PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya dalam rangka mendorong dan mempercepatkan pembangunan daerah bidang perekonomian adalah dengan mengembangkan dan memberdayakan Perusahaan Daerah sebagai salah satu sumber pendapatan bagi daerah; b. bahwa Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2001 tentang Perusahaan Daerah Kabupaten Karimun perlu dilakukan penyesuaian; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Perusahaan Daerah Kabupaten Karimun; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387); 2. Undang Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 181, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3902), yang telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 34 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kuantan Singingi dan Kota Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4880); 1
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 4. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756); 7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1999 tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KARIMUN dan BUPATI KARIMUN MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Karimun. 2. Kepala Daerah adalah Bupati Karimun. 2
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Karimun. 4. Perusahaan Daerah yang selanjutnya disebut Perusahaan adalah Perusahaan Daerah Kabupaten Karimun; 5. Direksi adalah Direksi Perusahaan Daerah Kabupaten Karimun. 6. Badan Pengawas adalah Badan Pengawas Perusahaan Daerah Kabupaten Karimun. 7. Pegawai adalah karyawan tetap/tidak tetap (kontrak dan Pegawai Harian Lepas) pada Perusahaan Daerah Kabupaten Karimun. BAB II PENDIRIAN Pasal 2 Perusahaan Daerah didirikan sebagaimana dimaksud didalam Peraturan Daerah Kabupaten Karimun Nomor 02 Tahun 2001 tentang Perusahaan Daerah Kabupaten Karimun. BAB III TEMPAT DAN KEDUDUKAN Pasal 3 Perusahaan Daerah berkedudukan dan berkantor pusat di Ibukota Kabupaten Karimun, dapat mempunyai unit kerja didalam daerah serta Kantor Perwakilan di luar daerah. BAB IV TUJUAN DAN LAPANGAN USAHA Pasal 4 Perusahaan Daerah didirikan dengan maksud dan tujuan: a. menyediakan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan ruang lingkup usahanya; b. meningkatkan Pendapatan Asli Daerah; c. turut serta melaksanakan pembangunan daerah. Pasal 5 (1) Perusahan Daerah bergerak di bidang : a. Pasar dan Pertokoan; b. Listrik; c. Apotik; d. Pengangkutan laut dan darat; e. Penyaluran bahan bakar cair; f. Kontraktor dan Leveransir; g. Perhotelan, Pariwisata, dan Jasa; h. Taman Hiburan dan rekreasi; i. Pertanian; j. Dan lain-lain. 3
(2) Pasar dan pertokoan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) huruf a tidak berlaku pada pasar Puan Maimun. BAB V MODAL Pasal 6 (1) Modal Perusahaan terdiri untuk seluruhnya atau untuk sebagian dari kekayaan daerah yang dipisahkan. (2) Modal Perusahaan tersebut pada ayat (1) diatas, dapat ditambah dengan Keputusan Bupati atas persetujuan DPRD. (3) Perusahaan Daerah mempunyai cadangan umum yang dibentuk dan dikembangkan menurut kemajuan perusahaan. BAB VI STRUKTUR ORGANISASI Pasal 7 Struktur Organisasi Perusahaan terdiri dari : a. Kepala Daerah; b. Direksi; c. Badan Pengawas. Bagian Kesatu Direksi Paragraf 1 Pengangkatan Pasal 8 Kepala Daerah mengangkat Direksi atas usul Tim Seleksi yang dibentuk Pemerintah Daerah setelah mendapatkan persetujuan dari DPRD. Badan Pengawas dengan Surat Keputusan setelah mendapatkan persetujuan da ri DPRD. Pasal 9 Kepala Daerah melaksanakan pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan Direksi sebelum menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan Peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 10 (1) Untuk diangkat menjadi Direksi harus memenuhi syarat-syarat umum dan syarat-syarat khusus. 4
(2) Syarat-syarat umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. Warga Negara Indonesia; b. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; d. Setia dan taat Kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah; e. Tidak pernah terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam setiap kegiatan yang mengkhianati Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 seperti G 30 S/PKI atau Organisasi terlarang lainnya; f. Mempunyai rasa pengabdian terhadap Nusa dan Bangsa terutama kepada Pemerintah Daerah; g. Tidak pernah dihukum penjara, karena melakukan tindak pidana dan tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri; h. Sehat rohani dan jasmani. (3) Syarat-syarat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. Pendidikan Minimal Strata satu (S-1) sederajat; b. Umur minimal 25 tahun; c. Mempunyai kepribadian dan sifat-sifat kepemimpinan; d. Mempunyai pengetahuan, kecakapan dan pengalaman pekerjaan yang cukup dibidang pengelolaan perusahaan; e. Jujur dan bertanggungjawab. Pasal 11 Direksi tidak dibenarkan untuk memangku jabatan rangkap sebagaimana tersebut dibawah ini : a. Direksi lainnya atau Perusahaan Swasta atau jabatan lain yang berhubungan dengan pengelolaan Perusahaan; b. Jabatan Struktural dan Fungsional lainnya dalam instansi/lembaga Pemerintah Pusat dan Daerah. Pasal 12 (1) Direksi terdiri atas sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang. (2) Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dengan persetujuan terlebih dahulu dari DPRD. (3) Salah seorang Direksi tersebut dalam ayat (1) ditetapkan sebagai Direktur Utama dan lainnya sebagai Direktur. (4) Penetapan Direktur U dilakjuan DPR Pasal 13 (1) Masa Jabatan Direksi adalah 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan yang sama. 5
(2) Pengangkatan kembali Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam Pasal 10. (3) Apabila seorang anggota Direksi berhenti atau diberhentikan sebelum masa jabatan berakhir, maka Kepala Daerah akan mengangkat Direksi Pengganti berdasarkan persetujuan DPRD dengan masa Jabatan penggantinya adalah sisa masa jabatan anggota Direksi yang digantikannya. Pasal 14 Direksi tidak boleh terikat hubungan keluarga dengan Bupati/Wakil Bupati atau Dewan Pengawas yang lain atau Direksi lain sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus atau kesamping termasuk menantu dan ipar. Paragraf 2 Tugas dan wewenang Pasal 15 Direksi dalam menjalankan Perusahaan mempunyai tugas : a. memimpin dan mengendalikan semua kegiatan Perusahaan; b. menyampaikan rencana kerja 4 (empat) Tahunan dan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan Tahunan kepada badan Pengawas untuk mendapat pengesahan; c. melakukan perubahan terhadap program kerja setelah mendapat persetujuan Badan Pengawas; d. membina pegawai; e. mengurus dan mengelola kekayaan Perusahaan; f. menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan; g. mewakili Perusahaan baik didalam maupun diluar pengadilan; h. menyampaikan laporan berkala mengenai seluruh kegiatan termasuk neraca dan perhitungan laba/rugi kepada Badan Pengawas. Pasal 16 Direksi dalam mengelola Perusahaan mempunyai wewenang sebagai berikut: a. Mengangkat dan memberhentikan pegawai; b. Mengangkat, memberhentikan dan memindah tugaskan pegawai dari jabatan dibawah direksi; c. Menandatangani neraca dan perhitungan laba/rugi; d. Menandatangani ikatan hukum dengan pihak lain. 6
Pasal 17 (1) Direksi memerlukan persetujuan Kepala Daerah setelah mendapat pertimbangan dari Badan Pengawas dalam hal: a. Mengadakan kerjasama usaha patungan (joint Venture) dan kerjasama operasional (joint operation); b. Mengikatkan perusahaan sebagai penjamin; c. Menghapus dan/atau memindahtangankan asset - asset bergerak dan tidak bergerak; d. Mengadakan investasi modal dan atau penyertaan modal pada badan usaha lain. (2) Persetujuan Kepala Daerah dalam hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diberikan setelah mendapat persetujuan DPRD. Paragraf 3 Tahun Buku, Laporan Keuangan dan Tahunan Pasal 18 (1) Tahun Buku Perusahaan adalah tahun takwim. (2) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun buku, direksi menyampaikan laporan keuangan kepada kepala daerah melalui ketua Badan Pengawas untuk mendapatkan pengesahan, yang terdiri dari neraca dan perhitungan laba/rugi tahunan setelah diaudit oleh akuntan publik. (3) Neraca dan perhitungan laba/ rugi tahunan yang telah mendapatkan pengesahan dari kepala daerah memberikan pembebasan tanggung jawab kepada Direksi dan Badan Pengawas. (4) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya tahun buku, Direksi telah mengajukan rencana kerja dan anggaran perusahaan kepada Kepala Daerah melalui Badan Pengawas. (5) Apabila pada tanggal 31 Desember Tahun Berjalan Badan Pengawas belum mengesahkan rencana kerja dan anggaran perusahaan yang diajukan, dianggap telah disahkan. Paragraf 4 Penghasilan Pasal 19 Direksi menerima gaji, penghasilan dan fasilitas lainnya menurut ketentuan yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. 7
Paragraf 5 Pemberhentian Pasal 20 Direksi dapat diberhentikan dengan alasan: a. Atas permintaan sendiri; b. Meninggal dunia; c. Karena kesehatan sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya; d. Tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan program kerja yang telah disetujui; e. Terlibat dalam tindakan yang merugikan perusahaan; f. Dihukum pidana berdasarkan putusan pengadilan negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Pasal 21 (1) Apabila Direksi diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 Huruf c, huruf d dan huruf e, Badan Pengawas segera melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan. (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Direksi sebagaimana pada ayat (1) terbukti, Badan Pengawas segera melaporkan kepada Kepala daerah. Pasal 22 Kepala Daerah paling lama 12 (dua belas) hari kerja setelah menerima laporan hasil pemeriksaan Badan Pengawas, sudah mengeluarkan: a. Surat Keputusan Kepala Daerah tentang pemberhentian sebagai Direksi bagi Direksi yang melakukan perbuatan pada Pasal 20 huruf c, huruf d dan huruf f ; b. Surat keputusan kepala daerah tentang pemberhentian sementara sebagai Direksi bagi Direksi yang melakukan perbuatan pada Pasal 20 huruf e. Pasal 23 (1) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a, huruf b dan huruf c, diberhentikan dengan hormat. (2) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf d, huruf e dan huruf f, diberhentikan tidak dengan hormat. (3) Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b selain diberikan uang duka sebesar 3 (tiga) kali penghasilan yang diterima pada bulan terakhir juga diberikan uang penghargaan yang besarnya ditetapkan secara proporsional sesuai masa jabatannya. (4) Direksi yang berhenti karena habis masa jabatannya dan tidak diangkat kembali diberikan uang penghargaan sesuai dengan kemampuan Perusahaan. 8
(5) Apabila Direksi berhenti atau diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir, maka kepala daerah mengangkat pelaksana tugas (PLT) berdasarkan persetujuan DPRD dengan masa jabatan selama sisa masa jabatan Direksi yang digantikannya. Pasal 24 Paling lama 3 (tiga) bulan sebelum masa jabatan Direksi berakhir, Badan Pengawas sudah mengajukan calon Direksi kepada Kepala Daerah. Paragraf 6 Penunjukan Pejabat Sementara Pasal 25 (1) Apabila sampai berakhirnya masa jabatan Direksi, pengangkatan Direksi baru masih dalam proses penyelesaian, Kepala Daerah dapat menunjuk/mengangkat Direksi yang lama atau seorang Pejabat Struktural sebagai pejabat sementara. (2) Pengangkatan pejabat sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah. (3) Keputusan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku paling lama 6 (enam) bulan. (4) Pejabat sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilakukan pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan. Bagian Kedua Badan Pengawas Paragraf 1 Pengangkatan Pasal 26 (1) Badan Pengawas diangkat oleh Kepala Daerah. (2) Batas usia Badan Pengawas Minimal 25 (dua puluh lima) Tahun Maksimal 60 (enam puluh) tahun. (3) Badan Pengawas berasal dari unsur perangkat daerah dan professional dibidangnya yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Daerah. (4) Untuk dapat diangkat sebagai Badan Pengawas, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Menyediakan waktu yang cukup; 9
b. Tidak terikat hubungan keluarga dengan Kepala Daerah atau dengan Badan Pengawas atau dengan Direksi sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus maupun kesamping termasuk menantu dan ipar; c. Mempunyai Pengalaman dalam bidang keahliannya minimal 5 (lima) tahun. (5) Pengangkatan Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Daerah. Pasal 27 Jumlah Badan Pengawas paling banyak 3 (tiga) orang, seorang diantaranya dipilih menjadi Ketua merangkap Anggota, Seorang sebagai Sekretaris merangkap anggota dan Seorang anggota. Pasal 28 (1) Badan Pengawas diangkat paling banyak 2 (dua) kali masa jabatan. (2) Masa jabatan Badan Pengawas ditetapkan selama 3 (tiga) tahun. (3) Pengangkatan Badan Pengawas yang kedua kali dilakukan: a. Mampu mengawasi Perusahaan sesuai dengan Program Kerja; b. Mampu memberikan saran kepada Direksi agar Perusahaan mampu bersaing dengan Perusahaan lainnya; c. Mampu memberikan pendapat mengenai peluang usaha yang menguntungkan di masa yang akan datang. Pasal 29 Badan Pengawas mempunyai tugas sebagai berikut: a. Mengawasi kegiatan operasional Perusahaan; b. Memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap pengangkatan dan pemberhentian Direksi; c. Memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap Program Kerja yang diajukan oleh Direksi; d. Memberikan pendapat dan saran kepada Kepala Daerah terhadap Laporan Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi; e. Memberikan pendapat dan saran atas Laporan Kinerja Perusahaan. Pasal 30 Badan Pengawas mempunyai wewenang sebagai berikut: a. Memberi peringatan kepada Direksi yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan program kerja yang telah disetujui; b. Memeriksa Direksi yang diduga merugikan Perusahaan; c. Mengesahkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan; d. Menerima atau menolak pertanggung jawaban Keuangan dan Program Kerja Direksi tahun berjalan. 10
Pasal 31 (1) Untuk membantu tugas Badan Pengawas dibentuk Sekretariat yang terdiri dari 2 (dua) orang. (2) Honorarium Sekretariat ditetapkan oleh Badan Pengawas dan dibebankan kepada perusahaan yang bersangkutan. Paragraf 2 Penghasilan Pasal 32 Badan Pengawas karena tugasnya menerima honorarium yang dibebankan kepada Perusahaan Daerah. Pasal 33 (1) Ketua Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 40 % (empat puluh perseratus) dari penghasilan Direktur Utama. (2) Sekretaris Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 35 % (tiga puluh lima perseratus) dari penghasilan Direktur Utama. (3) Anggota Badan Pengawas menerima honorarium sebesar 30 % (tiga puluh perseratus) dari penghasilan Direktur Utama. Paragraf 3 Pemberhentian Pasal 34 Badan pengawas dapat diberhentikan dengan alasan : a. Atas permintaan sendiri; b. Meninggal dunia; c. Karena kesehatan sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya; d. Tidak melaksanakan tugas dan wewenangnya; e. Terlibat dalam tindakan yang merugikan Perusahaan; f. Di hukum pidana berdasarkan putusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Pasal 35 (1) Apabila Badan Pengawas diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf c, huruf d dan huruf e Kepala Daerah segera melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan. 11
(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti melakukan perbuatan yang dituduhkan Kepala Daerah paling lama 12 (dua belas) hari kerja segera mengeluarkan: a. Surat Keputusan Kepala Daerah tentang pemberhentian sebagai Badan Pengawas bagi Badan pengawas yang melakukan perbuatan dalam Pasal 34 huruf c, huruf d dan huruf f ; b. Surat Keputusan Kepala Daerah tentang pemberhentian sementara sebagai Badan Pengawas bagi Badan Pengawas yang melakukan perbuatan dalam Pasal 34 huruf e. BAB VII RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) Pasal 36 (1) RUPS dilaksanakan minimal 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun yaitu, untuk pembahasan dan pengesahan anggaran dan penetapan hasil usaha. (2) RUPS segera dilaksanakan setelah Direksi menyampaikan Rencana Kerja Anggaran dan Laporan Keuangan yang telah di Audit oleh Lembaga Audit yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah. (3) Bagian dari laba bersih Perusahaan yang menjadi hak Pemerintah Daerah diputuskan melalui RUPS, disetor ke Kas Daerah selambatlambatnya akhir Tahun Anggaran yang bersangkutan. BAB VIII PENETAPAN DAN PENGGUNAAN LABA BERSIH Pasal 37 Penggunaan laba bersih setelah mendapatkan hasil audit ditetapkan sebagai berikut: a. Disetorkan kepada Pemerintah Daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah sebesar 55 % (lima puluh lima perseratus). b. Dikelola oleh Perusahaan Daerah sebesar 45% (empat puluh lima perseratus), dengan rincian sebagai berikut: 1. Untuk Cadangan Umum, Sosial dan Pendidikan 25% (dua puluh lima perseratus). 2. Jasa Produksi sebesar 20% (dua puluh perseratus). BAB IX KEPEGAWAIAN Pasal 38 (1) Direksi mengangkat dan memberhentikan Pegawai berdasarkan Peraturan Bupati tentang Kepegawaian Perusahaan. (2) Gaji, tunjangan dan penghasilan Direksi dan Pegawai ditetapkan oleh Kepala Daerah dan RUPS. 12
BAB X TUNTUTAN GANTI RUGI DAN TANGGUNGJAWAB Pasal 39 (1) Direksi atau Pegawai yang karena perbuatannya atau kelalaiannya telah menimbulkan kerugian bagi Perusahaan, diwajibkan mengganti kerugian tersebut. (2) Ketentuan-ketentuan tentang tuntutan ganti rugi terhadap Pegawai Negeri berlaku sepenuhnya terhadap Pegawai Perusahaan. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 40 (1) Pengelolaan Air Minum yang merupakan unit Usaha Perusahaan Daerah Karimun, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2001 akan berdiri sendiri berbentuk Badan Usaha Milik Daerah yang akan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah. (2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Karimun Nomor 02 Tahun 2001 tentang Perusahaan Daerah Kabupaten Karimun di cabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 41 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya dan memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dalam Lembaran Daerah Kabupaten Karimun. Diundangkan di Tanjung Balai Karimun pada tanggal 5 April 2013 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KARIMUN, ttd. ANWAR HASYIM Ditetapkan di Tanjung Balai Karimun pada tanggal 5 April 2013 BUPATI KARIMUN, ttd. NURDIN BASIRUN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2013 NOMOR 1 13