menyederhanakan hubungan yang beragam dan kompleks pada variabel yang diamati dengan menyatukan faktor atau dimensi yang saling berhubungan atau mempunyai korelasi pada suatu struktur data yang baru yang mempunyai set faktor lebih kecil. Data-data yang dimasukkan pada umumnya data metrik dan terdiri dari variabelvariabel dengan jumlah besar. Analisis faktor dapat digunakan di dalam situasi sebagai berikut: 1. Mengenali atau mengidentifikasi dimenesi yang mendasari (underlying dimensions) atau faktor, yang menjelaskan korelasi antara suatu set variabel. 2. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak berkorelasi (independent) ysng lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan suatu set variabel asli yang saling di dalam analisis 11

12 multivariate selanjutnya. Misalnya analisis regresi berganda dan analisis diskriminan. 3. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel yang penting dari suatu set variabel yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan di dalam analisi multivariate selanjutnya. 2.9.2 Model Analisis Faktor Secara matematis, analisis faktor hampir sama dengan analisis regresi. Yaitu dalam bentuk fungsi linear. Jumlah varians yang dikotribusi dari sebuah variabel dengan seluruh variabel lainnya lbih dikelompokkan sebagai komunitas. Kovarians diantara variabel dijelaskan terbatas dalam sejumlah komponen kecil ditambah sebuha faktor unnik untuk setiap variabel. Faktor-faktor tersebut tidak secara eksplisit diamati. Jika variabel distandarisasi, maka model analisis faktor dapat ditulis sebagai berikut: X i = B i1 F 1 + B i2 F 2 + B i3 F 2 + + B ij F j + + B im F m + V Dimana : X i = Variabel ke i yang dibakukan B ij = Koefisien regresi yang dibakukan untuk variabel i pada komponen faktor j F j = Komponen faktor ke j V i = Koefisien regresi yang dibakukan untuk variabel ke-i pada faktor yang unik ke-i µ i = Faktor unik variabel ke-i M = Banyaknya komponen faktor Faktor yang unik tidak berkolerasi dengan sesama faktor yang unik dan juga tidak berkorelasi dengan komponen faktor. Komponen faktor sendiri bisa 12

13 dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel-variabel yang terlihat/ terobservasi hasil penelitian lapangan. F i = W i1 W 1 + W i2 X 2 + W i3 X 3 + + W ik X k Dimana : F i = Perkiraan faktor ke i (didasarkan pada nilai variabel W i ) W i = Koefisien nilai faktor ke i k = Banyaknya variabel 2.9.3 Statistik yang Berkaitan Dengan Analisis Faktor Statistik yang berkaitan dengan faktor adalah : a. Barlett s test of sphericity Barlett s test of sphericity adalah uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis yang mengatakan bahwa variabel-variabel tersebut tidak berkorelasi dalam populasinya. Dengan kata lain, matriks korelasi populasi adalah sebuah matriks identitas, dimana setiap variabel berkorelasi dengan variabel itu sendiri. (r=1), tetapi tidak berkorelasi dengan variabel lainnya (r=0). Statistik uji barlett adalah sebagai berikut : X 2 = N 1 2p+5 6 1n R Dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = p = (p 1)/2 Keterangan : N= jumlah observasi p= jumlah variabel R = determinan matriks korelasi 13

14 b. Correlation matrix (Matriks Korelasi) Matriks korelasi adalah matriks yang menunjukan korelasi sederhana (r) antara seleruh kemungkinan pasangan variabel yang dilibatkan dalam analisis. Nilai atau seluruh kemungkinan pasangan variabel yang dilibatkan dalam analisis. Nilai atau angka pada diagonal utama semuanya sama yaitu 1. Jadi kalau ada 3 atau 4 variabel, bentuk matriks korelasi menjadi : n = 3 1 r 12 r 13 r 21 1 r 23 r 31 r 32 1 n = 4 1 r 12 r 13 r 14 r 21 1 r 23 r 24 r 31 r 32 1 r 34 r 41 r 42 r 43 1 c. Communality(Komunitas) Komunalitas adalah jumlah varian yang dikontribusi dari sebuah variabel dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis. Ini juga merupakan proporsi dari varians yang diterangkan oleh komponen faktor. Dimana : h i = λ 2 i1 + λ 2 2 i2 + + λ im h i = communality variabel ke-i ; i = 1,2,3,...m. λ im = nilai factor loading d. Eigenvalue (Nilai Eigen) Nilai eigen merupakan jumlah varians yang dijelaskan oleh setiap fator-faktor yang mempunyai nilai eigenvalue > 1, maka faktor tersebut akan dimasukkan ke dalam model. Definisi: 14

15 Jika A adalah sebuah matrix n x n, maka sebuah vector tak nol x pada R n disebut vector eigen (eigenvector) dari A jika Ax adalah sebuah kelipatan skalar dari x, jelasnya, Ax- λx Untuk skalar sebarang λ, skalar λ disebut nilai eigen (eigenvalue) dari A, dan x disebut sebagai vector eigen dari A yang terkait dengan λ. (Anton Howard,2000). e. Factor loadings (Faktor Muatan) Faktor muatan adalah korelasi sederhana antara variabel dengan faktor. f. Factor Loading Plot (Plot Faktor Muatan) Plot faktor muatan adalah suatu plot dari variabel asli dengan menggunakan factor loading sebagai koordinat. g. Factor Matrix (Faktor Matriks) Matriks faktr mengandung factor loading dari seluruh variabel dalam seluruh faktor yang dikembangkan. h. Kaiser Meyer Olkin (KMO) measure of sampling adequency Kaiser Meyer Olkin (KMO) merupakan suatu indeks yang digunakan untuk menguji ketepatan analisis faktor. Nilai yang tinggi (antara 0,5 1,0) mengidentifikasi analisis faktor tepat). Apabila dibawah 0,5 menunjukkan bahwa analisis faktor tidak tepat untuk diaplikasikan. KMO = Σ p p i=1 Σ k=1 p Σ i=1 p Σ k=1 r ik 2 + Σ i=1 2 r ik p p Σ k=1 2 α 1k, i 1,2,, p ; k = 1,2,, p 15

16 Keterangan : r ik = koefisien korelasi sederhana antara variabel ke-i dan ke-k α ik = koefisien korelasi parsial antara variabel ke-i dan ke-k Measure of Sampling Adequency (MSA) yaitu suatu indeks perbandingan antara koefisienkorelasi parsial untuk setiap untuk variabel. MSA digunakan untuk mengukur kecukupan sampel. i. Percentage of variance (Persentasi Varians) Persentasi varans adalah persentase total varians yang disumbangkan oleh setiap faktor. j. Residuals Residuals adalah selisih antara korelasi yang terobservasi berdasarka input correlation matrix dan korelasi hasil reproduksi yang diestimasi dari matriks faktor. k. Scree plot Scree plot adalah sebuah plot dari eigenvalue untuk menentukan banyaknya faktor. 2.12 Langkah-langkah analaisis Faktor Langkah-langkah dalam analisis faktr adalah sebagai berikut : 1.Merumuskan masalah 2. Membentuk matriks korelasi 3. Menentukan metode analisis faktor 4. Menentukan banyaknya faktor 5. Melakukan rotasi terhadap faktor 6. Membuat intrepretasi hasil rotasi dari faktor 7. Menentukan ketepatan model (model fit) 16

17 1. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah meliputi beberapa kegiatan. pertama, tujuan analisis faktor harus diidentifikasi. Variabel yang akan digunakan daam analisis faktor harus dispesifikasi berdasarkan penelitian sebelumnya, teori dan pertimbangan subjektif dari peneliti. Pengukuran variabel berdasarkan skala interval dan rasio. Besarnya sampel harus tepat, sebagai petunjuk umum besarnya sampel paling sedikit empat atau lima kali banyaknya variabel. 2. Membentuk matriks Korelasi Proses nalaisis didasarkan pada suatu matriks korelasi antar variabel. Agar analisis faktor menjadi tepat, variabel-variabel yang dikumpulkan harus berkorelasi. Dilakukan perhitungan matriks korelasi Σ pxp Matriks korelasi digunakan sebagai input analisis faktor. 3. Menghitung nilai karakteristik (eigenvalue) Perhitungan nilai karakteristik (eigenvalue), dimana perhitungan ini berdasarkan persamaan karakteristik : det(λi A) = 0 Dengan : A = matriks korelasi λ = eigenvalue I = matriks identitas Eigenvalue adalah jumlah varian yang dijelaskan oleh setiap faktor. (Anton Howard, 2000) 4. Menghitung vektor karakteristik (eigenvector) Penentuan vektor karakteristik (eigenvector) yang bersesuaian dengan nilai karaktristik (eigenvalue), yaitu dengan persamaan : Ax=λx Dengan: x=eigenvector,(anton Howard, 2000) 5. Menentukan Banyaknya Faktor Adalah beberapa prosedur yang dapat dipergunakan dalam menentukan banyaknya faktor yaitu, penentuan secara A priori, penentuan berdasarkan pada 17

18 eigenvalue, penentuan berdasarkan Scree plot, penentuan berdasarkan persentase varians, penentuan berdasarkan Split-Half Reliabilitiy, dan penentuan berdasarkan uji signifikan. a. Penentuan Secara A Priori Kadang-kadang karena adanya dasarr teori atau pengalaman sebelumnya, peneliti sudah dapat menentukan banyak faktor yang akan diekstraksi. Hampir sebagian besar program komputer memungkinkan peneliti untuk menentukan banayaknya faktor yang diinginkan dengan pendekatan ini. b. Penentuan Berdasarkan Eigenvalue Pada pendekatan ini, hanya faktor dengan eigenvalue lebih besarnya dari satu yang dipertahankan. Eigenvalue mempresentasikan besarnya sumbangan dari faktor terhadap varians seluruh variabel aslinya. Hanya faktor dengan varians lebih besar dari satu yang dimasukkan dalam model. Faktor dengan varians lebih kecil dari satu tidak lebih dari variabel aslinya, sebab variabel yang dibakukan (distandarisasi) yang berarti rata-ratanya nol dan divariasinya satu. c. Penentuan Berdasarkan Scree Plot Scree Plot merupakan plot dari nilai eigenvalue terhadap banyaknya faktor dalam ekstraksinya. Bentuk plot yang dihasikaan digunakan untuk menentukan banyaknya faktor. Biasanya plot akan berbeda antara slope tegak faktor, dengan eigenvalue yang besar dan makin kecil pada sisa faktor yang tidak perlu diekstraksi. d. Penentuan berdasarkan Persentase Varians Dalam pendekatan ini, banyaknya faktor yang diekstraksi ditentukan berdasarkan persentasi kumulatif varians mencapai tingkat yang memuaskan peneliti. Tingkat persentase kumulatif yang memuaskan peneliti tergantung kepada permasalahannya. Sebagai petunjuk umum bahwa ekstraksi faktor dihentikan kalau kumulatif persentase varians sudah mencapai paling sedikit 60% atau 75% dari seluruh varians variabel asli. e. Penentuan Split-Half Reliability 18

19 Sampel dibagi menjadi dua, dan analisis faktor diaplikasikan kepada masingmasing bagian. Hanya faktor yang memiliki faktor loading tinggi antar dua bagian itu yang akan dipertahankan. f. Penentuan Berdasarkan Uji Signifikan Dimungkinkan untuk menentukan signifikansi statisstik untuk eiganvalue yang terpisah dan mempertahankan fakto-faktor yang berdasarkan uji statistik eigenvaluenya signifikan pada α = 5% atau α = 1%. Penentuan banyaknya faktor dengan cara ini memiliki kelemahan, khususnya pada ukuran sampe yang besar misalnya diatas 200 responden, banyak faktor yang menunjukkan uji signifikan, walaupun dari pendangan praktis banyak faktor yang mempunyai sumbangan terhadap seluruh varians hanya kecil. 6. Menghitung matriks faktor loading Matriks loading factor (Ʌ) diperoleh dengan mengalikan matriks eigenvector (V) dengan akar dari matriks eigenvalue (L). Atau dalam persamaan matematis ditulis Ʌ = V x L 7. Melakukan Rotasi Faktor Sebuah output penting dari analisis faktor dalah matriks faktor atau disebut juga sebagai matriks faktor pola. Matriks faktor mengandung koefisien yang digunakan untuk mengekspresikan variabel yang dibakukan (distandarisasi) dinyatakan dalam faktor. Koefisien-koefisien tersebut atau faktor loadings merupakan korelasi antara faktor dengan variabelnya, Sebuah koefisien dengan nilai absolut yang besar mengindikasikan bahwa faktor dan variabel berkorelasi kuat. Koefisien tersebut bisa digunakan untuk menginterprestasi faktor. Walaupun faktor awal atau unroatated factor matrix mengindikasikan hubungan antara faktor dengan variabel individu tertentu, akan tetapi masih sulit. Diambil kesimpulannya tentang banyaknya faktor yang bisa diekstraksi, hal ini disebabkan karena faktor berkorelasi dengan banyaknya variabel atau sebaliknya variabel tertentu masih banyak berkorelasi dengan banyak faktor. Dalam merotasi faktor, diharapkan setiap faktor memiliki loading faktor atau koefisien yang tidak nol, atau signifikan hanya untuk beberapa variabel. Atau, diharapkan setiap variabel memiliki faktor loadings signifikan hanya dengan sedikit faktor, atau kalau mungkin dengan sebuah faktor. Rotasi tidak 19

20 berpengaruh terhadap komunalitas dan persentase total varians yang dijelaskan. Namun demikian, rotasi berpengaruh terhadap persentase varians dari setiap faktor. Beberapa metode rotasi yang bisa digunakan adalah orthogonal rotation, varimax rotation, dan oblique rotation. Orthogonal rotation adalah kalau sumbu dipertahankan tegak lurus sesamanya (bersudut 90 derajat). Yang paling banyak digunakan adalah varimax rotation, yaitu rotasi ortogonal dengan meminimumkan banyaknya variabel yang memiliki loadings tinggi pda sebuah faktor, sehingga lebih mudah menginterprestasikan faktor. Rotasi orotogonal menghasilkan faktor-faktor yang tidak berkorelasi. Oblique rotation adalah jika sumbu-sumbu tidak dipertahankan harus tegak lurus sesamanya (bersudut 90 derajat) dan faktor-faktor berkorelasi. Kadang-kadang, mentoleransi korelasi antar fakto-faktor bisa menyederhanakan matriks pola faktor. Oblique rotation harus dipergunakan kalau faktor dalam populasi berkorelasi sangat kuat. 8. Interprestasi Faktor Interprestasi dipermudah dengan mengidentifikasi variabel yang loadingnya besar pada faktor yang sama. Faktor tersebut kemudian dapat diinterprestasikan menurut variabel-variabel yang memiliki loading tinggi dengan faktor tersebut. Cara lain yang bisa digunakan adalah memalui pivot variabel dengan faktor loading sebagai koordinat. Variabel yang berada pada akhir sebuah sumbu adalah variabel yang memiliki loading tinggi hanya pada faktor yang bersangkutan, sehingga bisa digunakan untuk menginterprestasi faktor. Variabel yang berada di dekat titik origin memiliki loading yang rendah terhadap kedua faktor. Variabel yang tidak berada di dekat sumbu mengindikasi bahwa variabel tersebut berkorelasi dengan kedua faktor. Jika sebuah faktor tidak bisa secara jelas didefinisikan dalam batas variabel awalnya, maka disebut faktor umum. 9. Menentukan Ketetapan Model (model fit) Langkah terakhir dalam analisis faktor adalah menentukan ketetapan model (model fit). Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis faktor adalah korelasi terobservasi dapat menjadi atribut dari faktor atau komponen. Untuk itu, korelasi terobservasi dapat direproduksi memalalui estimasi korelasi antara variabel terhadap faktor. Selesih antara korelasi dari data observasi dengan korelasi 20

21 reproduksi dapat digunakan dengan mengukur ketetapan model. Selesih tersebut disebut sebagai residuals. Jika banyaj residual yang besar (residual > 0,05) berarti model faktor yang dihasilkan tidak tepat sehingga model perlu dipertimbangkan kembalikan. 21