BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUJIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DENGAN POSISI PLAT PHOTOVOLTAIC HORIZONTAL

Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Secara Mandiri Untuk Rumah Tinggal

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan dan target untuk mendukung pengembangan dan penyebaran teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. Oleh karena itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia.

P R O P O S A L. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), LPG Generator System

PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN SKALA KECIL DI GEDUNG BERTINGKAT

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

KAJIAN EKONOMIS ENERGI LISTRIK TENAGA SURYA DESA TERTINGGAL TERPENCIL

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari pulau

renewable energy and technology solutions

1. Pendahuluan. Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN EISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan penyuplai listrik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. daya yang berpotensi sebagai sumber energi. Potensi sumber daya energi

2017, No Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492); 2. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kemente

ANALISIS KINERJA PHOTOVOLTAIC BERKEMAMPUAN 50 WATT DALAM BERBAGAI SUDUT PENEMPATAN

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. hampir setiap kehidupan manusia memerlukan energi. Energi ada yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang akan di ubah menjadi energi listrik, dengan menggunakan sel surya. Sel

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Potensi Sumber Daya Energi Fosil [1]

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kebutuhan akan energi listrik yang terus meningkat dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting pada kehidupan manusia saat ini. Hampir semua derivasi atau hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi persoalan untuk mencapai target

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi..., Andiek Bagus Wibowo, FT UI, Universitas Indonesia

KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI LISTRIK DI BALI

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik di Indonesia tumbuh rata-rata sebesar 8,4% per

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi

MODEL PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN DAN SURYA SKALA KECIL UNTUK DAERAH PERBUKITAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Masalah

Gambar 1.1 Global direct normal solar radiation (Sumber : NASA)

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. perkantoran, maupun industrisangat bergantung pada listrik. Listrik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pesatnya kemajuan dan perkembangan daerah - daerah di Indonesia, memicu

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA

ReOn. [residential on-grid photovoltaic system] aplikasi: rumah, perumahan, gedung komersial, fasilitas umum

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

Sistem PLTS Off Grid Komunal

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik

ANALISIS PELUANG PENGHEMATAN EKONOMI SISTEM FOTOVOLTAIK TERHUBUNG JARINGAN LISTRIK PADA KAWASAN PERUMAHAN DI KOTA PANGKAL PINANG

ANALISIS POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA

BAB I PENDAHULUAN. Energi matahari tersedia dalam jumlah yang sangat besar, tidak bersifat polutif, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar fosil sebagai bahan bakar pembangkitannya. meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus-menerus meningkat

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA

KONDISI KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA

Penerapan Teknologi Sel Surya dan Turbin Angin Untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Listrik di Galangan Kapal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Sumber energi di Indonesia (Overview Industri Hulu Migas, 2015)

Makalah Seminar Kerja Praktek PROSES PENYIMPANAN ENERGI PADA PLTS 1000 Wp SITTING GROUND TEKNIK ELEKTRO-UNDIP

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013

PENGARUH JARAK LENSA KONVEKS TERHADAP DAYA KELUARAN PANEL TENAGA SURYA TUGAS AKHIR

Kata Kunci : PLTMH, Sudut Nozzle, Debit Air, Torsi, Efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi listrik hal ini juga terjadi di Bali. Data dari Pembangkit Listrik

AKSES ENERGI DAN PENGEMBANGAN ENERGI TERBARUKAN DI DIY

IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGAN POTENSI ENERGI BARU TERBARUKAN DI DIY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

oleh Igib Prasetyaningsari, S.T.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

JOBSHEET SENSOR CAHAYA (SOLAR CELL)

PERENCANAAN SISTEM FOTOVOLTAIK BAGI PELANGGAN RUMAH TANGGA DI KOTA PANGKALPINANG

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

Tugas Makalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. #Energi Berkeadilan. Disampaikan pada Pekan Pertambangan. Jakarta, 26 September 2017

BAB I PENDAHULUAN. udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN ELEKTRIFIKASI DI DAERAH PERBATASAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan listrik Indonesia semakin lama semakin meningkat dengan di dorongnya laju pertumbuhan ekonomi dan teknologi serta meningkatnya jumlah penduduk. Di Indonesia, kebutuhan jumlah energi listrik sangat besar tetapi jumlah energi listrik yang dapat dihasilkan masih belum mencukupi. Bahkan banyak wilayah di Indonesia masih belum terjangkau oleh listrik terutama di wilayah pedesaan di Indonesia bagian Timur. Data nasional mencatat pada tahun 2014, dari 82.190 desa yang ada di Indonesia, 79.671 desa telah terjangkau aliran listrik atau sebesar 96,94% [1]. Ini berarti masih ada sekitar 2.519 desa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang belum terjangkau aliran listrik. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan pembangkit dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan kondisi geografis sebagian wilayah Indonesia yang sulit dijangkau untuk akses transmisi listrik. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh PLN tetapi juga oleh pihak swasta. Pada tahun 2014, total kapasitas pembangkit nasional adalah sebesar 52 GW [2]. Dilihat dari tipe pembangkit listrik, pembangkit berbahan bakar batubara dan gas adalah yang paling besar yaitu masing-masing sebesar 50% (26 GW) dan 23% (12 GW), diikuti oleh pembangkit berbahan bakar minyak sekitar 14% (7,5 GW). Sisanya sebesar 13% berasal dari energi terbarukan dengan rincian sebesar 10% (5,1 GW) dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), 3% (1,3 GW) dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), serta sisanya adalah dari pembangkit listrik energi terbarukan lainnya berupa PLT surya, PLT bayu, PLT sampah, PLT mikrohidro, dan PLT biomassa [2]. Masih tingginya konsumsi bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik karena digunakan untuk memenuhi beban dasar dan beban puncak untuk wilayah Jawa dan Sumatera. Sementara pembangkit listrik energi terbarukan digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik wilayah terpencil di luar 1

2 Jawa dan Sumatera sebagai pengganti pembangkit tenaga uap dan gas karena keterbatasan pasokan dan kondisi geografis wilayah yang tidak mendukung. Upaya pencarian sumber energi baru sebaiknya memenuhi beberapa syarat yaitu menghasilkan jumlah energi yang cukup besar, biaya yang ekonomis dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Salah satunya adalah pengembangan listrik tenaga surya yang berbasis pada efek photovoltaic dari piranti sel surya sebagai salah satu sumber tenaga listrik yang murah, bebas polusi dan ramah lingkungan. Namun, sekarang ini penggunaan sel surya sebagai sumber listrik masih sangat minim dan belum dapat diandalkan sebagai suatu sumber tenaga alternatif yang dapat mengganti tenaga listrik. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kemampuan sel surya yang belum optimal dalam menghasilkan tenaga listrik (efisiensi rendah), proses pembuatan sel surya yang memerlukan operasi pembiayaan yang mahal, apalagi jika sel tersebut masih harus diimpor. Memang tidak diragukan lagi bahwa sel surya adalah salah satu sumber energi yang ramah lingkungan dan sangat menjanjikan pada masa yang akan datang karena tidak ada polusi yang dihasilkan selama proses pembangkitan energi [3]. Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah salah satu provinsi di Indonesia yang masih memiliki tingkat rasio elektrifikasi terendah kedua se-indonesia yaitu sebesar 58,64% atau baru sekitar 649.926 KK (Kepala Keluarga) yang sudah menikmati listrik dari 1.108.326 KK [2]. Hal ini dikarenakan kondisi geografis NTT yang terdiri dari pulau-pulau kecil yang tersebar dan sulit dijangkau jaringan PLN karena membutuhkan biaya yang lebih mahal. Desa Waisika adalah salah satu desa di provinsi NTT yang masih kurang dalam hal ketersediaan listrik. Kebutuhan listrik Desa Waisika didapatkan dari produksi listrik Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di ibukota kabupaten yang terletak sejauh 36 km. Desa Waisika memiliki jumlah penduduk sebanyak 2.490 orang yang terdiri dari 620 KK dengan sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani dan pedagang [4]. Pasokan listrik Desa yang berasal dari PLTD sering tidak stabil karena pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk PLTD harus didatangkan dari luar pulau sehingga sering terkendala cuaca, jarak dan waktu. Oleh karena itu, penggunan PLTD sebagai pemasok utama listrik di Pulau Alor kurang efisien sehingga perlu adanya

3 pembangkit listrik dengan sumber energi lain untuk memenuhi kebutuhan listrik Pulau Alor khususnya Desa Waisika. Desa Waisika memiliki potensi panas matahari rata-rata dalam setahun sebesar 6,51 kwh/m 2 /hari [5]. Selain itu, kondisi wilayah yang terdiri dari padang rumput dan perbukitan serta kondisi cuaca yang panas membuat wilayah ini memiliki potensi panas matahari yang tinggi. Untuk mengatasi permasalahan ini dilakukan perancangan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan memanfaatkan potensi panas matahari lokal agar mendapatkan sistem PLTS yang efisien, ekonomis, serta sesuai dengan kebutuhan. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan suatu sistem yang memanfaatkan sumber energi dari cahaya matahari diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan teknologi photovoltaic. Sistem ini terdiri dari beberapa komponen utama yaitu modul PV (photovoltaic), solar charge controller, dan inverter. Keunggulan utama Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) bila dibandingkan dengan sumber energi lain khususnya sumber energi terbarukan adalah PLTS tidak bergantung pada lokasi dimana sumber energi berada. Berbeda halnya dengan PLT panas bumi dan air yang sangat bergantung pada lokasi dimana sumber energi tersebut berada sehingga listrik dari pembangkitan kedua sumber energi tersebut tidak dapat diterapkan secara sembarangan karena membutuhkan infrastruktur yang memadai untuk menjangkau daerah-daerah yang membutuhkan. PLTS untuk saat ini memang masih memiliki beberapa kelemahan diantaranya sangat bergantung pada lamanya penyinaran matahari yang secara efektif sampai 5 jam dalam satu hari untuk daerah tropis dengan penyinaran matahari 10 12 jam dan faktor cuaca. Sistem PLTS terbagi menjadi 2 jenis yaitu sistem PLTS terpusat dan terdistribusi. PLTS jenis terpusat memiliki susunan modul surya pada satu lokasi tertentu dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik secara komunal atau skala besar misalnya untuk satu desa atau lebih, sedangkan jenis terdistribusi atau disebut SHS (Solar Home System) dipasang pada atap-atap rumah penduduk untuk memenuhi kebutuhan listrik per rumah sehingga tiap rumah dapat berbeda-beda jumlah modul yang dipasang tergantung kebutuhan daya tiap rumah. Keduanya memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing tergantung pada nilai investasi

4 pembangunannya, kebutuhan daya, operasional dan pemeliharaan, kondisi lokasi pemasangan, dan sistem jaringan daya. Hal ini akan memengaruhi pemilihan salah satu jenis pemasangan PLTS yang cocok diterapkan untuk pemenuhan kebutuhan listrik di Desa Waisika, Kabupaten Alor. Sistem jaringan distribusi daya listrik terbagi menjadi 2 yaitu jaringan AC (Alternating Current) dan jaringan DC (Direct Current). Jaringan AC biasanya digunakan sebagai jaringan utama pada sistem distribusi daya PLN untuk seluruh konsumen, sedangkan jaringan DC biasanya digunakan untuk alat-alat elektronik dengan daya rendah. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai empat hal yaitu mengenai PLTS tepusat dengan jaringan AC, PLTS terpusat dengan jaringan DC, PLTS terdistribusi dengan jaringan AC, dan PLTS terdistribusi dengan jaringan DC. Keempatnya akan dilakukan perhitungan biaya mulai dari investasi awal sampai dengan biaya listrik yang dihasilkan. Pemilihan sistem distribusi daya yang sesuai akan mengurangi rugi-rugi yang dihasilkan oleh jaringan listrik. I.2. Rumusan Masalah Perancangan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya harus mempertimbangkan jenis sistem PLTS terpusat atau terdistribusi yang sesuai dengan lokasi dan kondisi wilayah pemasangan PLTS. Selain itu, perlu mempertimbangkan biaya investasi serta pihak mana yang akan menjalankan operasional dan pemeliharaan PLTS setelah dibangun. Ini akan memengaruhi pemilihan jenis pemasangan PLTS terpusat atau terdistribusi. Untuk daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh jaringan PLN, penggunaan PLTS akan sangat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan listrik dengan memanfaatkan potensi alam yang ada di sekitar mereka. Dari beberapa literatur dan juga pengalaman dari orang-orang yang terlibat dalam proyek PLTS, banyak yang berinvestasi untuk membangun PLTS di wilayah-wilayah terpencil tetapi pada akhirnya PLTS tersebut akan terbengkalai karena tidak adanya pelatihan operasional dan pemeliharaan sistem PLTS ke warga. Banyak instalasi PLTS yang kurang temanfaatkan dengan baik dikarenakan pengoperasian PLTS tidak dengan baik dan benar. Selain itu, biaya penggantian komponen yang mahal menyebabkan

5 banyak warga yang akhirnya membiarkan PLTS ataupun SHS mereka rusak. Hal ini menjadi pertimbangan untuk perancangan jenis PLTS yang akan diterapkan di Desa Waisika. Selain itu, sistem jaringan listrik yang digunakan akan mempengaruhi hasil keluaran daya dari PLTS. Jaringan listrik memiliki sekitar 20-30% kerugian dari daya yang dihasilkan sistem PLTS. Kondisi wilayah Desa Waisika yang berbukit menyebabkan sulitnya pemasangan kabel untuk menyalurkan kebutuhan listrik sehingga sistem jaringan listrik yang dipilih harus mempertimbangkan hal ini serta faktor lain yang mungkin berbeda pada tiap lokasi pemasangan PLTS. Selain itu, pertimbangan peralatan rumah tangga yang digunakan oleh masyarakat desa lebih sederhana dan lebih sedikit dibandingkan dengan peralatan rumah tangga yang digunakan di pulau-pulau besar lainnya seperti di pulau Jawa. Kebutuhan daya dalam skala menengah kebawah serta tipe peralatan rumah tangga yang digunakan yang umumnya masih menggunakan jaringan AC dapat dikaji lebih dalam dan dibandingkan dengan pemakaian jaringan DC (misalnya untuk pencahayaan) akan menghasilkan distribusi daya yang optimal untuk jaringan listrik desa dari segi biaya. I.3. Batasan Masalah Penelitian tugas akhir ini mengambil batasan masalah sebagai berikut: 1. Sistem PLTS yang akan dirancang digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Desa Waisika, sedangkan jika terdapat kelebihan produksi dapat dilakukan penelitian lanjutan untuk menyalurkannya ke jaringan PLN. 2. Penelitian ini berdasarkan kajian perbandingan tipe PLTS terpusat dan terdistribusi dengan jaringan AC dan DC. 3. Rancangan sistem PLTS meliputi pemilihan modul dan jumlah modul surya, jenis inverter, pemilihan jenis dan jumlah baterai, pemilihan jenis dan jumlah solar charge controller, nilai Life Cycle Cost serta biaya pembangkitan energi listrik yang dihasilkan. 4. Rancangan sistem PLTS tidak melibatkan teknis pemasangan dari komponen PLTS.

6 5. Data kebutuhan energi listrik yang digunakan untuk perancangan sistem PLTS adalah asumsi perhitungan penggunaan alat-alat listrik rumah tangga tiap rumah yang ada di Desa Waisika. 6. Data potensi panas matahari dan kecepatan angin didapatkan dari NASA. 7. Analisis ekonomi tidak melibatkan pajak PPn, PPh, bea masuk, dan biaya impor. 8. Biaya pemasangan jaringan baru DC diasumsikan sama dengan biaya pemasangan jaringan baru AC sesuai dengan peraturan pemerintah. I.4. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendapatkan rekomendasi rancangan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya untuk Desa Waisika dengan membandingkan sistem terpusat dan terdistribusi dengan jaringan AC dan DC dari aspek ekonomi. 2. Melakukan perhitungan nilai investasi optimal dengan mempertimbangkan biaya dari pembangunan sampai masa hidup PLTS berakhir. 3. Melakukan analisis perbandingan rancangan sistem PLTS ditinjau dari aspek operasional dan pengelolaan. I.5. Manfaat Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran umum berbagai skenario rancangan sistem PLTS dan rekomendasi rancangan sistem PLTS untuk Desa Waisika guna memenuhi kebutuhan listrik. Rekomendasi ini berupa lokasi peletakan, sudut pemasangan, jumlah modul modul surya, jumlah inverter, jumlah baterai, jumlah solar charge inverter, jenis sistem PLTS, pemilihan jaringan listrik, serta biaya siklus hidup dan biaya pembangkitan energi dari kombinasi sistem PLTS dan jaringan listrik sehingga didapatkan nilai yang optimal dari segi biaya. Selain itu, dilakukan analisis dari aspek operasional dan pengelolaan sistem PLTS sehingga didapatkan sistem PLTS mana yang lebih mudah pengelolaannya selama masa hidupnya.