Musfirotun Teacher at Buwaran 2 State Primary School Mayong Jepara Abstract

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika di FKIP Universitas Mataram.

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

Tjiptaning Suprihati, Mirisa Izzatun Haniyah. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING DI KELAS V SD NEGERI TERBAHSARI ARTIKEL SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK HIMPUNAN SEMESTER 1 KELAS VII MTsN

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT

Mulyarsih Teacher at Harjowinangun 1 State Primary School Tersono Batang Abstract

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIII, No.2, Tahun 2015 Chellyana Kusuma Wardani & Siswanto 89-96

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Desfi Harianty HS 1 Putri Yuanita 2 Rini Dian Anggraini 3

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

IMPLEMENTASI PEMBERIAN PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

Evrialiani Rosba* Pendidikan Biologi STKIP PGRI SUMBAR Jalan Gunung Pangilun, Padang (Diterima Agustus 2015, disetujui November 2015) ABSTRACT

Oleh: Windi Prastiwi Japet Ginting Sakur ABSTRACT

Joyful Learning Journal

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR PADA MATERI SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

Suparmi SMP Negeri 25 Pekanbaru

Oleh: Mutiara Rizky Ilzanorha Syofni Titi Solfitri ABSTRACT

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 1 PEKANBARU

PENERAPAN TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh:

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

Rahmawati et al., Metode Problem Solving...

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

Abstrak. Kata Kunci : Metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS), aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa.

Kitri Nur Indah Sari Teacher at Maribaya 1 State Primary School Abstract

BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN GUIDED DISCOVERY LEARNING SISWA KELAS XE SMA NEGERI1 TANJUNGSARI, GUNUNG KIDUL TAHUN AJARAN 2012/2013

Kata Kunci: cooperative learning of jigsaw type, student activities and learning outcomes

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA MATA PELAJARAN IPA

Pendahuluan. Windarto et al., Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif. 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Arif Darmawan* Tarto Sentono** ABSTRAK

Pendahuluan. Meris et al., Meningkatkan Kemampuan Menulis...

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL PEMBELAJARAN IPS MENGGUNAKAN TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER KELAS III SD ARTIKEL PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TWO STAY TWO STRAY SISWA KELAS X-AK SMK BHUMI PAHALA PARAKAN TEMANGGUNG

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Dicky Pradana 14-24

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENDEKATAN PETA KONSEP DI SDN 07 GURUN LAWEH NANGGALO PADANG

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN

Darmawati, Arnentis dan Henny Julianita Husny Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE ( TPS ) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SDN 011 BUKIT KAPUR.

Penerapan Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Entrepreneurship

Joyful Learning Journal

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD

Joyful Learning Journal

Sri Qomariyah Teacher at Platar 1 State Primary School, Tahunan, Jepara Abstract

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG JENIS- JENIS TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) BERBASIS EKSPERIMEN

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

A.Y. Soegeng Ysh, Mudzanatun, David Indrianto* FIP IKIP PGRI SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa

Implementasi Model Pembelajaran... (Iqbal Wahyu Perdana) 1

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG

Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw

Joyful Learning Journal

Pendahuluan. Handayani et al., Penerapan fase-fase Pembelajaran Geometri... 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE

TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERISTIWA ALAM MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

Oleh: Tiaranita Dekriati * ) Japet Ginting ** ) Sakur *** ) ABSTRACT

Ruth Megawati. Pendidikan Biologi, Universitas Cenderawasih.

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III MENGGUNAKAN METODE TUTOR SEBAYA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS II SDN SIDOTOPO WETAN I SURABAYA

Dina Safitri, Masjudin, Eliska Juliangkary Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

Pendahuluan. Novia Tri Yuniawati et al., Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples...

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Shinta Agustina Siregar & Sukanti 1-13

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

Jln. Kalimantan 37, Jember

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V SDN 13 PASAMAN

Rusdel Syam, Rini Dian Anggraini, Jalinus No. HP.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

Akbar et al., Peningkatan Minat dan Hasil Belajar...

Darmawati, Imam Mahadi dan Ria Syafitri Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV MELALUI MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER ARTIKEL JURNAL

Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education University of Riau

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

PENERAPAN MODEL NHT DAN MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn JURNAL. Oleh ASEP KURNIAWAN Rapani Asmaul Khair

Nora Efmawati Syahrilfuddin, Hendri Marhadi,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn

Transkripsi:

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 BUWARAN MAYONG JEPARA (Improving Students Activity in Learning Science through Cooperative Approach: Type Numbered Head Together, at Students of Year V Buwaran 2 State Primary School, Mayong Jepara) Musfirotun Teacher at Buwaran 2 State Primary School Mayong Jepara email: musfirotunjanah@yahoo.com Abstract The backgrounds of the research were the lack of students activity in learning science, students dissatisfactory achievement, and the lack of learning media. Numbered Head Together cooperative approach (NHT) model was used to overcome those problems. Subject of the research were the students of year V Buwaran 2 State Primary School. This belonged to classroom action research with steps of planning, acting, observing, and reflecting. The research results showed that obtained average score on students activity tended to improve significantly. At the first cycle, the average score was 59%, second cycle was 79%, and the third one was 90%. The next result was that teacher s activity also improved. The average score in sequence was 78% at cycle 1, 88% at cycle 2, and 95% at the last cycle. The third result of the research was that students achievement also improved. They got average score 60% at cycle one, 75% at cycle two and 95% at the last one. So that based the data, it could be concluded that NHT Cooperative approachcould improve activity of the fifth grade students of Buwaran 2 State Primary School. Keywords: students activity in learning science PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3 menyebutkan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 adalah meningkatkan sumber daya manusia. Tujuan pembelajaran IPA di SD dalam kurikulum KTSP adalah siswa diharapkan memiliki kemampuan diantaranya adalah dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA. Volume 1, Nomor 1, September 2010 39

IPA merupakan salah satu mata pelajaran di SD yang berhubungan dengan cara mencaritahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang melibatkan keaktifan siswa (BSNP, 2006: 17). Berdasarkan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri 2 Buwaran, dapat disimpulkan bahwa hasil belajarnya masih kurang, hal itu dilihat berdasarkan jumlah siswa sebanyak 20 siswa, hanya 7 siswa yang mendapat nilai > 63 sesuai dengan nilai KKM mata pelajaran IPA, sedangkan 13 siswa mendapat nilai < 63, dari hasil tersebut tidak memenuhi kreteria ketuntasan belajar seperti yang diharapkan yaitu sebesar 90% atau seharusnya sebannyak 18 siswa yang mendapat nilai 63 atau tuntas belajar, Sedangkan kenyataanya siswa kelas V yang mencapai ketuntasan belajar baru 35% atau 7 siswa, kurangnya ketuntasan belajar siswa dalam proses pembelajaran karena kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran yang disebabkan diantaranya oleh kurangnya sarana media yang kurang di sekolah, model pembelajaran IPA yang masih dengan model pembelajaran yang konvensional. Dari permasalahan tersebut diatas peneliti bersama tim kolaborator akan memperbaiki permasalahan pembelajaran IPA tersebut dengan menetapkan suatu metode yang paling tepat yaitu dengan menggunakan pendekatan pembelajaran cooperatif tipe NHT yang merupakan model pembelajaran kooperatif dimana setiap peserta didik diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari peserta didik ( Trianto, 2007: 62 ) METODE PENELITIAN Langkah-langkah dalam penelitian yang akan dilaksanakan mengacu pada model Kemmis dan Taggart (Aqib, 2002: 22). Setiap putaran atau siklus tindakan meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap seperti pada gambar 1. PERENCANAAN TINDAKAN OBSERVASI REFLEKSI Gambar 1: Model pelaksanaan PTK ( Arikunto, 2007: 19 ) Volume 1, Nomor 1, September 2010 40

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pembahasan didasarkan pada hasil observasi dan refleksi pada setiap siklusnya. Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Cooperative Numbered Head Together (NHT) adapun hasil pembahaan dari observasi aktivitas siswa, observasi aktivitas guru dan hasil belajar siswa dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada penelitian ini, aktivitas siswa yang di observasi meliputi: Interaksi siswa, Siswa mendengarkan penjelasan guru, Kerjasama siswa, Kesiapan siswa dalam menjawab pertanyaan, Siswa mempresentasikan hasil, Siswa merespon jawaban teman, Kedisiplinan siswa. Penelitian ini sesuai dengan Ibrahim (2000: 7-9) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, saling bekerjasama, menjelaskan ide, mengemukakan pendapat, dan sebagainya. Penelitian ini juga sesuai dengan pendapat Roger dan David Johnson (Lie, 2002: 30 34) bahwa salah satu unsur yang diterapkan dalam model pembelajaran kooperatif adalah komunikasi antar anggota. Unsur ini menghendaki agar para siswa dibekali berbagai keterampilan berkomunikasi. Contoh bentuk komunikasi tersebut adalah mempresentasikan hasil. Dalam mempresentasikan hasil harus ada keberanian, lancar dan jelas dalam berbahasa, serta hasil yang dipresentasikan harus tepat. Sejalan dengan pendapat Lugren (dalam Trianto, 2007:46) bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdapat 3 tingkatan keterampilan kooperatif yaitu: keterampilan kooperatif tingkat awal, keterampilan kooperatif tingkat menengah, dan keterampilan kooperatif tingkat mahir. Sehingga dalam pembelajaran kooperatif siswa hendaknya berada dalam tingkatan keterampilan kooperatif tersebut. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan- keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995). Pada Pra Siklus pembelajaran masih berjalan secara Konvensional yaitu pembelajaran berpuasat pada guru dan siswa hanya duduk diam dan mendengarkan penjelasan dari guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran ini tidak ada. Sehingga dari hasil observasi pada Pra siklus diperoleh data bahwa rata rata persentase aktivitas siswa adalah 35%. Volume 1, Nomor 1, September 2010 41

Pada siklus I interaksi siswa dalam kelompok masih kurang, hal ini terbukti masih banyak siswa yang tidak mau bertanya ataupun berpendapat dengan teman sekelompoknya. Dalam hal kerjasama siswa masih bekerja sendiri sendiri dalam mengerjakan LKS, hal ini karena siswa belum terbiasa mengerjakan soal secara berkelompok. Kesiapan siswa dalam menjawab pertanyaan maupun mempresentasikan hasil diskusi juga masih kurang. Siswa masih malu malu dan ragu ragu dalam menjawab ataupun mempresentasikan hasil diskusi. Siswa yang merespon jawaban temannya masih sedikit, nomor yang ditunjuk tidak mau merespon jawaban temanya. Dalam hal kedisiplinan siswa masih kurang disiplin, masih banyak siswa yang main sendiri dan sering ijin keluar waktu pembelajaran sedang berlangsung. Sehingga dari hasil observasi pada siklus I diperoleh data bahwa rata rata persentase aktivitas siswa adalah 59% terlihat pada (tabel 2). Kekurangan pada siklus I adalah siswa masih takut dalam mempresentasikan hasil diskusi dan siswa yang belum tuntas sebanyak 8 siswa dari 20 siswa. Kelebihan siklus I adalah siswa sudah siap dalam menerima pelajaran, hal ini dapat dilihat dari ketepatan siswa masuk ruang kelas dan tidak satupun siswa yang terlambat. Pada siklus II interaksi siswa dalam kelompok sudah cukup baik, siswa mau bertanya maupun memberikan pendapat dalam berdiskusi. Kerjasama siswa dalam mengerjakan LKS baik, meskipun masih ada anak yang tidak mau bekerjasama dalam mengerjakan LKS. Dalam hal kesiapan menjawab maupun memprentasikan hasil diskusi cukup berani, tetapi masih ada yang kurang tepat dalam mempresentasikan hasil diskusi. Siswa masih kurang berani dalam merespon jawaban temannya karena siswa takut apabila jawabannya salah. Untuk kedisiplinan siswa cukup disiplin, tidak ada siswa yang ijin keluar, meskipun masih ada siswa yang bermain sendiri. Dari hasil observasi diperoleh data bahwa rata rata persentase aktivitas siswa adalah 75% (tabel 5). Kekurangan pada siklus II adalah masih ada 6 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar dan kedisiplinan siswa masih kurang, hal ini dapat dilihat bahwa masih ada siswa yang bermain sendiri. Kelebihan siklus II adalah siswa sudah berani dalam menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas. Dari hasil observasi pada siklus III interaksi siswa sudah baik, siswa bekerjasama dalam mengerjakan LKS, suasana diskusi semakin baik siswa membagi Volume 1, Nomor 1, September 2010 42

tugas untuk mengerjakan LKS dan masing masing siswa mengemukakan pendapatnya. Siswa mempresentasikan hasil diskusi dengan suara yang keras dan jelas, jawaban yang diberikan juga sudah benar. Kedisiplinan siswa dalam pembelajaran tercermin dari kesungguhan siswa mengikuti pelajaran dan antusias siswa dalam berdiskusi. Sehingga rata rata persentase aktivitas siswa pada siklus III adalah 90% (tabel 8). Pada siklus III sudah tidak ada kekurangan karena pembelajaran sudah sesuai dengan Rencana Pembelajaran dan sebagian besar siswa sudah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan kelebihan siklus III adalah siswa benar benar aktif dalam berdiskusi, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang ingin mempresentasikan hasil diskusi. Dalam penelitian ini aktivitas guru yang di observasi meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal guru melakukan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Sumantri (2001: 242) bahwa keterampilan membuka pelajaran adalah usaha guru untuk mengkondisikan mental siswa agar siap dalam menerima pelajaran. Dalam kegiatan inti aktivitas guru yang di observasi antara lain: mengorganisasikan siswa dalam kelompok, mengajukan pertanyaan, dan membimbing siswa selama pembelajaran berlangsung. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Ibrahim (2000: 10) bahwa fase ketiga dalam pembelajaran kooperatif adalah mengorganisasikan siswa kedalam kelompok kelompok belajar. Pembagian kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda (Ibrahim, 2000: 6-7). Sejalan dengan Arends (dalam Trianto, 2007: 47) bahwa pembelajaran kooperatif memiliki ciri yang salah satunya adalah kelompok yang dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, apabila memungkinkan kelompok berasal dari ras, budaya, suku, serta jenis kelamin yang beragam. Menurut Sumantri (2001: 234) salah satu prinsip bertanya adalah pertanyaan hendaknya singkat, jelas, dan disusun dengan kata kata yang sederhana. Sejalan dengan Trianto (2007: 62-63) fase kedua dalam NHT adalah mengajukan pertanyaan, bentuk pertanyaan bervariasi dan spesifik. Ibrahim (2000: 11) berpendapat bahwa fase Volume 1, Nomor 1, September 2010 43

keempat dalam pembelajaran kooperatif adalah membimbing kelompok bekerja dan belajar. Observasi kegiatan akhir meliputi membimbing siswa menyimpulkan materi, melakukan evaluasi, dan tindak lanjut. Hal ini sesuai pendapat Sumantri (2001: 242) keterampilan menutup pelajaran adalah kemampuan guru dalam mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Dalam menutup pelajaran guru dapat melakukan kegiatan menyimpulkan materi pelajaran, mengetahui tingkat pencapaian peserta didik, dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. Pada Pra silkus guru masih menggunakan pembelajaran konvensional sehingga guru hanya melakukan ceramah saja didepan kelas sehingga aktivitas guru monoton didepan kelas. Dari hasil observasi pada pra siklus diperoleh data rata rata persentase aktivitas guru adalah 59%. Pada siklus I guru melakukan kegiatan awal berupa apersepsi dan menginformasikan tujuan pembelajaran. Karena dalam pengkondisian kelas belum baik, sehingga siswa kurang mengetahui tujuan pembelajaran yang akan di capai. Dalam kegiatan inti pengorganisasian siswa dalam kelompok terlalu lama. Kegiatan ini merupakan kegiatan baru bagi siswa karena belum pernah melakukan diskusi kelompok. Guru membimbing siswa dalam diskusi belum merata. Pada kegiatan akhir siswa belum di bimbing untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Penyimpulan materi masih berasal dari guru. Evaluasi kurang berjalan dengan baik, masih ada siswa yang tengok kanan kiri. Dari hasil observasi pada siklus I diperoleh data rata rata persentase aktivitas guru adalah 78%. Siklus II guru melakukan kegiatan apersepsi dan menginformasikan tujuan pembelajaran dengan baik. Pengorganisasian siswa dalam kelompok berjalan dengan lancar karena sama dengan siklus sebelumnya. Usaha guru dalam membimbing siswa berdiskusi belum maksimal, masih fokus pada kelompok kelompok tertentu. Dalam kegiatan akhir siswa menyimpulkan materi dengan bimbingan guru. Evaluasi berjalan dengan baik meskipun hasilnya masih belum memenuhi standar yang ditentukan. Sehingga dari hasil observasi diperoleh data rata rata persentase aktivitas guru adalah 88%. Hasil observasi siklus III guru melakukan apersepsi sesuai tujuan pembelajaran yang akan dicapai, dan menginfomasikan tujuan pembelajaran dengan baik. Volume 1, Nomor 1, September 2010 44

Pengorganisasian siswa dalam kelompok diskusi berlansung tertib dan lancar. Guru membimbing siswa dalam berdiskusi dan mempresentasikan hasil diskusi secara merata. Guru juga membimbing siswa dalam menyimpulkan materi, sehingga siswa dapat menyimpulkan materi dengan baik. Evaluasi berlangsung tertib tanpa ada siswa yang tengok kanan kiri dan hasil yang diperoleh sudah melebihi standar yang telah ditentukan. Sehingga rata rata persentase aktivitas guru pada siklus III adalah 95%, sehingga aktivitas guru dalam pelaksanaan model pembelajaran tipe NHT sangat baik. Dalam kurikulum KTSP (2006: 11) ketuntasan belajar didasarkan pada beberapa pertimbangan, diantaranya: intake siswa (input peserta didik); kompleksitas masingmasing kompetensi dasar setiap mata pelajaran; dan daya dukung. Berdasarkan pertimbangan tersebut ditentukan ketuntasan belajar individu adalah 63 dan ketuntasan belajar klasikal adalah 90%. Dapat diketahui bahwa hasil belajar Pra siklus diperoleh nilai rata-rata 60 dengan persentase ketuntasan belajar 35%, Siklus I diperoleh nilai rata-rata 71 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 60% yaitu sebanyak 12 siswa yang mendapat nilai 63, sedangkan 40% belum mengalami ketuntasan belajar yaitu sebanyak 8 siswa mendapatkan nilai 63 dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa indikator dari hasil belajar belum mencapai ketuntasan klasikal tampak pada pada saat pelaksanaan pembelajaran siswa kurang bersemangat, aktivitas siswa dalam pembelajaran masih kurang karena mereka belum terbiasa dengan pembelajaran model NHT. Pada Siklus II sudah ada peningkatan yaitu semangat belajar siswa sudah tampak dan aktivitas siswa sudah tampak karena dalam pelaksanaan pembelajaran ini siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran model NHT, dapat dilihat hasil belajarnya juga mengalami peningkatan nilai rata-rata menjadi 74 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 75% walaupun ketuntasan belajar klasikal belum mencapai indikator keberhasilan, yaitu tampak sebanyak 15 siswa yang mendapat nilai 63, sedangkan 25% belum mengalami ketuntasan belajar yaitu sebanyak 5 siswa mendapatkan nilai 63. Untuk Siklus III hasil belajar lebih meningkat lagi karena tampak meningkat lebih besar bila dibandingkan siklus II karena siswa sudah terlihat aktif sekali dalam pelaksanaan pembelajaran dan mereka terlihat terbiasa dan tertarik mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran model NHT, dari semangat belajar siswa juga tambah meningkat sehingga dapat di lihat bahwa nilai rata-rata menjadi 84 dengan Volume 1, Nomor 1, September 2010 45

persentase ketuntasan belajar sebesar 95% yaitu sebanyak 19 siswa yang mendapat nilai 63, sedangkan 5% belum mengalami ketuntasan belajar yaitu hanya 1 siswa yang mendapatkan nilai 63. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari siklus III ketuntasan belajar klasikal sudah mencapai ketuntasan klasikal bahkan melebihi dari indikator keberhasilan. SIMPULAN 1. Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPA dapat meningkat dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Cooperative Tipe Numbered head Together (NHT). Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi yang menunjukkan terjadi perubahan aktivitas siswa ke arah yang lebih aktif sehingga pembelajaran menjadi bermakna yang terlihat dari interaksi dan kerjasama siswa dalam berdiskusi, mempresentasikan hasil diskusi, serta merespon jawaban temannya. Adapun hasil persentase aktivitas siswa silkus I sebesar 59%, siklus II 75% dan silkus III sebesar 90%. Untuk hasil akhir aktivitas siswa adalah masuk kiteria aktif sekali. 2. Aktivitas guru pada pembelajaran IPA dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Cooperative Tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan, dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru pada setiap pembelajaran. Pada siklus I hasil observasi aktivitas guru masuk kriteria aktif dengan persentase sebesar 78%, siklus II sebesar 88% masuk dalam kriteria aktif, dan pada siklus III sebesar 95% masuk dalam kriteria aktif sekali. 3. Hasil belajar IPA dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) pada siklus I rerata kelas sebesar 71 dan pesentase ketuntasan klasikal sebesar 60%, Pada siklus II rerata kelas sebesar 74 dan pesentase ketuntasan klasikal sebesar 75%, dan siklus III rerata kelas sebesar 84 dan pesentase ketuntasan klasikal sebesar 95%. Sehingga dapat disimpulkan bahwab rerata dan ketuntasan belajar IPA mengalami peningkatan dan indikator keberhasilan melebihi kriteria yang diinginkan. DAFTAR PUSTAKA Volume 1, Nomor 1, September 2010 46

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya Aziroh, Zuroida 2009. Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran PAKEM Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Singon Bugel. Skripsi. Semarang, 1-23 Juli 2009. BSNP. 2006. Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Depdiknas Depdiknas. 2002. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kelas di SD, SDLB, SLB Tingkat Dasar, dan MI. Jakarta: Depdiknas. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifvistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Volume 1, Nomor 1, September 2010 47