DUKUNGAN INDONESIA TERHADAP KEANGGOTAAN TIMOR LESTE DI ASEAN

dokumen-dokumen yang mirip
Kompleksitas Sengketa Celah Timor

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

KONTROVERSI PERPRES NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

TINDAK LANJUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG VERIFIKASI PARTAI POLITIK

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

PERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN

Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Berusaha

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERSETUJUAN CADANGAN BERAS DARURAT ASEAN PLUS TIGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG

PROTOKOL 5 MENGENAI KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA DAN KEEMPAT YANG TIDAK TERBATAS ANTARA IBUKOTA NEGARA ASEAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

TERPILIHNYA MAHATHIR MOHAMAD SEBAGAI PERDANA MENTERI DAN HUBUNGAN INDONESIA-MALAYSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

Kinerja Ekspor Nonmigas Indonesia Tahun 2017

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Forum ASEAN tentang Pekerja Migran (AFML) ke-9 Pertemuan Persiapan Tripartit Nasional

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG TUNJANGAN OPERASI PENGAMANAN BAGI

BAB V PENUTUP. Akhir-akhir ini masalah yang menjadi keprihatinan umat manusia di seluruh dunia dan


PROTOKOL UNTUK MENGUBAH BEBERAPA PERJANJIAN EKONOMI ASEAN TERKAIT DENGAN PERDAGANGAN BARANG

BAB I PENDAHULUAN. dan membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menjadi tahun 2015 pada

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. jasa, aliran investasi dan modal, dan aliran tenaga kerja terampil.

Memperkuat Persahabatan dan Kerja Sama

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

2008, No hukum dan kejelasan kepada warga negara mengenai wilayah negara; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

Menghubungkan Masyarakat dan Budaya

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. geografis. Kecenderungan inilah yang sering dinamakan regionalisme.

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

REVISI PROYEK STRATEGIS NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA)

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat global yang terpenting masa kini. 1 Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. adanya pengaturan mengenai perjanjian (treaties), hak dan kewajiban raja, hukum

PESAN AIPA OLEH Y.M. TAN SRI DATUK SERI PANGLIMA PANDIKAR AMIN BIN HAJI MULIA PRESIDEN AIPA & KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT MALAYSIA

MENGAPA INDONESIA MENJADI SASARAN SINDIKAT NARKOBA INTERNASIONAL?

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

LAMPIRAN. Pasal 1 Definisi. Untuk maksud-maksud Persetujuan ini, kecuali konteksnya mensyaratkan sebaliknya;

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

Perjanjian Kemitraan Berdasarkan Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata), perjanjian merupakan suatu peristiwa di

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan masyarakat tidak terlepas dari pranata-pranata hukum

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA PEMBUKAAN KONVENSI NASIONAL GUGUS KENDALI MUTU-INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (GKM-IKM)

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

Kuis. Kuis. A. Hubungan Indonesia dengan Asia Tenggara dari Masa ke Masa. Manakah negara yang wilayahnya paling luas di Asia Tenggara?

Indonesia Malaysia Singapura Vietnam Filipina. Thailand Brunei Darussalam Kamboja Laos Myanmar

PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM. Penyunting Poltak Partogi Nainggolan

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEDELAPAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang terus bertambah tiap tahunnya. Berdasarkan data Departemen

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

PERAN MANAJEMEN KINERJA DALAM KEMANDIRIAN POS PEMBERDAYAAN KELUARGA (POSDAYA)

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM. goe-politik dan ekonomi dari Negara-negara di kwasan Asia Tenggara, yang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

Transkripsi:

Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS Vol. X, No. 13/I/Puslit/Juli/2018 DUKUNGAN INDONESIA TERHADAP KEANGGOTAAN TIMOR LESTE DI ASEAN 7 Rizki Roza Abstrak Presiden Timor Leste melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia, bertemu dengan Presiden Joko Widodo dan pimpinan DPR RI. Berbagai isu dibahas dalam pertemuan tersebut, antara lain dukungan Indonesia terhadap keanggotaan Timor Leste di ASEAN. Menerima permohonan pada tahun 2011, hingga saat ini ASEAN belum memutuskan untuk menerima secara resmi Timor Leste sebagai anggota. Transformasi yang sedang dijalankan ASEAN pasca-diadopsinya Piagam ASEAN menyebabkan organisasi ini lebih berhati-hati dalam memutuskan perluasan keanggotaan. Keterbatasan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia dan kondisi perekonomian Timor Leste dikhawatirkan akan menjadi penghambat percepatan pembangunan ekonomi yang sedang diupayakan ASEAN. Pelambatan transformasi ASEAN dikhawatirkan akan melemahkan peran sentral ASEAN di kawasan. Kondisi ini harus direspons dengan tepat oleh Indonesia yang telah berkomitmen memberikan dukungan. Indonesia, baik pemerintah maupun DPR, perlu memastikan dukungan yang diberikan tidak berpotensi melemahkan peran sentral ASEAN, melainkan memacu kesiapan dan kelayakan Timor Leste untuk bergabung dengan ASEAN. PUSLIT BKD Pendahuluan Presiden Joko Widodo pada akhir Juni 2018 menerima kunjungan Presiden Republik Demokratik Timor Leste, Francisco Guterres Lu Olo, di Istana Kepresidenan Bogor. Presiden Guterres juga melakukan kunjungan ke DPR. Dalam pertemuanpertemuan itu, berbagai hal dibahas oleh para pemimpin kedua bangsa, seperti mengenai batas wilayah antara kedua negara dan upaya peningkatan kerja sama di sejumlah bidang. Salah satu hal menarik yang disampaikan Presiden Guterres dalam kunjungannya adalah terkait pencalonan keanggotaan Timor Leste di ASEAN. Guterres menyampaikan terima kasih atas dukungan dan usaha Indonesia agar Timor Leste dapat menjadi anggota ASEAN. Hal ini menarik untuk dikaji kembali mengingat keinginan Timor Leste untuk menjadi anggota ASEAN sudah dimulai sejak awal berdiri menjadi negara berdaulat, dan Indonesia merupakan negara pertama yang menyatakan dukungan saat

Timor Leste mengajukan permohonan secara resmi ke ASEAN pada tahun 2011. Kenyataannya, hingga saat ini ASEAN belum memberi kepastian kapan Timor Leste dapat diterima sebagai anggota. Mengapa proses pencalonan keanggotaan Timor Leste harus melewati proses panjang? Apa arti penting dukungan Indonesia? Bagaimana bentuk dukungan yang perlu Indonesia berikan? Tulisan singkat ini akan mencoba menjelaskan persoalan itu dengan terlebih dahulu menguraikan apa persyaratan yang harus dipenuhi Timor Leste untuk dapat diterima menjadi anggota ASEAN. Perluasan Keanggotaan ASEAN Berdiri pada tahun 1967, ASEAN merupakan asosiasi yang terbuka untuk negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara selama negara-negara tersebut memiliki komitmen yang sama terhadap tujuan pembentukan kerja sama ASEAN. Meskipun ASEAN tidak mensyaratkan kondisi tertentu terkait ekonomi, politik, sistem ideologis, orientasi maupun tingkat pembangunan suatu negara untuk menjadi anggota ASEAN, namun, sebagaimana disebutkan dalam Deklarasi Bangkok, setiap calon anggota harus menerima atau menjadi bagian dari seluruh perjanjian, deklarasi, dan kesepakatan di ASEAN, dan tentunya secara geografis merupakan bagian dari kawasan Asia Tenggara. Negara calon anggota hanya diharuskan untuk berperan sebagai observer atau negara pengamat sebelum secara resmi diangkat menjadi anggota, dengan tujuan agar mengetahui mekanisme dan prinsip-prinsip yang dijalankan ASEAN. Selanjutnya keanggotaan akan dibahas dan disepakati secara konsensus dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) dan diresmikan melalui upacara penerimaan khusus. Proses yang cukup longgar ini memungkinkan keanggotaan ASEAN berkembang cukup cepat. ASEAN yang awalnya hanya beranggotakan lima negara pendiri mulai menerima anggota baru pada tahun 1984, yaitu Brunei Darussalam sebagai anggota ke-6, disusul oleh Vietnam pada 1995, Laos dan Myanmar pada 1997, serta Kamboja pada 1999. Jadi, perluasan keanggotaan bukan merupakan hal baru bagi ASEAN. Perkembangan lingkungan strategis regional dan internasional mendesak ASEAN untuk membenahi diri dan melakukan perubahan demi penguatan menghadapi tantangan masa depan. Dengan diadopsinya Piagam ASEAN (ASEAN Charter) pada tahun 2008, ASEAN bertransformasi dari sebuah asosiasi politik yang longgar menjadi organisasi internasional yang memiliki dasar hukum yang kuat, dengan aturan yang jelas, serta memiliki struktur organisasi yang efektif dan efisien. Transformasi ASEAN juga mempengaruhi bagaimana mekanisme ASEAN menerima anggota baru. Berbeda dengan perluasan keanggotaan sebelumnya yang tampak lebih longgar, Timor Leste harus menghadapi persyaratan keanggotaan yang telah diatur dalam Piagam ASEAN. Meskipun telah memenuhi kriteria-kriteria umum seperti secara geografis diakui berada di kawasan Asia Tenggara dan sepakat untuk tunduk pada Piagam, Timor Leste harus melewati prosedur lain yang sebelumnya tidak ada dalam Deklarasi Bangkok. Pasal 6 Piagam ASEAN menyatakan bahwa prosedur pengajuan dan penerimaan keanggotaan ASEAN wajib diatur oleh Dewan Koordinasi ASEAN. Dan berdasarkan ketentuan tersebut, untuk 8

9 merespons permohonan Timor Leste, telah dibentuk ASEAN Coordinating Council Working Group (ACCWG) pada KTT ASEAN ke-20 untuk mengkaji kesiapan keanggotaan Timor Leste. ACCWG dalam beberapa tahun terakhir telah melakukan sejumlah pertemuan untuk membahas perkembangan kajian implikasi keanggotaan Timor Leste di ASEAN dan membahas modalitas serta kegiatan yang dapat diikuti Timor Leste, khususnya dalam rangka peningkatan kapasitas. Ketiga pilar Komunitas ASEAN menjadi acuan dasar kajian ACCWG, yaitu pilar Sosial Budaya, Politik dan Keamanan, dan Ekonomi. Pengkajian ini yang menyebabkan proses penerimaan Timor Leste tampak lebih kompleks dibanding proses perluasan keanggotaan ASEAN yang sudah pernah terjadi sebelumnya. Implikasi Keanggotaan Timor Leste Timor Leste telah mengajukan aplikasi untuk menjadi Anggota ASEAN sejak 4 Maret 2011. Sampai dengan KTT ke 31 di Manila, Filipina pada November 2017, ASEAN masih belum memutuskan menerima keanggotaan Timor Leste. Dalam Chairman s Statement disampaikan bahwa permohonan keanggotaan Timor Leste masih dalam kajian pejabat-pejabat senior ASEAN. Mengapa proses perluasan keanggotaan ASEAN tampak semakin hati-hati? Apa implikasi dari keanggotaan Timor Leste terhadap organisasi regional ini? Pengajuan permohonan untuk menjadi anggota ASEAN dilakukan Timor Leste saat Ketua ASEAN dijabat oleh Indonesia. Keinginan Timor Leste ini mendapat sambutan cukup positif dari sejumlah anggota ASEAN. Indonesia merupakan negara pertama yang menyetujui untuk menerima Timor Leste ke dalam keanggotaan ASEAN, bahkan Indonesia mendorong negara anggota lainnya untuk menyetujui hal ini. Negara anggota ASEAN lainnya yang ikut menyetujui antara lain Malaysia, Thailand, dan Filipina, sementara masih terdapat keraguan dari sebagian negara anggota lainnya yang mengkhawatirkan masa lalu dan stabilitas negara kecil yang baru merdeka pada tahun 2002 tersebut. Dalam perkembangannya, Singapura menjadi negara yang paling keras mengkritisi kesiapan Timor Leste untuk menjadi anggota ASEAN. Meningkatnya arti penting kawasan Asia Tenggara dan peran sentral ASEAN di kawasan telah mendorong banyak negara untuk meningkatkan status kerja samanya dengan organisasi regional ini dan melibatkan diri dalam forum-forum kerja sama multilateral yang diinisiasi oleh ASEAN. Selain Timor Leste, sejumlah negara lainnya di sekitar kawasan Asia Tenggara pernah mengungkapkan keinginannya untuk menjadi anggota, seperti Papua Nugini, Bangladesh, Sri Lanka, dan Pakistan, meskipun secara geografis mereka tidak berada di Asia Tenggara. Sejumlah negara besar juga telah mengadopsi sebagian prinsip-prinsip kerja sama ASEAN agar dapat meningkatkan kerja sama di Asia Tenggara. Penguatan peran sentral ASEAN ini tidak terlepas dari transformasi yang dijalankan ASEAN, terutama sejak diadopsinya Piagam ASEAN. Hal ini pula yang mempengaruhi pertimbangan ASEAN dalam memperluas keanggotaannya, terutama sikap kritis Singapura dalam merespons pencalonan keanggotaan Timor Leste. Sikap kritis juga

muncul dari kalangan akademisi dan organisasi nonpemerintah. Kelompok ini mengkhawatirkan ASEAN akan menghadapi beban berat apabila keanggotaan Timor Leste harus diputuskan segera. Untuk mewujudkan Komunitas ASEAN sebagaimana cita-cita Piagam ASEAN, organisasi ini harus melakukan berbagai transformasi pada tiga pilar utamanya. ASEAN pun melakukan kajian dengan merujuk pada ketiga pilar tersebut untuk memastikan kelayakan Timor Leste menjadi anggota ASEAN. ASEAN telah memiliki road map untuk membangun ketiga pilar itu dan menetapkan negara penanggung jawab untuk masingmasing pilar. Posisi Singapura sebagai penanggung jawab pilar ekonomi merupakan faktor penting yang menghambat diterimanya Timor Leste sebagai anggota. Dengan keanggotaan ASEAN saat ini, ketimpangan antaranggota sudah cukup besar dan menjadi beban organisasi untuk membangun pilar ekonomi. Singapura melihat keterbatasan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia Timor Leste harus dipertimbangkan dengan matang sebelum menerima Timor Leste sebagai anggota. Singapura khawatir keterbatasan Timor Leste akan mengganggu percepatan peningkatan produktivitas. Timor Leste juga dikhawatirkan belum siap dengan segala dinamika yang ada di ASEAN. ASEAN juga mempunyai berbagai pertemuan yang harus dihadiri yang berkonsekuensi share-cost yang harus ditanggung masing-masing anggota. Dikhawatirkan Timor Leste akan terbebani dengan persoalan semacam ini. ASEAN sendiri dalam menjalankan transformasinya dinilai sebagian pihak berlangsung lamban. Selain keragaman yang dimiliki anggotanya, ketimpangan juga merupakan faktor yang menjadi penyebab kelambanan ini. Jika kondisi ini tidak dibenahi, bukan tidak mungkin akan melemahkan peran sentral ASEAN. Kondisi ini pula yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan perluasan keanggotaan. Perluasan ASEAN dapat memperbesar pengaruh organisasi dalam pergaulan internasional, tetapi di sisi lain jika anggota baru menjadi beban yang menghambat percepatan penguatan organisasi dikhawatirkan akan memperbesar keraguan masyarakat internasional atas peran sentral ASEAN di kawasan. Implikasi ini yang dikhawatirkan timbul jika ASEAN terburu-buru menerima Timor Leste sebagai anggota. Dukungan Penguatan bagi Timor Leste Dukungan Indonesia terhadap upaya Timor Leste untuk menjadi anggota ASEAN memiliki arti penting bagi keberhasilan dan kemajuan Timor Leste. Dalam berbagai kesempatan, Pemerintah Indonesia telah menegaskan dukungannya, demikian pula dengan DPR. Pimpinan DPR saat menerima kunjungan Guterres ke DPR kembali menegaskan bahwa Indonesia akan mendukung penuh pencalonan Timor Leste dalam keanggotaan ASEAN. Dukungan dari Indonesia yang memiliki latar belakang sejarah cukup panjang dengan Timor Leste, jelas mempengaruhi sikap negara anggota ASEAN lainnya. Bagi Timor Leste, bergabung dengan ASEAN akan membantu mereka memacu pertumbuhan ekonomi, terlebih dengan adanya Pilar Ekonomi Komunitas ASEAN yang mendorong pasar dan basis produksi 10

11 tunggal, mengupayakan kawasan dengan perekonomian yang kompetitif dengan melakukan liberalisasi ekonomi, perdagangan, dan jasa. Jika diterima sebagai anggota ASEAN, Timor Leste akan segera menikmati akses terhadap perdagangan bebas ASEAN. Menjadi anggota ASEAN juga akan mendongkrak kekuatan tawar Timor Leste dalam menjalankan hubungan dengan negara-negara besar. Bagi Indonesia sebagai negara yang telah berkomitmen untuk memberikan dukungan, keberhasilan Timor Leste diterima sebagai anggota ASEAN akan menjadi ujian apakah Indonesia dapat menjadi negara mitra yang dapat diandalkan oleh Timor Leste. Sejauh ini, hubungan bilateral Indonesia-Timor Leste berkembang dengan baik, dan kerja sama di berbagai bidang juga terus ditingkatkan. Kesepahaman dan sikap saling mendukung di forum internasional juga sudah terbangun. Meyakinkan Timor Leste bahwa Indonesia merupakan mitra yang dapat diandalkan akan menguatkan profil Indonesia dalam pandangan Timor Leste khususnya, dan di kawasan pada umumnya. Memilih Indonesia sebagai negara pertama dalam kunjungan luar negeri Presiden Guterres mencerminkan arti penting Indonesia bagi Timor Leste dan kondisi ini perlu dipertahankan. Namun demikian, dukungan Indonesia atas keanggotaan Timor Leste tidak boleh mengabaikan citacita organisasi yang lebih besar. Dari uraian pada bagian sebelumnya, dapat dikatakan bahwa dukungan Indonesia terhadap Timor Leste tidak cukup dan kurang tepat jika hanya dengan lobilobi untuk mendapatkan persetujuan negara anggota lainnya untuk menerima Timor Leste. Pemerintah Indonesia harus berbuat lebih banyak untuk meningkatkan kelayakan dan kesiapan Timor Leste untuk bergabung dengan ASEAN, terutama membantu meningkatkan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia dan memacu pertumbuhan ekonomi Timor Leste. Mewujudkan komitmen dukungan yang telah disampaikan, DPR perlu mendorong dan membantu pemerintah untuk meningkatkan kerja sama yang dapat memacu penguatan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia, serta pertumbuhan ekonomi Timor Leste sehingga kemudian Timor Leste dapat dianggap lebih siap bergabung dan mampu mengimbangi percepatan pembangunan negara anggota lainnya. Melalui forumforum kerja sama parlemen regional dan internasional, DPR juga dapat melibatkan Timor Leste dalam programprogram peningkatan kapasitas dan kapabilitas, baik bagi anggota parlemen maupun bagi sistem pendukungnya. Penutup Upaya mewujudkan Komunitas ASEAN dan berlakunya Piagam ASEAN mengharuskan Timor Leste melewati proses yang lebih kompleks untuk dapat diterima menjadi Anggota ASEAN. Beban yang sudah cukup berat untuk menjalankan tranformasi sesuai roadmap yang telah disepakati bersama membuat organisasi regional ini semakin berhati-hati dalam melakukan perluasan keanggotaan. Perluasan keanggotaan di satu sisi dapat memperbesar pengaruh organisasi, tetapi di sisi lain juga dapat menjadi penghambat percepatan transformasi yang sedang dijalankan ASEAN, yang pada akhirnya dikhawatirkan dapat melemahkan peran sentral ASEAN di kawasan. Dukungan Indonesia terhadap keanggotaan Timor Leste memiliki arti penting tidak hanya bagi Timor Leste tetapi juga bagi Indonesia. Secara konsisten memberikan dukungan akan

menguatkan profil Indonesia dalam pandangan Timor Leste. Namun, dukungan Indonesia atas keanggotaan Timor Leste tidak boleh mengabaikan cita-cita organisasi yang lebih besar. Kekhawatiran sebagian anggota ASEAN harus tetap menjadi perhatian Indonesia. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa dukungan yang perlu diberikan saat ini oleh pemerintah maupun DPR adalah peningkatan kerja sama yang dapat mendorong penguatan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia, serta pertumbuhan ekonomi Timor Leste, sehingga Timor Leste dapat dianggap lebih siap bergabung dengan ASEAN. Referensi Dubes ASEAN: Timor Leste masuk ASEAN 2017, antaranwes.com., https://www.antaranews.com/ berita/562836/dubes-asean-timor-lestemasuk-asean-2017, Indonesia Dukung Timor Leste jadi Anggota ASEAN, dpr.go.id., http:// dpr.go.id/berita/detail/id/21145, Menlu Sebut RI selalu Dukung Timor Leste Jadi Anggota ASEAN, cnnindonesia.com., https://www. cnnindonesia.com/internasion al/20180131132539-106-272896/menlusebut-ri-selalu-dukung-timor-leste-jadianggota-asean, Strating, Bec (2017). Timor-Leste s Critical Window on ASEAN, lowyinstitute. org., https://www.lowyinstitute.org/ the-interpreter/timor-leste-criticalwindow-asean, When Will Timor Leste Join ASEAN?, thediplomat.com., https://thediplomat. com/2016/10/when-will-timor-lestejoin-asean/, 12 Rizki Roza rizki.roza@dpr.go.id Rizki Roza, S.Ip., M.Si., menyelesaikan pendidikan S1 Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2003 dan pendidikan S2 Hubungan Internasional Universitas Indonesia pada tahun 2007. Saat ini menjabat sebagai Peneliti Muda bidang Hubungan Internasional pada Pusat Penelitian-Badan Keahlian DPR RI. Beberapa karya tulis ilmiah yang telah dipublikasikan melalui jurnal dan buku antara lain: Confidence Building Measures dan Program nuklir Iran (2010); Konflik Laut China Selatan dan implikasinya terhadap modernisasi militer (2013); dan Kerjasama internasional dan Peran industri sipil dalam industri pertahanan (2013). Info Singkat 2009, Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI http://puslit.dpr.go.id ISSN 2088-2351 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi tulisan ini tanpa izin penerbit.