BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM KEAMANAN LINGKUNGAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN LINGKUNGAN MASYARAKAT

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA RUMAH KOS

KEPALA DESA MARGOMULYO KABUPATEN BLITAR PERATURAN KEPALA DESA MARGOMULYO NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DI KABUPATEN BEKASI

PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR,

- 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DAN PERANGKAT DESA

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 38 SERI D

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

: PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 13 SERI E NOMOR SERI 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 10 TAHUN 2006

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 6/E 2006 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 5 TAHUN : 2007

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWA DAN RUMAH KOST

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

SALINAN LANDAKK NOMOR TENTANG. Landak. berbagai perdagangan sehingga. maupun tertentu. t. dengann. rumah dan/atau. kost. membantu meningka.

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

T E N T A N G PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 7 TAHUN 2006

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

HIMPUNAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

KEPALA DESA LEMPUYANG KABUPATEN SERANG PERATURAN DESA LEMPUYANG NOMOR: 2 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Transkripsi:

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM KEAMANAN LINGKUNGAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa keamanan dalam negeri merupakan syarat utama mendukung terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ; b. bahwa lingkungan kehidupan masyarakat tidak hanya menjadi tanggungjawab pribadi, tetapi juga menjadi tanggungjawab bersama antar setiap warga masyarakat ;

2 c. bahwa problem keamanan lingkungan kehidupan masyarakat dewasa ini sudah seringkali diganggu oleh berbagai bentuk tindak kriminalitas yang meresahkan masyarakat, mulai dari tindak kejahatan ringan hingga kejahatan yang tergolong terorisme yang mengancam keamanan Negara ; d. bahwa bahaya yang mengancam keamanan lingkungan kehidupan masyarakat ke depan potensial semakin berat dan beragam, sehingga hal ini membutuhkan kerja kolektif warga masyarakat dalam menunjukkan antisipasinya ; e. bahwa untuk mengantisipasi dan mencegah sedini mungkin berbagai gangguan lingkungan dan ketertiban masyarakat di wilayah Kabupaten Malang, maka perlu Sistem Keamanan Lingkungan di Wilayah Kabupaten Malang yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan

3 Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 41), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730) ; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) ; 3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3698) ; 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165,

4 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886) ; 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) ; 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) ; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587) ;

5 8. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588) ; Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 1974 tentang larangan Perjudian ; 9. Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman Beralkohol. Memperhatikan : 1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2006 tentang Komunitas Intelijen Daerah ; 2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewaspadaan Dini Masyarakat di Daerah. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI MALANG TENTANG SISTEM KEAMANAN LINGKUNGAN

6 MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Malang ; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Malang ; 3. Bupati adalah Bupati Malang ; 4. Pejabat yang ditunjuk adalah pejabat yang tugas pokok dan fungsinya di bidang pembinaan Sistem Keamanan Lingkungan (siskamling) ; 5. Pejabat berwenang adalah aparat kepolisian dan aparat penegak hukum lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku ;

7 6. Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah ; 7. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten dalam wilayah kerja Kecamatan ; 8. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ; 9. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa ; 10. Lembaga Kemasyarakatan adalah Lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra

8 Kepala Desa/Lurah dalam memberdayakan masyarakat ; 11. Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Desa dan Kelurahan ; 12. Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah pengurus RT di wilayah kerjanya yang ditetapkan oleh Desa dan Kelurahan ; 13. Dusun atau dengan sebutan lain adalah bagian wilayah desa yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan Pemerintah Desa/Kelurahan ; 14. Perkumpulan adalah sekelompok orang yang berbentuk organisasi/paguyuban dan memiliki kepedulian terhadap terbinanya siskamling secara kondusif ; 15. Dunia usaha adalah setiap tindakan, perbuatan, atau kegiatan apapun

9 dalam bidang perekonomian, yang dilakukan oleh setiap pengusaha untuk tujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba ; 16. Sistem Keamanan Lingkungan yang selanjutnya disebut Siskamling adalah teknik atau cara mengelola keamanan lingkungan masyarakat atau perkumpulan secara benar dan bertanggungjawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku ; 17. Perlindungan Masyarakat yang selanjutnya disebut Linmas adalah lembaga yang mempunyai tugas membantu Kepala Desa/Lurah dalam bidang ketertiban, keamanan dan penanganan bencana alam/bencana akibat ulah manusia ; 18. Penduduk adalah Warga Negara Indonesia dan orang asing yang masuk secara sah serta bertempat tinggal di wilayah Indonesia sesuai dengan peraturan perundangundangan ; 19. Orang Asing adalah orang bukan Warga Negara Indonesia ;

10 20. Kartu Tanda Penduduk yang selanjutnya disebut KTP adalah bukti diri legitimasi penduduk yang diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten atau Kota yang berlaku diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ; 21. Sarana dan prasarana Siskamling adalah tempat atau alat yang diperlukan untuk kepentingan terselenggaranya kelancaran Siskamling ; 22. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketentraman, yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-

11 bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat ; 23. Ronda/jaga/patrol/kemit atau disebut dengan istilah lain adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang warga masyarakat dimana ia bertempat tinggal untuk menjaga keamanan dan ketertiban dilingkungannya pada siang hari dan/ atau pada malam hari dengan waktu tertentu ; 24. Pengendalian Siskamling adalah pengendalian keamanan lingkungan oleh aparat Pemerintah Daerah sampai dengan Desa/Kelurahan serta Komandan Linmas/Kepala Pos Keamanan Lingkungan, Ketua RW/RT dan Koordinator ronda/jaga/patrol/kemit dalam kegiatan Siskamling ; 25. Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan, ketentraman, ketertiban, dan kesejahteraan manusia serta makluk hidup lain ;

12 26. Kepentingan umum adalah kepentingan masyarakat dan atau kepentingan Bangsa dan Negara demi terjaminnya keamanan dan ketertiban dalam negeri ; 27. Gangguan keamanan adalah ucapan, sikap atau perbuatan yang dapat mengganggu, mengacaukan atau menimbulkan rusaknya ketentraman, ketertiban dan instabilitas lingkungan pergaulan masyarakat ; 28. Warga adalah seseorang atau anggota masyarakat yang secara hukum mempunyai kewajiban dan hak-hak ; 29. Masyarakat adalah sekelompok manusia yang anggotanya satu sama lain berhubungan erat dan memiliki hubungan timbal balik. BAB II ASAS, TUJUAN DAN FUNGSI Pasal 2

13 Siskamling merupakan upaya-upaya yang dilakukan oleh warga masyarakat dalam menciptakan, menjaga atau melindungi keamanan lingkungan dari tindakan-tindakan yang mengganggu keamanan lingkungan, menciptakan instabilitas dan melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku serta memiliki asas : a. kerukunan, maksudnya kerukunan antar anggota masyarakat menentukan kondisi masyarakat dan lingkungan ; b. kerjasama, adalah kerjasama antar anggota masyarakat sangat dibutuhkan dalam menangani problem keamanan lingkungan ; c. gotong-royong, adalah setiap anggota masyarakat dituntut menunjukkan sikap gotong royong dalam menangani gangguan lingkungan/keamanan ; d. toleransi, maksudnya setiap anggota masyarakat dituntut menunjukkan sikap tenggang rasa terhadap keberadaan, kesulitan, perbedaan

14 dan hal lainnya, yang patut dihormati oleh siapapun ; e. musyawarah dan mufakat, adalah musyawarah dalam menyelesaikan problem lingkungan diusahakan mencapai mufakat, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan ; f. kepentingan bersama, adalah mendahulukan keselarasan kepentingan bersama dengan kepentingan individu dan golongan. Pasal 3 Tujuan Siskamling adalah : a. mencegah terjadinya gangguan keamanan lingkungan yang merugikan masyarakat, seperti konflik SARA, ideologi dan lainnya ; b. mencegah terjadinya dan menjalarnya berbagai bentuk pelanggaran hukum, seperti premanisme, penganiayaan, penyalahgunaan narkotika dan zatzat adiktif, pencurian, perampokan, perdagangan manusia (trafficking)

15 pembalakan hutan (illegal logging), pencurian kekayaan laut (illegal Fishing) dan terorisme ; c. mengetahui ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang berasal dari penyakit-penyakit sosial yang potensial akan menjadi gangguan bagi ketertiban dan keamanan masyarakat seperti prostitusi, perjudian dan minumminuman keras dan pelanggaran hukum lainnya. Pasal 4 Fungsi Siskamling adalah : a. terjaganya keamanan dan ketertiban lingkungan dari segala macam gangguan yang dapat merusak dan mengacaukan ketenangan dan ketentraman masyarakat ; b. terwujudnya kebersamaan dalam menyatukan langkah yang tepat, benar dan bertanggungjawab dalam menanggulangi setiap bentuk

16 gangguan keamanan, ketentraman dan ketertiban lingkungan ; c. terwujudnya kondisi yang kondusif bagi masyarakat dalam menjalankan aktifitas-aktifitasnya ; d. terwujudnya langkah-langkah yang benar dan bertanggungjawab dalam upaya penegakan hukum. BAB III KEWAJIBAN DAN HAK WARGA MASYARAKAT Pasal 5 (1) Setiap warga masyarakat berkewajiban : a. mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi dan golongan ; b. memberikan perlindungan terhadap sesama dengan menjaga keamanan, ketertiban dan ketentraman di lingkungannya ; c. menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku di daerahnya ;

17 d. melaporkan hal-hal yang patut dicurigai membahayakan atau menimbulkan gangguan terhadap lingkungannya kepada pejabat berwenang atau pejabat yang ditunjuk ; e. mengetahui identitas setiap pendatang yang bertamu, mengunjungi atau berada di lingkungannya ; f. melakukan koordinasi dengan benar dan bertanggung jawab terhadap pejabat berwenang atau pejabat yang ditunjuk ; g. menjunjung tinggi keputusan/kesepakatan bersama yang telah disepakati di lingkungannya ; h. menghormati dan mentaati ajaran agama/kepercayaannya sesuai dengan keyakinan masingmasing. (2) Setiap warga masyarakat berhak : a. mendapatkan perlindungan keamanan, kenyamanan dan kedamaian dari berbagai bentuk

18 gangguan yang mengancam keselamatan dirinya ; b. dijauhkan dari gangguan penyakit-penyakit sosial yang membuatnya kehilangan rasa ketentraman dan kebersamaan dalam kehidupan sebagai makhluk individu dan kelompok dalam masyarakat ; c. diperlakukan sederajat dalam setiap pengambilan keputusan ; d. diperlakukan tidak bersalah sebelum adanya keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap ; e. mengajukan upaya-upaya yang dibenarkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB IV TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB SISKAMLING Bagian Pertama Tugas dan Tanggungjawab Pemerintah Daerah Pasal 6

19 (1) Pemerintah Daerah mempunyai tugas membina tatanan kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan sejahtera melalui kegiatan Siskamling ; (2) Tugas membina tatanan kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan sejahtera sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dengan cara : a. menyusun dan merencanakan program kegiatan Siskamling ; b. mengadakan koordinasi dengan pejabat berwenang mengenai penerapan Siskamling ; c. mengadakan sosialisasi kepada instansi terkait dan masyarakat mengenai pentingnya Siskamling. Pasal 7 Pemerintah Daerah bertanggungjawab untuk : a. terselenggaranya pelaksanaan kegiatan Siskamling ;

20 b. bersama pejabat berwenang menjaga keamanan dan ketertiban di Daerah ; c. ikut serta menyediakan sarana dan prasarana Siskamling. Bagian Kedua Tugas dan Tanggungjawab Desa/Kelurahan Pasal 8 Desa/Kelurahan mempunyai tugas : a. bersama BPD dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan membantu Pemerintah Daerah dalam menjalankan tugas menciptakan keamanan lingkungan dan ketertiban masyarakat Desa atau Kelurahan ; b. mengadakan konsultasi dan koordinasi dengan Camat atau pejabat berwenang di wilayahnya mengenai pelaksanaan Siskamling ; c. melaporkan segala macam bentuk gangguan keamanan yang terjadi di Desa/Kelurahan yang bersangkutan

21 kepada pejabat berwenang dan/atau kepada Camat ; d. bersama BPD dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan mengadakan sosialisasi secara terus menerus tentang pentingnya keamanan lingkungan dan keamanan masyarakat ; e. menyusun petunjuk teknis ronda/jaga/patrol/kemit serta aktifitas lain yang berkenaan dengan Siskamling ; f. bersama dengan RT/RW mengatur penjadwalan ronda/jaga/patrol/kemit serta aktifitas lain yang berkenaan dengan Siskamling. Pasal 9 (1) Desa/Kelurahan bertanggungjawab terhadap keadaan penduduk yang ada di wilayahnya berdasarkan status kependudukan dan atau peristiwa kependudukan lainnya yang ada di Desa/ Kelurahan ;

22 (2) Tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan atas tugas pokok dan fungsinya sebagai Kepala Desa atau Lurah beserta perangkat Desa atau Kelurahan yang bersangkutan. Bagian Ketiga Peran dan Tanggungjawab Perkumpulan dan Dunia Usaha Pasal 10 (1) Setiap perkumpulan dan dunia usaha yang berkedudukan di wilayah Daerah harus ikut membantu berperan aktif dalam menciptakan keamanan dan ketertiban di lingkungannya ; (2) Berperan aktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui : a. pemasangan kamera CCTV atau alat lain yang dapat mendeteksi adanya gangguan keamanan di lingkungannya ;

23 b. penugasan salah satu karyawan untuk menjadi petugas ronda/jaga/patrol/kemit ; c. membantu memberi bantuan sarana dan prasarana yang dibutuhkan ; d. mengikuti, mematuhi atau mengindahkan setiap kesepakatan bersama atau keputusan yang berkenaan dengan kepentingan Siskamling di wilayah Desa/Kelurahan tempat usaha yang bersangkutan. Pasal 11 Setiap perkumpulan dan dunia usaha berkewajiban melaporkan berbagai bentuk tindakan atau aktifitas yang dinilai dapat mengganggu, membahayakan, mengancam atau merugikan masyarakat kepada Pemerintah Daerah atau pejabat berwenang. BAB V TATA CARA SISKAMLING

24 Pasal 12 (1) Setiap orang yang bertempat tinggal tetap di wilayah Daerah wajib menjaga keamanan dan ketertiban lingkungannya masing-masing secara swakarsa, gotong royong dan bertanggungjawab ; (2) Pelaksanaan untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan membentuk kelompok kerja petugas penjaga keamanan atau petugas ronda/jaga/patrol/kemit berdasarkan musyawarah dan mufakat ; (3) Petugas penjaga keamanan atau petugas ronda/jaga/patrol/kemit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan pada setiap RT di wilayah Desa/Kelurahan ; (4) Musyawarah untuk memutuskan jadwal ronda/jaga/patrol/kemit

25 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipandu oleh Perangkat Desa/Kelurahan. Pasal 13 (1) Setiap perusahaan, hotel, losmen, villa, rumah kos dan rumah makan atau tempat-tempat lain yang sejenis yang berkedudukan di RT/ RW dalam Desa/Kelurahan di wilayah Daerah wajib membantu terselenggaranya keamanan lingkungan dan ketertiban masyarakat di tempat usaha yang bersangkutan ; (2) Membantu terselenggaranya keamanan lingkungan dan ketertiban masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan menyertakan karyawan yang ditunjuk untuk menjadi petugas ronda/jaga/patrol/kemit dan/atau membantu menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan. Pasal 14

26 Pemilik atau pengelola hotel, losmen, villa, rumah kos atau tempat-tempat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) wajib melaporkan setiap penghuninya secara proporsional kepada Desa atau Kelurahan melalui RT/RW setempat. Pasal 15 (1) Setiap warga penduduk setempat apabila kedatangan saudara, sanak famili, teman, kolega dan orang tertentu yang status kependudukannya bukan warga penduduk setempat yang sah dan dianggap sebagai tamu, wajib melaporkannya kepada Ketua RT/RW dengan membawa identitas yang sah atau surat keterangan kependudukan lainnya, selambat lambatnya 1 X 24 (satu kali dua puluh empat) jam sejak kedatangannya ; (2) Setiap orang dengan status kependudukan bukan

27 warga penduduk setempat yang bermaksud menjadi penduduk setempat atau musiman harus melaporkan diri kepada Ketua RT/RW dengan membawa dokumen kependudukan atau surat keterangan kependudukan yang sah selambat-lambatnya tiga (3) hari terhitung sejak kedatangannya ; (3) Setiap orang asing yang akan bertempat tinggal di Desa/ Kelurahan di wilayah Daerah baik yang tinggal tetap maupun tinggal sementara, wajib melaporkan diri kepada Desa atau Kelurahan yang bersangkutan dengan membawa dokumen izin tinggal yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VI PENGENDALIAN DAN SISTEM INFORMASI Pasal 16

28 (1) Pengendalian Siskamling dilaksanakan secara koordinatif dan komunikatif oleh : a. Pemerintah Daerah ; b. Pejabat berwenang ; c. Kepala Desa/Lurah ; d. Komandan Linmas atau Kepala Pos Keamanan Lingkungan ; e. Ketua RT/RW ; f. Koordinator ronda/jaga/patrol/kemit dan/atau kegiatan Siskamling lainnya. (2) Pengendalian Siskamling sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan koordinasi dalam menjalankan pembagian tugas ronda/jaga/patrol/kemit dan/atau kegiatan Siskamling lainnya agar tidak tumpang tindih serta dapat menjalankan tugas dengan sebaikbaiknya melalui sarana komunikasi tradisional maupun modern. Pasal 17 Ancaman atau terjadinya gangguan keamanan lingkungan dan pelanggaran

29 ketertiban dapat diinformasikan dengan cara : a. melaporkan kepada pengendali Siskamling baik secara lisan maupun tertulis ; b. memukul kentongan atau menggunakan sarana informasi yang dibenarkan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku ; c. berteriak untuk meminta bantuan ; d. melakukan tindakan pencegahan dini lainnya yang dibenarkan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pasal 18 Apabila gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf d bersifat sangat membahayakan masyarakat, petugas ronda/jaga/patrol/kemit serta masyarakat yang mengetahuinya dapat mengambil tindakan pencegahan

30 secara persuasif dan selanjutnya diserahkan kepada pejabat berwenang. BAB VII LARANGAN-LARANGAN Pasal 19 Larangan-larangan dalam Siskamling : a. setiap warga masyarakat dilarang membantu, bekerja sama atau mengkondisikan perbuatanperbuatan yang melanggar ketentuan hukum dan norma-norma yang disepakati oleh masyarakat ; b. setiap warga masyarakat dilarang menyebarkan paham, ajaran atau perbuatan yang menimbulkan kekacauan dan konflik SARA ; c. setiap warga masyarakat dilarang melakukan tindakan main hakim sendiri terhadap seseorang atau kelompok orang yang tertangkap basah atau patut dicurigai melakukan tindakan melawan atau melanggar hukum ; d. Setiap warga masyarakat dilarang melakukan, membantu, bekerjasama atau melindungi orang atau

31 sekelompok orang yang nyata-nyata telah mengadakan, menyediakan atau melakukan perbuatan prostitusi, perjudian dan minuman keras atau penyakit sosial lainnya. BAB VIII SARANA DAN PRASARANA Pasal 20 (1) Sarana dan prasarana Siskamling adalah : a. Pos Kamling dan Pos Jaga ; b. kentongan atau alat lain yang memiliki fungsi sejenis ; c. pentungan atau yang sejenis ; d. alat-alat yang diperlukan dan dibenarkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari : a. gotong royong warga setempat ; b. milik sendiri atau aset sendiri ; c. bantuan dari pihak lain yang tidak mengikat.

32 BAB IX KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 21 Hal-hal yang belum dan belum cukup diatur dalam Peraturan Bupati ini sepanjang mengenai pelaksanaannya, akan ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Malang.

33 Ditetapkan di Malang pada tanggal 21 Mei 2007 BUPATI MALANG Ttd. Diundangkan di Malang pada tanggal 29 Mei 2007 SEKRETARIS DAERAH SUJUD PRIBADI Ttd BETJIK SOEDJARWOKO NIP. 510 073 302 Berita Daerah Kabupaten Malang Tahun 2007 Nomor 8/E