I. PENDAHULUAN. kemampuan, sikap dan bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai di dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Dara Lugina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

I. PENDAHULUAN. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No 19 tahun 2005, tentang tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. demokratis serta bertanggung jawab (Syaiful Sagala, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, budaya serta nilai-nilai yang positif yang ada dari satu generasi ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Hal ini dapat terlihat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Ika Rostika, Pengaruh Penggunaan Model Cooperative Learning Melalui Metode Stad Terhadap Pemahaman Konsep Dasar Akuntasi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen yang penting dalam. pembangunan suatu bangsa, karena melalui pendidikan inilah dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

pengetahuan dan teknologi perlu adanya pembaharuan dalam sistem pendidikan secara terarah dan terencana maka Undang-Undang Republik Indonesia No 20

1. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pilar utama dalam pembentukan mental/karakter seorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri tiap individu. Upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan. kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. lembaga pendidikan di negara kita. Tujuan pendidikan nasional sebagaimana. mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan sekelompok orang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah suatu keseluruhan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai di dalam masyarakat dimana dia hidup (V.Good dalam Arif Rohman, 2009 : 11). Pendidikan juga merupakan proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu, bagi kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi berikutnya (Crowand Crow dalam Arif Rohman, 2009 : 6) Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional Indonesia dijelaskan penyelenggaraan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk 2 berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativiatas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik,melalui proses perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya pembelajaran yang efektif dan efisien. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan penentu kemajuan bangsa. Kemajuan kehidupan suatu bangsa sangat tergantung pada keterampilan dan pengetahuan warga negaranya. Oleh karena itu kualitas pendidikan harus senantiasa ditingkatkan. Sebagai institusi pendidikan formal, sekolah memiliki fungsi dan peranan yang sangat strategis dalam pembentukan generasi di masa depan yang trampil, bertakwa dan memiliki pengetahuan yang berwawasan lingkungan. Siswa diharapkan di masa depan sebagai generasi penerus akan lebih meningkatkan kualitas lingkungan untuk kepentingan hajat hidup orang banyak. Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, berbagai pihak telah berupaya dengan berbagai cara, seperti meningkatkan sarana dan prasarana belajar, perbaikan kurikulum dan peningkatan mutu para pendidik. Penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan sangat banyak mengalami masalah-masalah, baik dalam hal pemerataan pendidikan, kesempatan belajar dan kurangnya sarana dalam pendidikan serta kurangnya sumber belajar yang tersedia dan pemanfaatannya dalam membantu pelaksanaan proses pembelajaran.

Salah satu alternatif pemecahan masalah pendidikan tersebut, yaitu melalui 3 penerapan teknologi pembelajaran, yaitu dengan memberdayakan sumber sumber belajar, yang dirancang, dimanfaatkan dan dikelola untuk tujuan pembelajaran. Sumber belajar merupakan komponen dalam sistem pembelajaran yang merupakan sumber-sumber belajar yang dirancang terlebih dahulu dalam proses desain atau pemilihan dan pemanfaatan dan dikombinasikan menjadi sistem pembelajaran yang lengkap untuk mewujudkan keterlaksanaan dalam proses belajar yang bertujuan dan terkontrol. (Miarso dalam Bambang Warsita, 2008 : 210) Sekarang ini sistem pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang menggunakan sistem KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Jadi, pendidikan tidak hanya ditekankan pada aspek kognitif saja tetapi juga aspek afektif dan psikomotor. Metode pembelajaran yang kurang efektif dan efisien, menyebabkan tidak seimbangnya kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Misalnya pembelajaran yang monoton dari waktu ke waktu, guru yang bersifat otoriter dan kurang bersahabat dengan siswa, sehingga siswa merasa bosan dan kurang minat belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi kimia di SMA Bina Mulya Bandar Lampung, diketahui bahwa perolehan nilai rata-rata tes ulangan siswa materi pokok hukum-hukum dasar kimia pada tahun pelajaran 2009-2010 yaitu 45,56. Nilai tersebut berasal dari 35 siswa dan yang memperoleh nilai 60 sebanyak 42,85%. Perolehan nilai tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh guru dan sekolah. 4 Kriteria Ketuntasan Minimal sekolah adalah 80% siswa telah mencapai nilai 60. Pada tahun pelajaran 2009-2010 penyampaian materi hukum-hukum dasar kimia dilakukan dengan metode ceramah yang disertai latihan, serta guru belum memperhatikan kemampuan awal siswa. Dengan metode tersebut aktivitas siswa lebih banyak mendengarkan dan mencatat materi yang diberikan oleh guru, sehingga siswa kurang aktif untuk belajar. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab perolehan nilai penguasaan konsep kimia siswa tidak mencapai ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan sekolah. Adanya kendala tersebut menjadi faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kimia. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan diharapkan terjadinya peningkatan prestasi belajar. Salah satu strategi pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran kimia adalah model pembelajaran kooperatif. Dalam Pembelajaran kooperatif ada model pembelajaran secara berkelompok, dan untuk menyelesaikan suatu masalah siswa memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya. Pada pembelajaran berkelompok siswa diharapkan mampu meningkatkan prestasi dan kemampuan secara sosial. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe Student Teams Achievement Division (STAD) adalah salah satu contoh pembelajaran berkelompok dimana tipe STAD sebelum pembentukan kelompok siswa diberikan terlebih dahulu materi yang akan didiskusikan bersama kelompok, tetapi pada tipe Jigsaw sebelum pembelajaran dibentuk kelompok terlebih dahulu

5 dan adanya tim ahli yang dijelaskan oleh guru, sehingga secara umum sama-sama dapat meningkatkan prestasi belajar. Dalam kegiatan pembelajaran, prestasi belajar merupakan suatu persoalan atau keadaan yang selalu menjadi bahan pemikiran, tidak hanya para ahli pendidikan dan pemerintah tetapi juga kepala sekolah beserta guru yang bertanggung jawab langsung dalam pelaksanaan kegiatan operasional pembelajaran di sekolah. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang diperlihatkan oleh siswa setelah mereka mengikuti proses pembelajaran. Materi pokok hukum-hukum dasar kimia terdiri dari sub materi hukum Lavoiser, hukum Proust, hukum Dalton, dan hukum Gay-Lussac. Karakteristik materi pokok hukum-hukum dasar kimia merupakan materi kimia yang bersifat makroskopik (dapat di eksperimenkan) dan bersifat mikroskopik (tidak dapat dieksperimenkan). Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, diduga bahwa hasil belajar tidak saja ditentukan oleh faktor eksternal namun juga internal siswa, misalnya kemampuan awal siswa dalam belajar sangat mempengaruhi perolehan peningkatan prestasi belajar kimia. Karena secara nyata siswa memiliki kompetensi untuk berbuat sesuatu yang baik selama maupun setelah pembelajaran. Kemampuan awal siswa akan menimbulkan optimisme sehingga siswa mampu menyikapi setiap persoalan yang dihadapi khususnya ketika mereka menghadapi pelajaran kimia. Perbedaan kemampuan awal mengakibatkan perbedaan kemampuan untuk mengelaborasi informasi baru untuk membangun struktur kognitif. Pengetahuan

tentang tingkat kemampuan awal diperlukan oleh guru untuk menentukan 6 pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajarannya di kelas. Dengan memahami tingkat kemampuan awal, guru dapat membantu siswa memperlancar proses pembelajaran yang dilakukan dan memperkecil peluang kesulitan yang dihadapi siswa. Adakalanya satu materi tertentu memerlukan prasyarat pengetahuan sebelumnya. Jika pengetahuan prasyarat ini belum dikuasai dan guru sudah melanjutkan pada materi berikutnya bisa dipastikan bahwa siswa akan kesulitan mengikuti pelajaran. Hal ini bisa dideteksi melalui perilaku siswa. Siswa yang tidak dapat mengikuti materi yang sedang dibahas oleh guru cenderung berperilaku menyimpang seperti melamun, menulis, atau menggambar yang tidak ada hubungannya dengan materi pelajaran, berbicara sendiri atau kegiatan-kegiatan lain yang tidak terkait dengan isi pembelajaran. Sungguhpun demikian, penerapan pembelajaran kooperatif bisa saja mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap prestasi belajar siswa yang berbeda-beda karakteristiknya. Pada pembelajaran kooperatif terdapat interaksi antar siswa dalam kelompok, bisa saja penerapan pembelajaran kooperatif tersebut dipengaruhi oleh kondisi latar belakang siswa, siswa dengan kemampuan awal yang tinggi cenderung lebih mudah menyelesaikan tugas dengan baik, sementara siswa yang berkemampuan awal rendah cenderung akan mengalami hambatan dalam proses belajarnya. Model pembelajaran kooperatif yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif,

dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 5 orang secara 7 heterogen dan bekerja sama, saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lain. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi, sangat beralasan untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD. 1.2 Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Guru belum memperhatikan kemampuan awal siswa dalam pelajaran kimia. 2. Rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kimia khususnya materi hukum-hukum dasar kimia di kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung. 3. Para guru belum tepat dalam memilih dan menggunakan pendekatan / strategi pembelajaran. 4. Dominasi guru masih sangat tinggi dalam kegiatan pembelajaran. 1.3 Pembatasan Masalah Untuk menghilangkan bias dalam penelitian ini dan mengefektifkan proses, peneliti memberikan rambu-rambu pengkajian sebagai berikut : 1. Guru belum memperhatikan kemampuan awal siswa dalam pelajaran kimia.

2. Rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kimia khususnya materi hukum-hukum dasar kimia di kelas X SMA Bina Mulya Bandar Lampung. 8 3. Para guru belum tepat dalam memilih dan menggunakan pendekatan / strategi pembelajaran. 1.4 Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada interaksi antara kemampuan awal siswa dan pembelajaran kooperatif dengan prestasi belajar siswa? 2. Apakah ada perbedaan penguasaan konsep siswa antara yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD? 3. Apakah ada perbedaan penguasaan konsep siswa yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan yang belajar melalui pembelajaran tipe STAD pada siswa yang berkemampuan awal tinggi? 4. Apakah ada perbedaan penguasaan konsep siswa yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan yang belajar melalui pembelajaran tipe Jigsaw pada siswa yang berkemampuan awal rendah?

1.5 Tujuan Penelitian 9 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Interaksi antara kemampuan awal siswa dan pembelajaran kooperatif dengan prestasi belajar siswa. 2. Perbedaan penguasaan konsep siswa antara yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. 3. Perbedaan penguasaan konsep siswa yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa berkemampuan awal tinggi. 4. Perbedaan penguasaan konsep siswa yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan yang belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siswa berkemampuan awal rendah. 1.6 Manfaat penelitian 1.6.1 Secara Teoritis Hasil penelitian secara teoritis dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, Khususnya bagi Teknologi Pendidikan dalam kawasan design. 1.6.2 Secara Praktis Secara praktis penelitian ini di harapkan bermanfaat untuk : 1. Guru, dapat memberikan gambaran perbedaan prestasi belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kimia siswa SMA 10 kelas X. 2. Peneliti, memberikan wawasan yang positif untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.