UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu wilayah provinsi Daerah

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Gizi merupakan hal paling penting dalam proses tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti perawatan dan makanan

BAB I PENDAHULUAN. saat pemberian makan. Sensory food aversion atau picky eater adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA MANGGUNG SUKOREJO MUSUK BOYOLALI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan kembang anak. (Lubis, 2004). tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Lembaran permohonan menjadi responden LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan

BAB I PENDAHULUAN. sakit). Bila kurangnya pengetahuan tentang zat gizi pemberian terhadap anak-anak

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang yang optimal (golden periode)terutama untuk pertumbuhan jaringan otak,

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

NURJANNAH NIM

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

ANALISIS PENGETAHUAN GIZI IBU BALITA DI DESA PASIRLANGU CISARUA BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. utama, pertama asupan makanan dan utilisasi biologik zat gizi (Savitri, 2005).

RETNO DEWI NOVIYANTI J

BAB I PENDAHULUAN. Visi pembangunan bidang kesehatan adalah Indonesia Sehat 2010, diharapkan akan menjadikan masyarakat Indonesia dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Untuk menjadi seseorang yang dewasa dengan motorik yang baik,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

yakni pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana usia 5 bulan BB naik 2 kali

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Data terkait pola asuh dan picky eaters diambil dalam satu. tersebut berjumlah 2921 balita pada tahun 2016.

BAB I PENDAHULUAN. KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program. Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (Dinkes Propsu, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG NUTRISI ANAK USIA BALITA (0-59 BULAN) DI POSYANDU RW 15 KELURAHAN CICADAS KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan lain seperti antropometri, laboratorium dan survey. lebih tepat dan lebih baik (Supariasa dkk., 2002).

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

BAB I PENDAHULUAN. Target dari Millennium Development Goals yang keempat adalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karbohidrat oleh bakteri, gigi, dan saliva.karies yang terjadi pada gigi desidui

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. peka menerangkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, sehingga sering diistilahkan sebagai periode emas sekaligus

PERILAKU MAKAN ORANG TUA DENGAN KEJADIAN PICKY EATER PADA ANAK USIA TODDLER. Parents eating behavior and picky eater case in toddler-aged children

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

PEMBIASAAN POLA MAKAN BALITA DI LINGKUNGAN KELUARGA SEJAHTERA 1 DESA CIBODAS BUNGURSARI PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kandungan dengan memberi nutrisi yang memadai pada ibu hamil. Pemberian nutrisi

BAB I PENDAHULUAN. Toilet training yaitu suatu usaha melakukan latihan buang air besar dan buang

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut data statistik Indonesia, dari tahun ke tahun jumlah penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan anak, usia dibawah lima tahun merupakan bagian yang sangat

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan dan pedesaan berdasarkan kriteria klasifikasi wilayah. desa/kelurahan (Badan Pusat Statistik {BPS}, 2010).

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pertumbuhan fisik paling pesat terjadi pada masa. anak dan remaja. Pertumbuhan pada masa tersebut tidak

PENGARUH PENYULUHAN GIZI TERHADAP MOTIVASI IBU DALAM PEMBERIAN MENU SEIMBANG PADA BALITA DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG WORTEL PADA PEMBUATAN BISKUIT DITINJAU DARI KADAR β-karoten, SIFAT ORGANOLEPTIK DAN DAYA TERIMA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu wilayah provinsi Daerah isimewa Yogayakarta (DIY) dan berada kurang lebih 40 km dari pusat ibukota provinsi DIY. Kabupaten Gunungkidul memiliki luas sebesar 46,63% dari luas provinsi DIY. penduduk Gunungkidul berdasarkan hasil pendataan keluarga dari BPMPKB tahun 2009 adalah sejumlah 725.583 jiwa. Bila dilihat dari sisi ekonomi, berdasarkan survey ekonomi nasional (SUSENAS) tahun 2008 prosentase penduduk miskin di Kabupaten Gunungkidul sebesar 23,37%. Dibandingkan dengan kabupaten lain di DIY, kabupaten Gunungkidul mempunyai prosentase penduduk miskin terbesar. Kemiskinan dimaksud di sini adalah ketidakmampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar, baik pangan maupun non pangan. Selain itu, pengeluaran biaya pendidikan juga masih sangat rendah yaitu sebesar 1,71%. Gunung Kidul memiliki 18 kecamatan dan 144 desa. Selain itu, Gunungkidul juga memiliki 30 puskesmas. Salah satunya puskesmas Gedangsari II. Puskesmas tersebut memegang beberapa desa. Salah satu desa dipegang bernama desa Watugajah. Desa tersebut merupakan desa paling mudah di akses diantara desa lainnya. Menurut data status gizi dari tiap penduduk, hampir sebagian besar warga desa dipegang oleh puskesmas Gedangsari II, khususnya anak-anak, memiliki berat badan dan tinggi badan rendah, serta dalam data dicantumkan juga beberapa anak memiliki gizi kurang. Anak dengan tinggi badan kurang sebanyak 30 anak dan anak 1

dengan status gizi kurang sebanyak 8 anak. Hal ini dapat terjadi karena rendahnya status ekonomi dan pendidikan orang tua sehingga timbul masalah pada pemenuhan kebutuhan makan anak (DINKES, 2016). Usia batita 1-3 tahun merupakan usia tergolong periode emas, yaitu usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan sangat cepat dalam sejarah kehidupannya. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan dan perkembangan pesat hingga 80%. Pada usia ini anak senang mencoba hal baru dan menirukan perilaku orang-orang terdekatnya. Anak juga mulai menciptakan kebebasannya. Namun pada kenyataannya, mereka masih bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya terutama dalam hal makanan. Dalam hal pemenuhan kebutuhan makan, seringkali keinginan anak dan keinginan orang tua berbeda. Hal ini dapat menimbulkan suatu masalah baru pada anak. Salah satu contohnya yaitu, perilaku anak picky eater (Anggraini, 2014). Picky Eater ditandai sebagai keengganan untuk mencoba makanan baru atau memiliki keyakinan sendiri terhadap makanan disukai dan suka memilih kelompok makanan tetentu. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa picky eater memiliki variasi makanan terbatas, terutama makanan-makanan kaya akan mikronutrien, seperti buah-buahan, sayuran, dan daging. Kebiasaan ini tentu merugikan bagi pertumbuhan anak. Anak dikategorikan sebagai picky eaters atau memiliki masalah dalam kesulitan makan mengalami penurunan berat badan selama dua tahun pertama kehidupannya., dengan 11,1% mengalami kegagalan dalam pertumbuhan. Selain itu, kebiasaan-kebiasaan makan 2

tidak sehat pada masa kanak-kanak biasanya akan berlangsung terusmenerus selama masa kanak-kanaknya dan dapat meningkatkan resiko dalam masalah kesehatan di kemudian hari (Shim et al, 2011). Keengganan anak untuk makan atau mencoba makanan baru (food neophobia) merupakan suatu hal normal dalam masa perkembangan anak. Orang tua sering menggambarkan anak mereka baik balita maupun anak sekolah sebagai picky eater. Picky eaters juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan misalnya perilaku orang tua, seperti memberikan makanan pada anak secara terbatas. Ada korelasi kuat antara orang tua dan anak dalam hal perilaku mengkonsumsi makanan bergizi. Perlakuan orang tua untuk mengontrol pemasukan makanan pada anak dengan cara memaksa anak untuk makanmakanan dengan jumlah tertentu, membatasi pilihan makanan, dan menjanjikan hadiah jika memakan makanan tertentu, justru memiliki efek negatif pada sikap anak dalam menerima makanan. Peran orang tua seharusnya untuk mengatur jadwal makan anak dan memberikan pilihan variasi makanan sehat. Dalam hal perilaku mengonsumsi makanan bergizi, anak sendiri akan memutuskan jumlah dan jenis makanan ia sukai (Nasir et al, 2015). Ada tiga tipe orang tua dalam pemberian makan pada anak yaitu controlling, laissez-faire, dan responsif. Controlling adalah sikap orang tua cenderung otoriter dalam menentukan jadwal, porsi, dan menu makanan. Laissezfaire adalah sikap orang tua terlalu acuh dan tidak ada paksaan terhadap perilaku makan anak. Responsif adalah sikap orang tua selalu merespon tangisan anak dengan memberinya makan. Melihat tiga hal ini, penolakan makan 3

pada anak bisa disebabkan karena sikap orang tua terlalu berlebihan (Sudjatmoko, 2011). Dampak kesehatan dari picky eaters sendiri belum terlihat jelas. Namun, ada beberapa bukti mengatakan pada masa kecilnya, anak tergolong picky eater memiliki berat badan lebih rendah dari pada bukan picky eater. Hal ini dikarenakan anak picky eater mengonsumsi kalori lebih sedikit dan berisiko dua kali lebih besar mengalami berat badan rendah dibandingkan dengan bukan picky eater. Sebuah penelitian mengatakan dari delapan ratus keluarga diwawancarai dengan tiga penggolongan umur yaitu 1-10 tahun, 9-18 tahun, dan 11-21 tahun tergolong picky eater, dapat menjadi faktor resiko gejala anorexia nervosa (Mascola et al, 2010). Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan perilaku orang tua dalam pemberian makan terhadap perilaku picky eater pada anak usia 1-3 tahun di desa Watugajah Gunungkidul. Penelitian ini merupakan suatu penelitian gabungan atau payungan dari beberapa peneliti. Terdapat tiga peneliti meneliti tentang picky eater namun dengan variabel bebas berbeda. Ketiga penelitian tersebut masing-masing mencari hubungan perilaku orang tua dalam pemberian makan terhadap perilaku picky eater, hubungan tingkat pengetahuan gizi orang tua terhadap perilaku picky eater, dan hubungan cara pemberian MP-ASI benar terhadap perilaku picky eater. 4

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah diangkat adalah apakah ada hubungan perilaku orang tua dalam pemberian makan terhadap perilaku picky eater pada anak usia 1-3 tahun di desa Watugajah Gunungkidul? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan perilaku orang tua dalam pemberian makan terhadap perilaku Picky Eater pada anak usia 1-3 tahun di desa Watugajah Gunungkidul. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti a. Menambah wawasan peneliti mengenai adanya hubungan antara perilaku orang tua dalam pemberian makan terhadap perilaku picky eater pada anak usia 1-3 tahun. b. Menjadi syarat memperoleh dan layak untuk menjadi sarjana kedokteran. 1.4.2 Bagi Peneliti Lain Dapat dijadikan referensi atau acuan bagi peneliti selanjutnya. 1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Dapat dijadikan bahan referensi dan dapat dipergunakan oleh peneliti lain sebagai perbandingan 5

1.4.4 Bagi Klinisi dan Puskesmas Sebagai masukan agar Puskesmas dapat memberikan pelayanan dan edukasi kepada orang tua terkait perilaku picky eater sehingga anak dapat tumbuh dan belajar makan dengan benar sesuai diharapkan. 1.4.5 Bagi Kemajuan Ilmu kedokteran Dapat memberikan kontribusi dalam ilmu kesehatan khususnya tentang hubungan peran orang tua terhadap perilaku Picky eater pada anak usia 1-3 tahun. 1.5 Keaslian penelitian Berikut ini merupakan penelitian lain berhubungan dengan judul penelitian mengenai Hubungan Perilaku orang tua dalam pemberian makan terhadap perilaku Picky Eater Pada Anak Usia 1-3 tahun di desa Watugajah Gunungkidul : No. Judul 1. Hubungan peran orang tua dengan perilaku Picky Eater pada Balita di Posyandu RW 1 Notoprajan Wilayah Kerja Puskesmas Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Peneliti, Tahun Damayanti, N 2015 Desain penelitian Cross sectional digunakan 43 responden Kesimpulan Terdapat hubungan antara Peran orang tua terhadap Picky eater pada balita dengan nilai p-value 0,022 (p<0,05) 6

No. Judul 2. Perilaku Makan Orang Tua Dengan Kejadian Picky Eater Pada Anak Usia Toddler 3. Gambaran Perilaku Picky Eater Dan Faktor Yang Melatar Belakanginya Pada Siswa PAUD Kasih Ananda Bekasi Tahun 2012 Peneliti, Tahun Anggraini, I.R 2014 Saraswati, D.P.M 2012 Desain penelitian Cross sectional Metode kualitatif digunakan 25 responden Kesimpulan Ada hubungan bermakna antara perilaku makan orang tua dengan kejadian Picky eater pada anak Usia Toddler. P-value= 0,000 dengan (p<0,05) Faktor melatar belakangi, dalam penelitian ini, rendahnya variasi makanan, perilaku makan keluarga, rendahnya interaksi orang tua dan anak saat makan, ASI eksklusif, pengetahuan orang tua, dan cara menangani. 7

No. Judul 4. Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan picky eater pada anak usia 1-3 tahun di Puskesmas Kratonan Surakarta Peneliti, Tahun Umi Arifah, 2015 Desain penelitian Cross sectional digunakan 96 responden Kesimpulan Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan picky eater pada batita (p = 0,975) dengan (p<0,058) Perbedaan dengan penelitian selanjutnya yaitu penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan perilaku orang tua dalam pemberian makan terhadap kejadian picky eater pada batita usia 1-3 tahun di desa Watugajah Gunung Kidul. Dalam penelitian ini peneliti lebih menekankan hubungan perilaku orang tua dalam pemberian makan terhadap anak melibatkan 12 aspek yaitu mengontrol perilaku makan anak, menggunakan makanan untuk mengatur emosi anak, mendorong asupan makanan seimbang dan bervariasi, menyediakan makanan sehat di rumah, menggunakan makanan sebagai hadiah, bertanggung jawab terhadap asupan makanan anak, pemantauan asupan makanan, pemberian contoh perilaku makan sehat, pemberian paksaan saat makan, pembatasan asupan makanan untuk kesehatan, pembatasan asupan makanan untuk mengontrol berat badan, dan pengajaran tentang gizi. 8