BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi mutlak perlu dilakukan untuk menciptakan good

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banyak penelitian yang menggunakan istilah engagement sebagai variabel

BAB I PENDAHULUAN. beban operasional perusahaan sehingga mengakibatkan jumlah jabatan struktural

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi. Penelitian mengenai engagement dalam pekerjaan yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kemampuan marketing, dan sumber daya manusia (SDM).

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Employee Engagement Definisi mengenai engagement saat ini masih belum jelas, istilah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi yang telah ditetapkan top manajemen. Disisi lain, banyak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pesatnya perkembangan teknologi di era globalisasi ini mengharuskan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengelolaan sumber daya manusia telah ditandai pergeseran

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI WORK ENGAGEMENT PADA KARYAWAN OUTSOURCING DIVISI KARTU KREDIT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia (Saks, 2006). Para praktisi organisasi dan para

BAB II LANDASAN TEORI. memiliki pengertian berbeda mengenai engagement (Albrecht, 2010).

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Bab I. Pendahuluan. pengelolaan yang baik pula organisasi akan mendapatkan karyawan-karyawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. yang mendefinisikan work engagement adalah tingkat keterikatan fisik,

1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Kahn (1990) mendefinisikan engagement sebagai hasrat karyawan

BAB I PENDAHULUAN. dipahami bahwa kompetisi global bukan kompetisi antar negara, melainkan antar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya adalah cabang Solo Raya dan Madiun Raya. Pada bulan April 2016

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia. Demi terciptanya suatu good governance, pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN PT. STUDIO CILAKI EMPAT LIMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting karena manusia merupakan penggerak utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala kegiatan bisnis dan perekonomian, hal ini menyebabkan terjadinya

BAB 2 TINJAUAN REFERENSI

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas sumber daya manusia (Cheng,

yang memiliki peran penting dalam perusahaan karena mereka akan berhubungan dengan para pelanggan. Dalam masyarakat, karyawan pemasaran sering kali

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan sangat penting untuk menjamin perkembangan kelangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakpastian yang tinggi telah menuntut organisasi-organisasi modern untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah PT Studio Cilaki Empat Lima Gambar 1.1 Logo Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkebunan tercatat sebagai sektor yang memiliki kontribusi besar

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) adalah pelaksanaan job analysis, perencanaan SDM,

BAB I PENDAHULUAN. dirancang untuk menaksir bagaimana aktivitas kinerja dan hasil akhir yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inovatif. Kompetisi yang terjadi menuntut organisasi untuk senantiasa mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masykarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas RI

Pada era globalisasi saat ini, teknologi kesehatan berkembang semakin pesat

MEMBANGUN EMPLOYEE ENGAGEMENT EMPLOYEE ENGAGEMENT. Dian Yanuar Roffanna, S.Psi., M.Psi. Bagian Sumber Daya Manusia

SELF REGULATION, KEPUASAN TERHADAP INFORMASI PEKERJAAN DAN WORK ENGAGEMENT: Studi Kasus pada Dosen FISIP UT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan kebijakan tentang perpajakan agar mendapatkan hasil yang diinginkan,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, pemerintah membagi fungsi dan

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini peranan pajak sebagai tulang punggung penerimaan dalam

HUBUNGAN ANTARA JOB CRAFTING DENGAN KETERIKATAN KERJA PADA KARYAWAN GENERASI Y DI KANTOR PUSAT PT. BANK BUKOPIN, TBK JAKARTA

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa studi yang mengkorelasikan antara tingginya job. Perusahaan tidak lagi hanya mencari calon karyawan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi anggaran pada sebuah organisasi. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Instansi Pemerintah adalah organisasi yang merupakan kumpulan orangorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2015 HUBUNGAN FAMILY SUPPORTIVE SUPERVISORY BEHAVIORS DAN TRUST IN SUPERVISOR DENGAN EMPLOYEE ENGAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN. utama roda pemerintahan. Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aparatur pemerintah dan

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, mereka sebagai tenaga penggerak jalannya organisasi dengan tujuan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh orang yaitu karyawan dalam organisasi dapat memberikan sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi memaksa setiap organisasi berupaya menciptakan keunggulankeunggulan

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan. permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem penyelenggaraan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. besar pengaruh kepemimpinan, lingkungan kerja, motivasi kepuasan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Keuangan yang merupakan salah satu Kementerian yang. perekonomian di negara ini berhubungan dengan Kementerian Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Era globalisasi mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Permasalahan. memiliki batasan reaktif yang dapat diidentifikasi serta bekerja bersama-sama untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance), Indonesia akhirnya melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Work Engagement. Work engagement atau worker engagement merupakan sebuah konsep

BAB I PENDAHULUAN. Pajak bukan lagi sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia, karena

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah belum optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. SDM aparatur yang selanjutnya disebut Pegawai Negeri Sipil memiliki peran

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga banyak yang menyebut keterikatan kerja merupakan old wine in

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini diawali dengan latar belakang peneliti dalam pemilihan topik

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan UU No.8 Tahun1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, Pegawai

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN PROGRAM PENGAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia industri dan organisasi (Lingtangsari, Yusuf & Priyatama, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, oleh karena itu negara menempatkan perpajakan sebagai perwujudan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Pengelolaan Taman Pintar. Pada BAB 1, penelitian ini menjelaskan

KATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI

LAMPIRAN INDIKATOR KINERJA UTAMA ( IKU ) DI LINGKUNGAN DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN BADUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. adanya administrasi perpajakan, untuk administrasi pajak pusat, diemban oleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam sebuah organisasi, adalah perilaku extra-role atau perilaku baik warga

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu organisasi baik pemerintah maupun swasta didirikan karena

Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dana pemerintah yang seharusnya untuk rakyat menjadi disalah gunakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kahn (dalam May dkk, 2004) work engagement dalam. pekerjaan dikonsepsikan sebagai anggota organisasi yang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas pengelolaan sumber daya manusia. Organisasi yang berkembang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 PENGARUH KOMPENSASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (PUSDIKLAT) GEOLOGI BANDUNG

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi birokrasi mutlak perlu dilakukan untuk menciptakan good governance yakni pemerintahan yang berdasarkan kepada hukum, transparansi, akuntabilitas, reliabilitas informasi, serta efisiensi dalam manajemen pemerintahan. Salah satu misi reformasi birokrasi sesuai Perpres No. 81 tahun 2010 adalah melakukan penataan dan penguatan organisasi, tata laksana, manajemen sumber daya manusia aparatur, pengawasan, akuntabilitas, kualitas pelayanan publik, mind set dan culture set. Program reformasi birokrasi pada kementerian keuangan merupakan proyek percontohan untuk peningkatan kinerja instansi pemerintah. Sebagai salah satu unit kerja di kementerian keuangan yang memiliki tugas dan fungsi strategis, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) diharapkan mampu menunjukkan kinerja yang terbaik sehingga citra organisasi dapat semakin baik di mata publik (Jafar & Purjono, 2011). Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) adalah salah satu institusi pemerintah yang mempunyai peran yang sangat penting dalam menggerakkan roda perekonomian nasional. Peran tersebut diwujudkan dalam bentuk pengumpulan penerimaan negara untuk membiayai pembangunan nasional, pemberian fasilitas perdagangan untuk menunjang efisiensi rantai pasokan perdagangan internasional, pemberian insentif fiskal untuk meningkatkan pertumbuhan dan melindungi investasi dalam negeri, serta melindungi masyarakat

2 dari masuknya barang-barang yang berbahaya bagi keamanan dan mengganggu kesehatan masyarakat. Peran ini pada akhirnya juga memberikan kontribusi siginifikan dalam pencapaian pertumbuhan ekonomi yang tinggi terutama dalam menggerakan pertumbuhan di sektor riil karena peran DJBC menjadi salah satu faktor penting daya saing nasional dalam ekonomi global dan menjadi salah satu faktor penentu keputusan investasi asing (laporan kinerja DJBC, 2011). Reformasi birokrasi DJBC tidak hanya dilakukan di pusat saja. Instansi di daerah juga melakukan implementasi reformasi birokrasi salah satunya di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea & Cukai X (KPPBC X) Medan. Secara geografis wilayah kerja KPPBC X Medan sangat potensial untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, bisnis, dan ketengakerjaan karena berdekatan dengan Malaysia, Singapura, dan Thailand (negara-negara anggota ASEAN). Menyadari bahwa perannya begitu penting, maka perlu diupayakan secara serius dan berkesinambungan dalam meningkatkan serta mempertahankan kinerja dan citra aparat KPPBC X Medan (www.beacukaimedan.net diakses tanggal 12 Maret 2013). Adapun kebijakan reformasi birokrasi di KPPBC X Medan antara lain; Tunjangan (TKPKN), adanya kontrak kinerja, dan penilaian kinerja yang dilakukan bukan hanya oleh atasan. Adapun komunikasi personal yang dilakukan oleh peneliti kepada pegawai KPPBC X Medan adalah sebagai berikut : kalau berbicara tentang reformasi birokrasi, pola yang diterapkan kementerian keuangan saya kira dapat menjadi model percontohan buat instansi lain. Banyak manfaat yang kami dapat. Kami merasa lebih adil dan fair. Apa yang diterima sesuai dengan apa yang dikerjakan. Misalnya kayak remunerasi, kami dapat TKPKN namanya, kepanjangannya

3 tunjangan khusus pembinaan keuangan negara. Nah itu dinilai berdasarkan job grading (peringkat jabatan) jadi yang kerjanya dinilai bagus bisa naik gradenya mentok sesuai golongannya. Jadi TKPKN nya makin besar. Gak kayak dulu pake asas PGSS (pinter goblok sama saja), mau kerja banyak, kerja dikit tetep segitu juga dapatnya. Hasilnya ya.. ke kinerja. Kami punya kontrak kinerja dengan atasan, terus penilaian juga 60% dari atasan, 40% dari sesama staf bagian yang sama. Terus udah terbentuk seksi kepatuhan internal di setiap unit kantor DJBC yang tugasnya mengawasi dan ngelakukan judgment kontrak kinerja. Semuanya jadi sesuai SOP. Imbasnya, dari hasil kinerja 2011, 2012 kelihatan realisasi yang melebihi target, hehehehe (NM, 27 tahun, komunikasi personal 3 Februari 2013) kalau bicara tentang motivasi, saya dan teman-teman lain merasa makin terpacu dengan adanya kontrak kinerja sebagai implementasi dari reformasi birokrasi. Kalau ditanya lebih baik mana dulu dengan sekarang, sebagian besar dari kami pasti menjawab lebih baik sekarang. Jadi, walaupun sekarang kinerja diawasi lebih ketat yang otomatis kerjaan juga jadi lebih banyak, tapi kami balik lagi merasa lebih fair dan impas. Benarbenar merasa sebagai abdi Negara karena memikirkan bagaimana bisa mencapai target untuk penerimaan pemasukan Negara.. (N, 31 tahun, komunikasi personal 3 Februari 2013) NM, pria 27 tahun sebagai salah satu pegawai Bagian Umum menyatakan bahwa ia lebih termotivasi dan merasa lebih baik setelah mendapat kebijakan reformasi birokrasi. Begitu juga dengan N, wanita 31 tahun yang merupakan rekan kerja NM di bagian kepegawaian merasa penerapan reformasi birokrasi sekarang lebih adil (fair) dan tugas yang jelas. Hal ini juga diperkuat dengan laporan kinerja DJBC tahun 2011 mengenai pencapaian reformasi birokrasi DJBC yang dijabarkan sesuai hasil piloting penjaminan kualitas oleh tim QA Reformasi Birokrasi Nasional yang mencakup 8 area perubahan reformasi birokrasi pada DJBC dan mencapai nilai akhir 91,21 dari skor maksimal 100 (kategori sangat

4 baik). Salah satu poin area penilaian adalah perubahan pola pikir dan budaya kerja yang mendapatkan nilai sebesar 9,49 (dari bobot 10), diikuti perubahan penataran peraturan perundang-undangan sebesar 8,88 (dari bobot 10), penataan dan penguatan organisasi sebesar 9,0 (dari bobot 10), penataran tata laksana sebesar 9,05 (dari bobot 10), penataan sistem manajemen SDM Aparatur sebesar 19,38 (dari bobot 20), penguatan pengawasan sebesar 8,8 (dari bobot 10), penguatan akuntabilitas kinerja sebesar 8,63 (dari bobot 10), dan terakhir peningkatan kualitas pelayanan publik sebesar 18 (dari bobot 20). Peningkatan pendapatan dari bea dan cukai yang masuk setelah penerapan strategi reformasi birokrasi dapat dilihat dari hasil penerimaan bea masuk dan cukai tahun 2011 oleh KPPBC X Medan yang realisasinya melebihi target. Target awal bea masuk adalah sebesar Rp 20.617.990.000. Namun realisasinya sebesar Rp 21.224.155.009. Sedangkan untuk cukai masuk awalnya ditargetkan sebesar Rp 93.571.900.000. Namun realisasinya sebesar Rp 118.641.385.220 (www.beacukaimedan.net diakses tanggal 12 Maret 2013). Tentu saja ketika peningkatan kinerja sudah diraih, usaha selanjutnya bagi organisasi adalah berupaya terus-menerus untuk mempertahankan serta meningkatkan prestasi kerja. Terkait dengan peningkatan kinerja, buletin kinerja edisi xiv/2012 Kementerian Keuangan hal. 16-17 yang berisi tentang penilaian kinerja, menyatakan bahwa salah satu key success factor untuk meminimalkan terjadinya permasalahan yang masih ada di DJBC adalah engagement. Engagement bertujuan untuk memperkuat kerjasama tim, meningkatkan kepuasan

5 karyawan, serta membentuk pandangan karyawan yang positif atas pekerjaan, rekan kerja, dan tempat bekerja (Rajagukguk, 2012). Engagement menjadi topik penting yang paling dibicarakan dalam beberapa tahun terakhir di antara perusahaan konsultan dan media bisnis terkenal (Saks, 2006). Bahkan Wiley, Kowske, & Herman (2010) menyatakan bahwa diperkirakan 90% penelitian mengenai karyawan di dunia fokus terhadap pengukuran engagement. Oleh karena itu, topik mengenai engagement saat ini merupakan topik yang hangat dibicarakan. Konsep engagement semakin berkembang ke dalam beberapa istilah, diantaranya adalah istilah employee engagement dan work engagement. Adapun istilah employee engagement lebih sering digunakan dalam bisnis sedangkan work engagement lebih sering digunakan oleh kalangan akademik. Ini dapat dilihat dari PsycINFO (salah satu database publikasi akademik psikologi) yang menunjukkan publikasi untuk istilah yang memakai work engagement lebih banyak daripada publikasi dengan memakai istilah employee engagement (Schaufeli & Salanova, 2011). Walaupun masing-masing menggunakan istilah yang berbeda, namun pada dasarnya kedua istilah tersebut setuju bahwa engagement melibatkan aspek perilaku dan psikologikal yang meliputi energi, antusiasme, dan usaha yang terfokus (Herbert, 2011). Engagement semakin populer dan diterima di banyak organisasi karena yakin akan mendapatkan banyak dampak positif (Harter, Schmidt, & Hayes, 2002). Dengan mengetahui tingkat engagement karyawan dan memeliharanya

6 untuk tetap tinggi, maka pada umumnya perusahaan atau organisasi akan diuntungkan dengan berbagai hal seperti: (1) dapat mempertahankan dan meningkatkan produktivitas karyawan karena mereka merasa bahagia berkarya di perusahaan tersebut, (2) membantu mempertahankan karyawan terbaik karena mereka tidak mudah tergiur dengan tawaran perusahaan lain, (3) membantu pencapaian target perusahaan karena beberapa studi membuktikan korelasi yang tinggi antara engagement dengan pencapaian target (Mujiasih & Ratnaningsih, 2012). Tambahannya, Robinson, Perryman, & Hayday (2004) menjelaskan bahwa karyawan yang engaged menampilkan perilaku diantaranya, (1) percaya kepada organisasi, (2) tertarik bekerja lebih baik, (3) memahami konteks bisnis dan bigger picture organisasi, (4) kerelaan untuk bertindak lebih, dan (5) selalu mengikuti perkembangan yang ada di lapangan. Work engagement mengacu pada perasaan dan cara pandang karyawan yang positif dan dikarakteristikkan dengan energi dan resiliensi mental yang tinggi selama bekerja (vigor), rasa antusiasme, merasa penting serta bangga terhadap pekerjaan (dedication), dan fokus menikmati pekerjaan (absorption) (Bakker & Schaufeli, 2004; Bakker & Demerouti, 2008). Oleh karena itu, karyawan yang engaged menampilkan level yang lebih tinggi dari energi, mengenali dengan kuat pekerjaannya, dan menikmati penuh pekerjaannya (Herbert, 2011). Sejak konsep engagement dikemukakan oleh Kahn, banyak peneliti tertarik untuk mencari tahu faktor-faktor apa saja yang dapat berpengaruh pada work engagement (Albrecht, 2010). Kebanyakan peneliti work engagement

7 memakai istilah driver (pendorong), anteseden, dan prediktor untuk menjelaskan hal apa yang dapat mempengaruhi, memunculkan, serta memprediksi work engagement. Robinson dkk. (2004) menjelaskan bahwa driver terkuat untuk memunculkan engagement adalah rasa kebermaknaan dan keterlibatan (sense of feeling valued and involved) yang dimiliki oleh individu. Ia menambahkan bahwa penting bagi perusahaan untuk memperhatikan beberapa komponen untuk membuat individu terlibat sehingga memunculkan engagement. Komponen tersebut adalah (1) keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan, (2) pemberian kesempatan pada karyawan untuk mengemukakan idenya dan mendengar pandangannya sehingga karyawan merasakan kontribusinya bernilai, (3) kesempatan karyawan untuk dapat mengembangkan pekerjaannya, dan (4) kesehatan serta kesejahteraan karyawan (Robinson dkk., 2004). Selain itu, Mujiasih dan Ratnaningsih (2012) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi dapat berhubungan pada usaha peningkatan work engagement. Di sisi lain, Saks (2006) mengemukakan job characteristics, persepsi dukungan organisasi, persepsi dukungan supervisor, rewards dan recognition, keadilan prosedural, dan keadilan distributif dapat menjadi anteseden engagement. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, work engagement dapat mempengaruhi peningkatan performa dan produktivitas karyawan. Penelitian terdahulu menemukan hubungan positif antara self-efficacy dengan performance. Alasannya bahwa orang yang memiliki self-efficacy yang tinggi bertahan lebih lama dalam menghadapi hambatan dan mengatur diri mereka sendiri untuk lebih

8 berusaha mencapai tujuan (Bandura & Wood, 1989). Judge & Bono (2001) dalam studi meta analisis juga mengkonfirmasi hasil hubungan self-efficacy dan workrelated performance. Berdasarkan hal yang dijelaskan sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti self-efficacy sebagai prediktor work engagement di Kantor Pelayanan & Pengawasan Bea dan Cukai X Medan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah self-efficacy bertindak sebagai prediktor work engagement di Kantor Pelayanan & Pengawasan Bea dan Cukai X Medan? C. Tujuan Penelitian a. Menggambarkan data mengenai self-efficacy dan work engagement pada sampel pegawai Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea & Cukai X Medan. b. Mengetahui apakah self-efficacy bertindak sebagai prediktor work engagement dan seberapa besar self-efficacy berperan sebagai prediktor work engagement di Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea & Cukai X Medan.

9 D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menguji kembali teori Psikologi Industri dan Organisasi (PIO) mengenai work engagement dan self-efficacy. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk Kantor Pelayanan & Pengawasan Bea dan Cukai X Medan khususnya mengenai data tentang self-efficacy dan work engagement pegawai. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I Latar Belakang Bab ini berisi penjelasan latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Landasan Teori Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian, antara lain mengenai definisi work engagement, dimensi work engagement, dampak work engagement, anteseden munculnya engagement, definisi self-efficacy, fungsi self-efficacy, sumber-sumber self-efficacy, dimensi self-efficacy, serta proses self-efficacy. Selain itu juga dijelaskan self-efficacy sebagai prediktor work engagement di KPPBC X Medan.

10 BAB III Metode Penelitian Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan. Pada bab ini akan dijabarkan mengenai identifikasi variabel, definisi operasional masing-masing variabel, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan data, uji coba alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian, dan metode analisa data. BAB IV Analisis Data dan Pembahasan Bab ini membahas mengenai analisa data dan pembahasan yang berisikan gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian yang merupakan perbandingan hipotesis dengan teori-teori atau hasil penelitian terdahulu. BAB V Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Pada bagian ini akan dibahas mengenai kesimpulan akhir penelitian dan sara yang diberikan oleh peneliti baik untuk penyempurnaan penelitian ataupun untuk penelitian yang berhubungan dengan apa yang akan diteliti di masa yang akan datang.