BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENELITIAN MENGENAI PENINGKATAN KEKUATAN AWAL BETON PADA SELF COMPACTING CONCRETE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. glenium. Untuk kuat tekannya dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Hasil Pengujian Kuat Desak Beton

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

Perlu adanya suatu alternatif bahan yang bisa mengurangi kadar semen, tetapi tidak mengurangi kekuatan (strength) beton itu sendiri dan sifat-sifat

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton PT. Pionir Beton

Berat Tertahan (gram)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyusunnya yang mudah di dapat, dan juga tahan lama. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis yang lebih ringan dari

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Zai, dkk (2014), melakukan penelitian Pengaruh Bahan Tambah Silica

PENGARUH PENAMBAHAN SILICA FUME DAN SUPERPLASTICIZER TERHADAP KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI DENGAN METODE ACI (AMERICAN CONCRETE INSTITUTE)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berat Tertahan (gram)

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. beton (concrete). Beton merupakan bahan gabungan dari material-material

The 1 st INDONESIAN STRUCTURAL ENGINEERING AND MATERIALS SYMPOSIUM Department of Civil Engineering Parahyangan Catholic University

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat mekanis beton busa. Penelitian dilakukan dengan mengontrol specific gravity

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, beton merupakan salah satu bahan elemen struktur bangunan yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas kinerja beton dengan meningkatkan kualitas campuran beton.

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS

Pengaruh Penambahan Admixture Jenis F dan Substitusi Silica Fume terhadap Semen pada Kuat Tekan Awal Self Compacting Concrete

Lampiran. Universitas Sumatera Utara

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH BERBAGAI KADAR VISCOCRETE PADA BERBAGAI UMUR KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 45 MPa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Agregat Halus Pratiwi (2016), dalam penelitiannya telah melakukan pengujian agregat halus, pengujian meliputi berat

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI KADAR SUPERPLASTICIZER TERHADAP NILAI SLUMP BETON GEOPOLYMER

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah membuat program untuk membangun pembangkit listrik dengan total

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR PERSEMBAHAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI

ANALISIS KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BETON DENGAN BAHAN TAMBAH ABU SEKAM PADI DAN BESTMITTEL. Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Campuran bahan-bahan

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN SEMEN PPC DENGAN TAMBAHAN SIKAMENT LN

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi

DAFTAR ISI. BAB III LANDASAN TEORI Beton Serat Beton Biasa Material Penyusun Beton A. Semen Portland

BAB I PENDAHULUAN. macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia konstruksi modern saat ini.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Quality control yang kurang baik di lapangan telah menjadi masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Perkembangan yang. perkuatan untuk elemen struktur beton bertulang bangunan.

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

PENGARUH KOMPOSISI GLENIUM ACE 8590 DENGAN FLY ASH DAN FILLER PASIR KUARSA TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON MUTU TINGGI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. ini, para insinyur dituntut untuk memberikan inovasi-inovasi baru agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan seperti kekuatan tarik dan sifat daktilitas yang relatif rendah.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

ANALISA PERBANDINGAN KUALITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS QUARRY SUNGAI MARUNI MANOKWARI DAN KAMPUNG BUGIS SORONG

BAB I PENDAHULUAN. faktor efektifitas dan tingkat efisiensinya. Secara umum bahan pengisi (filler)

BAB IV METODE PENELITIAN

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Agregat Halus Sudibyo (2012), melakukan pengujian pengaruh variasi umur beton terhadap nilai kuat tekan beton dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan agar berat bangunan dapat dikurangi yang berdampak pada efisiensi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Nilai kuat tekan beton rerata pada umur 28 hari dengan variasi beton SCC

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN SEMEN PPC DENGAN TAMBAHAN GLENIUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME DAN FILLER PASIR KWARSA

PENGARUH PENAMBAHAN GLENIUM ACE 8590 DAN FLY ASH TERHADAP SIFAT MEKANIK BETON RINGAN DENGAN AGREGAT KASAR BATU APUNG

KAJIAN INTERVAL RASIO AIR-POWDER BETON SELF-COMPACTING TERKAIT KINERJA KEKUATAN DAN FLOW (009M)

PEMAKAIAN VARIASI BAHAN TAMBAH LARUTAN GULA DAN VARIASI ABU ARANG BRIKET PADA KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengujian Agregat Halus Haryanto (2014) melakukan pengujian agregat halus yang berasal dari Merapi, gradasi halus yang diuji termasuk daerah gradasi nomor 2, yaitu pasir agak kasar dengan modulus halus butir sebesar 2,45. Hasil pengujian kadar air agregat halus menunjukkan nilai 13,04%. Untuk pengujian berat jenis didapatkan nilai sebesar 2,6 dan penyerapan agregat halus didapatkan sebesar 5,1%. Dari pengujian kadar lumpur didapatkan nilai 5,6% dan untuk berat satuan agregat halus didapatkan nilai 1,89 gr/cm 3. Pamungkas (2016) melakukan beberapa pengujian pada pasir Merapi untuk mengetahui gradasi butiran, modulus halus butir, kadar air berat jenis dan penyerapan air, berat satuan dan kadar lumpur. Untuk uji gradasi, pasir Merapi termasuk pada daerah gradasi nomor 2 dengan nilai modulus halus butir sebesar 2,493. Kadar air sebesar 2,53% dan kadar lumpur sebesar 2,73%. Dari uji berat jenis didapatkan nilai 2,66 dan penyerapan air sebesar 11,11%. Saputra (2016) dari hasil pengujian yang dilakukan, gradasi agregat halus berupa pasir Merapi yang diuji termasuk daerah gradasi nomor 2 dengan modulus halus butir sebesar 2,235. Nilai kadar air sebesar 3,66% dengan kadar lumpur sebesar 4,176%. Berat jenis sebesar 2,62 dan besar penyerapan air agregat halus 1,816%. Uji berat satuan didapatkan nilai 1,565 gr/cm 3. Pada uji berat satuan didapatkan nilai sebesar 1,425 gr/cm 3. Tabel 2.1 Hasil pengujian agregat halus (pasir) Merapi, Sleman Penguji No Jenis Pengujian Agregat Satuan Haryanto Pamungkas Saputra (2014) (2016) (2016) 1 Gradasi butiran Daerah 2 Daerah 2 Daerah 2 2 Modulus halus butir - 2,45 2,493 2,235 3 Kadar air % 13,04 2,53 3,66 4 Berat jenis - 2,6 2,66 2,62 5 Penyerapan air % 5,1 11,11 1,816 5

6 Tabel 2.1 Hasil pengujian agregat halus (pasir) Merapi, Sleman (Lanjutan) Penguji No Jenis Pengujian Agregat Satuan Haryanto (2014) Pamungkas (2016) Saputra (2016) 6 Berat satuan gr/cm 3 1,86 1,425 1,565 7 Kadar lumpur % 5,6 2,73 4,176 B. Pengujian Agregat Kasar Syafitra (2014) melakukan beberapa pengujian terhadap agregat kasar berupa kerikil Clereng. Hasil pengujian kadar air menunjukkan nilai sebesar 1,21%, berat jenis sebesar 2,57 dengan penyerapan air sebesar 0,02%. Uji kadar lumpur yang terkandung menunjukkan nilai 0,6% dan berat satuan 1,431 gr/cm 3 dengan persen keausan butir agregat sebesar 13,44%. Ikhsan (2016) melakukan pengujian kadar air, berat jenis dan penyerapan, kadar lumpur, serta berat satuan pada agregat kasar berupa kerikil Clereng. Hasil pengujian kadar air diperoleh nilai 0,549%, berat jenis sebesar 2,63 dan penyerapan air agregat sebesar 4,47%. Pengujian berat satuan didapat nilai 1,55 gr/cm 3. Kadar lumpur sebesar 1,75% dan keausan butir agregat sebesar 21,36%. Sudharmono (2011) melakukan pengujian kadar air agregat kasar berupa kerikil Clereng diperoleh sebesar 1%, untuk pengujian berat jenis diperoleh sebesar 2,502 dengan penyerapan air sebesar 6,4%. Pada uji keausan didapatkan nilai keausan agegat sebesar 38,56%. Untuk berat satuan didapatkan nilai 1,472 gr/cm 3 dan nilai kadar lumpur yang terkandung sebesar 2,2%. Tabel 2.2 Hasil pengujian agregat kasar (kerikil) Clereng, kulon Progo Penguji No Jenis Pengujian Agregat Satuan Syafitra Ikhsan Sudharmono (2014) (2016) (2011) 1 Kadar Air % 1,21 0,549 1 2 Berat jenis - 2,57 2,63 2,502 3 Penyerapan air % 0,02 4,47 6,4

7 Tabel 2.2 Hasil pengujian agregat kasar (kerikil) Clereng, kulon Progo (Lanjutan) No Jenis Pengujian Agregat Satuan Syafitra (2014) Penguji Ikhsan (2016) Sudharmono (2011) 4 Berat satuan gr/cm 3 1,431 1,55 1,472 5 Kadar lumpur % 0,6 1,75 2,2 6 Keausan butir % 13,44 21,36 38,56 C. Pengaruh Penambahan Silica Fume Dan Superplasticizer Terhadap Kuat Tekan Beton Zai (2014) melakukan penelitian beton untuk mengetahui kadar silica fume dan superplasticizer terhadap kuat tekan beton mutu tinggi dengan menggunakan kadar silica fume yang digunakan sebanyak 0%, 5%, 10%, 15% dan 20 % dari berat semen dan superplasticizer sebanyak 2% dari berat semen untuk semua variasi. Mutu beton yang direncanakan sebesar 70 MPa dengan mix design berdasarkan metode ACI (American Concrete Institute) yang diuji pada umur 7 hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari setelah terlebih dahulu dilakukan curing. Benda uji yang digunakan berbentuk silinder dengan ukuran Ø 15cm x 30 cm, sebanyak 100 benda uji dimana setiap variasi dibuat sebanyak 20 benda uji. Hasil penelitian didapatkan kuat tekan sesuai dengan rencana yaitu lebih dari 70 MPa dan nilai kuat tekan beton optimum yang dicapai pada penggantian semen dengan silica fume 10% dan superplasticizer 2% yaitu sebesar 81,76 MPa dengan nilai slump sebesar 3,36 cm seperti yang terlihat pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2. Selain kuat tekan optimumnya, dapat pula diketahui pada penambahan silica fume 5% dan superplasticizer 2% mengalami peningkatan kekuatan sebesar 3,95% dari beton normal menggunakan superplasticizer 2%. Pada penambahan silica fume sebanyak 10% dan superplasticizer 2% mengalami peningkatan kekuatan tertinggi yaitu sebesar 9,41% dari beton normal menggunakan superplasticizer 2 %. Pada penambahan silica fume 15% dan superplasticizer 2% mengalami peningkatan kekuatan terkecil yaitu 0,76% dari beton normal menggunakan superplasticizer 2%. Sedangkan pada

8 penambahan silica fume 20% dan superplasticizer 2% nilai kuat tekan menurun sebesar 4,84% dari beton normal menggunakan superplasticizer 2%. Kemudian diketahui bahwa semakin besar kadar silica fume maka semakin menurun nilai slump-nya serta silica fume dapat menggantikan semen untuk mencapai kuat tekan di atas 70 MPa dan superplasticizer dapat membantu mempermudah pengerjaan beton. 90 PENGARUH SILICA FUME TERHADAP KUAT TEKAN 85 81,76 Kuat Tekan (MPa) 80 75 70 65 60 74,73 77,66 75,3 71,11 55 50 0 5 10 15 20 Kadar Silica Fume (%) Gambar 2.1 Kuat tekan rata-rata pada umur 28 hari (Zai, 2014) 6 NILAI SLUMP PADA TIAP VARIASI Nilai Slump (cm) 5 4 3 2 4,5 4 3,63 3,5 3,38 1 0 0 5 10 15 20 Kadar Silica Fume (%) Gambar 2.2 Pengaruh kadar silica fume terhadap nilai slump (Zai, 2014)

9 Susilo (2012) melakukan penelitian beton dengan tujuan untuk mengetahui nilai berat jenis dan kuat tekan beton ringan menggunakan agregat berupa batu apung dengan bahan tambah silica fume sebagai pengganti sebagian semen. Penambahan silica fume dalam penelitian menggunakan 6 variasi yaitu 0%, 3%, 6%, 9%, 12% dan 15%. Penetapan nilai FAS sebesar 0,45 dan SikamentNN 3,98 serta Plastiment vz 0,7 dari berat semen yang digunakan. Nilai kuat tekan didapatkan dari hasil uji tekan beton silinder berukuran Ø 15 cm x 30 cm pada saat beton mencapai umur 56 hari untuk setiap variasi campuran. Data untuk setiap variasi campuran diperoleh dari 3 benda uji silinder. Selain uji tekan, dilakukan pula uji nilai slump untuk mengetahui pengaruh penambahan silica fume terhadap workability dari campuran beton. Dari hasil pengujian seperti yang terlihat pada Gambar 2.3, didapatkan nilai slump maksimal sebesar 25 cm pada penggunaan silica fume 0% dari berat binder yang digunakan, sedangkan nilai slump minimal diperoleh sebesar 19 cm pada penggunaan silica fume dengan kadar 9% dari berat binder. Secara umum, semakin besar kadar silica fume yang digunakan maka kelecakan (workability) beton akan semakin menurun. Penyebab menurunnya kelecakan dikarenakan butiran silica fume yang sangat halus sehingga diperlukan lebih banyak air untuk membasahi permukaan butirannya. Hasil pengujian berat jenis tersaji pada Gambar 2.4. Penambahan silica fume pada beton ringan memberikan perubahan nilai berat jenis yang tidak terlalu signifikan pada kadar penggunaan 3% hingga 12% yaitu tidak lebih dari 2 % kenaikan berat jenisnya, sedangkan pada kadar 15% terdapat penurunan berat jenis dikarenakan dalam trial mix yang dilakukan kurang optimal, tetapi nilai penurunannya tidak signifikan. Dari hasil uji tekan yang didapatkan dari keenam variasi yang diuji menunjukkan bahwa penambahan silica fume dengan kadar 9% merupakan campuran dengan nilai kuat tekan tertinggi yaitu sebesar 21,20 MPa seperti yang terlihat pada Gambar 2.5, sedangkan kadar silica fume 12% memberikan penurunan kuat tekan dan untuk kadar 15% memberikan peningkatan kuat tekan dari kadar silica fume 12% sebesar 8,45%.

10 Nilai Slump (cm) 25 20 15 10 5 25 23 22 19 20 20 0 0 3 6 9 12 15 Persentase Silica Fume (%) Gambar 2.3 Hasil pengujan nilai slump terhadap variasi silica fume % (Susilo, 2012) Berat Jenis (kg/m 3 ) 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 1846,33 1825,91 1852,34 1863,15 1868,56 1834,32 0 3 6 9 12 15 Persentase Silica Fume (%) Gambar 2.4 Berat jenis rerata beton ringan (kg/m 3 ) (Susilo, 2012) Kuat Tekan Rerata (MPa) 22,5 20,0 17,5 15,0 12,5 10,0 7,5 5,0 2,5 0,0 21,2000 20,0015 20,1292 20,3979 18,1609 18,8072 0 3 6 9 12 15 Persentase Silica Fume (%) Gambar 2.5 Kuat tekan rerata beton ringan (Susilo, 2012)

11 D. Peningkatan Kekuatan Awal Sugiharto dkk (2006) melakukan penelitian beton menggunakan admixture (hyperplastisizer) Glenium Ace-80 dan filler silica fume Rheomac SF 100 dengan water-binder ratio rendah. Pengujian workability dilakukan dengan menggunakan alat Slump Cone, V-Funnel dan L-Shaped Box, sedangkan tes kuat tekan beton dilakukan pada umur 1, 3, 7, 14 dan 28 hari. Pengujian kuat tekan diutamakan pada umur 1 sebagai kuat tekan awal beton dan 28 hari sebagai kuat tekan akhir beton. Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan komposisi HESSCC (High Early Strength Self Compacting Concrete) yang optimal, melihat performa admixture Glenium Ace-80 dan silica fume Rheomac SF 100 pada HESSCC dan melihat peningkatan kekuatan beton pada HESSCC sampai dengan umur beton 28 hari. High Early Strength Self Compacting Concrete merupakan varian beton yang memiliki tingkat workability yang tinggi sehingga tidak memerlukan pemadatan lagi dan juga memiliki kekuatan awal yang besar. Hasil penelitian dari beberapa variasi komposisi trial mix yang dilakukan, diketahui Mix I (SF 5% & GA-80 2,5%), Mix II (SF 2% & GA-80 2,5%) dan Mix III (SF 0% & GA-80 2,5%) mampu memenuhi target kekuatan akhir sebesar 600 kg/cm 2 untuk umur beton 28 hari (Gambar 2.6), namun untuk target kekuatan awal sebesar 300 kg/cm 2 untuk umur beton 1 hari Mix III (SF 0% & GA-80 2,5%) tidak mampu memenuhi target kekuatan awal (Gambar 2.7). Diketahui bahwa penggunaan silica fume sebagai filler dalam campuran beton dengan komposisi yang tepat, dapat meningkatkan kekuatan beton pada setiap umur pengujiannya rata-rata sebesar 5-20% dan semakin banyaknya presentase silica fume menyebabkan workability beton baik fillingability maupun passingability cenderung menurun, sedangkan dengan semakin banyaknya dosis Glenium Ace-80 workability beton baik fillingability maupun passingability cenderung meningkat. Penggunaan silica fume tidak mempengaruhi nilai water-binder ratio karena presentasi silica fume yang digunakan relative kecil, sedangkan penggunaan Glenium Ace-80, pengaruhnya sangat besar terhadap water-binder ratio dimana semakin banyak dosis yang diberikan akan meningkatkan nilai water-binder ratio akan semakin rendah. Terakhir adalah penggunaan alat V-

12 funnel pada penelitian ini saling mendukung, yang dengan pengujian slump cone sekaligus dapat memberikan hasil lebih akurat. Gambar 2.6 Hubungan kuat tekan dengan umur beton terhadap variasi komposisi Binder (Sugiharto, 2006) Gambar 2.7 Hubungan kuat tekan beton umur 1 hari terhadap persentase penggunaan silica fume (Sugiharto, 2006) Rahmat dkk (2016) melakukan penelitian beton dengan 4 variasi dengan kekuatan tekan rencana sebesar 25 MPa. Tiap variasi terdiri dari 9 buah benda uji berbentuk silinder dengan tinggi 30 cm dan diameter 15 cm. Campuran beton dengan bahan tambahan Reduced Water and Accelerated Admixture (Bestmittel) yang diuji pada umur beton 7 hari, 14 hari dan 28 hari dengan

13 variasi 0,2%, 0,4% dan 0,6% dari berat semen dan air dengan 9 benda uji untuk tiap variasinya serta beton silinder normal sebagai perbandingan. Maksud dari penambahan bahan berupa Reduced Water and Accelerated Admixture (Bestmittel) adalah untuk meningkatkan kemampuan kerja serta kuat tekan rata-ratanya. Pelaksanaan penelitian meliputi kegiatan berupa pemeriksaan bahan, perencanaan campuran beton, pembuatan benda uji, perawatan beton dan pengujian kuat tekan beton. Hasil dari penelitian menunjukkan kuat tekan beton terendah adalah beton dengan variasi bahan tambah Bestmittel 0,2% dengan nilai kuat tekan 27,66 MPa dan kuat tekan tertinggi adalah beton dengan variasi 0,6 % dengan nilai kuat tekan sebesar 31,44 MPa seperti yang tersaji pada Tabel 2.3 dan Gambar 2.8. Dapat diketahui dari hasil penelitian bahwa penambahan bahan Bestmittel sebesar 0,2%, 0,4%, 0,6% dari berat semen dan air dapat meningkatkan kuat tekan dari beton dan dapat mempercepat proses pengerasan beton yang dapat dicapai pada umur beton 7 hari sehingga dapat bermanfaat untuk pekerjaan konstruksi dengan jadwal yang ketat. Kemudian setelah dibandingkan dengan beton normal, dapat diketahui bahwa pada umur perawatan 7 dan 14 hari kuat tekan beton dengan bahan tambah sebesar 0,2%, 0,4% dan 0,6% dari berat semen lebih besar dibandingkan dengan beton normal. Tabel 2.3 Rata-rata hasil kuat tekan beton normal dengan bahan tambah (Rahmat dkk, 2016) Kuat Tekan (MPa) Variasi Benda Uji 7 Hari 14 Hari 28 Hari Beton Normal 19,02 21,61 25,61 0,2 % 19,56 23,12 27,66 0,4 % 20,74 28,74 29,50 0,6% 20,53 25,50 31,44

14 Kuat Tekan (MPa) 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 20,53 20,74 19,02 19,56 31,44 28,74 29,5 27,66 25,5 25,61 23,12 21,61 0,00 7 Hari 14 Hari 28 Hari BETON NORMAL B.Variasi 0,2% B.Variasi 0,4% B.Variasi 0,6% Gambar 2.8 Kuat tekan rata-rata beton variasi (Rahmat dkk, 2016) Pertiwi (2011) melakukan penelitian beton dengan bahan tambah berbasis gula dengan beberapa variasi dalam campuran yaitu 0,015%, 0,030% dan 0,045% terhadap berat semen. Setiap jenis campuran beton dibuat 3 bena uji menggunakan benda uji berbentuk silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Mutu beton yang direncanakan adalah 40 MPa. Uji tekan dilakukan pada umur beton 3 hari, 14 hari dan 28 hari, sedangkan modulus elastisitas pada umur 28 hari. Dari hasil uji diketahui bahwa penggunaan bahan tambah berbasis gula 0,030% dapat meningkatkan kuat tekan beton sebesar 55,54% pada umur beton 3 hari, 7,62% pada umur 14 hari dan 5,67% pada umur 28 hari, dengan nilai modulus elastisitas yang meningkat sebesar 3,70% pada umur 28 hari. Beton dengan kadar bahan tambah berbasis gula 0,015% dan 0,045% meningkatkan kuat tekan beton antara 32,21% sampai 42,17% pada umur 3 hari, dan menghasilkan nilai yang lebih rendah dari beton tanpa bahan tambah pada umur 14 hari dan 28 hari, dengan selisih nilai modulus elastisitas antara 32,57% sampai 34,44%. Untuk lebih jelasnya, hasil pengujian kuat tekan dapat dilihat pada Gambar 2.9 dan Gambar 2.10. Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa penggunaan bahan tambah berbasis gula yang optimum pada penelitian ini adalah 0,030% dan nilai modulus elastisitas beton sebanding dengan nilai kuat tekannya. Semakin besar beban yang dapat ditahan beton, semakin besar pula modulus elastisitasnya.

15 Kuat Tekan (MPa) 50 45 40 35 30 25 20 15 16,977 43,384 40,838 22,447 28,86 38,48 26,408 45,837 43,95 24,144 37,914 35,651 10 5 0 0% 0,015% 0,030% 0,045% Kadar bahan tambah berbasis gula (%) 3 hari 14 hari 28 hari Gambar 2.9 Hasil pengujian kuat tekan beton pada benda uji dengan berbagai variasi kadar bahan tambah berbasis gula dan umur beton (Pertiwi, 2011) 50 45 40 Kuat Tekan (MPa) 35 30 25 20 15 10 Beton normal BBG-0,015% BBG-0,030% BBG-0,045% 5 0 0 5 10 15 20 25 30 Waktu (hari) Gambar 2.10 Peningkatan kuat tekan beton mulai dari umur awal sampai 28 hari (Pertiwi, 2011)

16 Tabel 2.4 Perbandingan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan No Peneliti Tahun Perbedaan komposisi material yang Jenis dipakai pada penelitian Penelitian Terdahulu Sekarang 1 Zai 2014 Penelitian lab Beton mutu tinggi dibuat berbentuk silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm yang direncanakan menggunakan metode ACI (American Concrete Institute) dengan variasi silica fume 0%, 5%, 10%, 15% dan 20 % dari berat semen dan superplasticizer sebanyak 2% dari berat semen untuk semua variasi. Beton normal yang direncanakan berdasarkan SNI 03-2834-2000 menggunakan benda uji berbentuk silinder dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Beton dibuat dengan 3 variasi bahan tambah yaitu silica fume 3%, 6%, 10% dan superplasticizer 1% untuk tiap variasinya serta 1 beton normal tanpa bahan tambah 2 Sugiharto 2006 Penelitian lab Penelitian beton untuk mengetahui Pada penelitian yang akan dilakukan,

17 Tabel 2.4 Perbandingan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan (Lanjutan) No Peneliti Tahun Perbedaan komposisi material yang Jenis dipakai pada penelitian Penelitian Terdahulu Sekarang pengaruh admixture hyperplasticizer Glenium Ace-80 dan filler silica fume Rheomac SF 100 dengan water-binder ratio rendah terhadap kuat tekan awal beton. pengujian beton dilakukan pada umur beton 1, 3, 7, 14 dan 28 hari. Pengujian kuat tekan diutamakan pada umur 1 sebagai kuat tekan awal beton dan 28 hari sebagai kuat digunakan bahan tambah silica fume merek SikaFume dan superplasticizer merek Sikament NN yang diproduksi oleh PT SIKA untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kuat tekan awal beton. Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur beton 3, 7, dan 28 hari. Kuat tekan beton pada umur 3 hari dianggap sebagai nilai kuat tekan awal dari beton dan tekan akhir beton

18 Tabel 2.4 Perbandingan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan (Lanjutan) No Peneliti Tahun Perbedaan komposisi material yang Jenis dipakai pada penelitian Penelitian Terdahulu Sekarang pada umur 28 hari merupakan kuat tekan akhir beton. Penelitian beton dengan memanfaatkan bahan tambah berbasis gula dengan variasi 0,015%, 0,030% dan 0,045% terhadap berat semen mengugunakan Penelitian beton dengan bahan tambah berupa silica fume dengan variasi kadar yang digunakan yaitu 3%, 6% dan 10% dan superplasticizer tetap 1% untuk 3 Pertiwi 2011 Penelitian lab benda uji mengetahui berbentuk kadar optimum silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm yang direncanakan dengan mutu 40 MPa dengan tujuan untuk mengetahui nilai optimum kadar bahan tambah yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan awal dan akhir beton. Benda uji silinder Ø15 x 30 cm dan direncanakan dengan mutu 40 MPa

19 Tabel 2.4 Perbandingan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan (Lanjutan) No Peneliti Tahun Perbedaan komposisi material yang Jenis dipakai pada penelitian Penelitian Terdahulu Sekarang yang digunakan terhadap kuat tekan dan modulus elastisitas beton Beton ringan dengan agregat berupa batu apung dengan bahan tambah silica fume 0%, 3%, 6%, 9%, 12% dan 15% serta penetapan nilai FAS Beton normal menggunakan agregat biasa berupa kerikil Clereng dan pasir Merapi dengan bahan tambah SikaFume 3%, 6%, 10 % dan 4 Susilo 2012 Penelitian lab sebesar 0,45 dan kadar Sikament SikamentNN NN tetap sebesar 3,98 serta Plastiment vz 0,7 dari berat semen yang digunakan. Benda uji berukuran Ø 15 cm x 30 cm yang diuji pada saat umur 56 1% untuk tiap variasinya. Penentuan nilai FAS berdasarkan perencanaan campuran beton menurut SNI 03-2834-2000. Benda uji berbentuk

20 Tabel 2.4 Perbandingan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan (Lanjutan) No Peneliti Tahun Perbedaan komposisi material yang Jenis dipakai pada penelitian Penelitian Terdahulu Sekarang hari untuk setiap variasi. silinder Ø 15 cm x 30 cm yang diuji pada umur beton 3, 7 dan 28 hari. Campuran beton dengan bahan tambahan Reduced Water and Accelerated Admixture (Bestmittel) yang diuji pada umur beton 7 hari, 14 hari dan Campuran beton dengan bahan tambah silica fume (SikaFume) 3%, 6%, 10% dan superplasticizer (Sikament NN) 1% dari berat semen yang diuji 5 Rahmat 2016 Penelitian lab 28 hari dengan pada umur beton variasi 0,2%, 3, 7, dan 28 hari 0,4% dan 0,6% dari berat semen dan air dengan 9 benda uji untuk tiap variasinya serta beton silinder normal sebagai perbandingan. Penambahan serta beton normal sebagai pembanding. Penambahan bahan tambah bertujuan untuk mengetahui kadar optimal variasi campuran untuk

21 Tabel 2.4 Perbandingan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan (Lanjutan) No Peneliti Tahun Perbedaan komposisi material yang Jenis dipakai pada penelitian Penelitian Terdahulu Sekarang bahan berupa Reduced Water and Accelerated Admixture (Bestmittel) adalah untuk meningkatkan kuat tekan awal serta meningkatkan mutu akhir beton. meningkatkan kemampuan kerja serta kuat tekan rataratanya.