BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PADANG PARIAMAN JL RAYA PADANG-BUKITTINGGI KM. 51 KEPALA HILALANG KEC. 2 X 11 KAYU TANAM KAB. PADANG PARIAMAN 25584 TELP.(0751) 676848 FAX. (0751) 675100 email: klimat_scn@yahoo.com ANALISIS TERKAIT KEJADIAN BANJIR KOTA PADANG TANGGAL 15 FEBRUARI 2018 I. INFORMASI KEJADIAN LOKASI Kota Padang Provinsi Sumatera Barat TANGGAL 14-15 Februari 2018 DAMPAK Informasi kejadian banjir - longsor di Kota Padang harian Padang Ekspres, terbit tgl 15 Februari 2018: 1. Kawasan samping SPBU Pitameh, Lubug Begalung setinggi 1,5 m dan mengancam 2 rumah di sekitarnya. 2. Kompleks Jondul Rawang, Kec. Padang Selatan, banjir setinggi 70 cm. 3. Kawasan Filano Muara Palam Parak Karakah meluap hingga mencapai 100 cm. 4. Kampung Jawa Dalam RT 02 RW 01 banjir setinggi 30 cm 5. Kec. Kawasan Lubuk Begalung RT 02 RW 02 banjir setinggi 80 cm 6. Perumnas Siteba ketinggian air 20 cm 7. Kawasan Anduring dan Bandar Buat banjir setinggi 50 cm 8. Kawasan PLTG Pauh dan Lapai banjir setinggi 40 cm 9. Seputaran Jl. Andalas, Jl. Sudirman, dan Jl. Raden Saleh banjir setinggi 20 cm 10. Simpang DPRD, Jl. Perintis Kemerdekaan banjir ketinggian 15 cm 11. Jl. Ujung Gurun banjir setinggi 25 cm 12. Kawasan Tanah Sirah banjir setinggi + 30 cm 13. Kawasan Jl. Mangunsarkoro, Situjuh, Kototinggi, Palupuh, Abdul Muis, Jalan Kartini, Rohana Kudus, dan Kampung Perak, banjir setinggi 30 cm. 14. Perumahan RT 06 RW 04 Kel. Pasar Ambacang 15. Pohon tumbang Jl. Hiligoo, Ranah Parak Rumbio RT 03 RW 04, Padang.
II. DATA CURAH HUJAN CH Terukur Februari 2018 (mm) Keterangan Data Pos Hujan 11 12 13 14 15 Rata-rata Dasarian II Stamet BIM 7.7 16.5-0.3 192.8 91 > 100 mm / hari (Hujan Ekstrim) Stamar Tlk Bayur - - - - 149.3 86 51 100 mm / hari (Hujan Lebat) Bandar Buat 6.5-5 - 182 107 Muara Palam 3.2 0 - - 214.5 53 Nanggalo - 9 - - 147 61 Semen Padang 9 0.8 - - 141 99
III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Citra Radar Pangkalan Gambar 1. Citra Radar Tutupan Awan tanggal 14 Februari 2018 (kiri) dan 15 Februari 2018 (kanan) (Sumber : Bmkg) Dari pantauan citra radar yang dikeluarkan oleh BMKG Padang pada tanggal 14 dan 15 Februari 2018, kondisi atmosfer Sumatera Barat cukup labil dan kumpulan awan di sekitar Padang dan perairan Sumatera Barat cukup tinggi. Terdapat terdapat transport uap air dari arah perairan ke wilayah pesisir barat Sumatera Barat, termasuk Kota Padang dan sekitarnya. Kumpulan awan tebal tersebut berpotensi mengakibatkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dan dapat berdampak pada terjadinya gangguan cuaca di sekitarnya. B. Citra Satelit Gambar 2. Citra Awan Satelit Himawari 8 tanggal 14 dan 15 Februari 2018 (Sumber : Bmkg) Berdasarkan informasi yang didapat bahwa hujan yang menyebabkan banjir pada tanggal 14 dan 15 Februari 2018 di sekitar Kota Padang terjadi pada malam hari. Berdasarakan citra satelit cuaca pada tanggal 14 Februari 2018 dapat dianalisis bahwa pertumbuhan awan hujan di sekitar Kota Padang mulai terjadi sekitar pukul 19.00 WIB. Pembentukan awan terjadi mulanya dari arah Samudera Hindia ke arah pesisir barat pulau Sumatera dan pada pukul 22.00 WIB meluas hingga ke Sumatera bagian selatan. Pertumbuhan awan terus terjadi hingga mencapai puncaknya pada tanggal 15 Februari 2018 pukul 01.00 hingga 04.00 WIB. Hujan yang terjadi saat kejadian cenderung bersifat masif dengan intensitas tinggi, dimana terlihat dari pekatnya gradasi warna putih yang mengindikasikan tebalnya awan rendah potensi hujan.
C. SST (Sea Surface Temperature) Gambar 3. SST dan Anomali SST Harian Global tanggal 14 Februari 2018 Suhu muka laut harian di perairan barat Sumatera pada tanggal 14 Februari dan 15 Februari 2018 berkisar antara 27 hingga 29 ºC, dengan nilai anomali sebesar 0-2 ºC terhadap normalnya. Suhu muka laut yang hangat (>27,0 0 C) mengindikasikan bahwa kandungan uap air yang terkandung di perairan tersebut cukup banyak, sehingga potensi pembentukan awanawan konvektif sangat besar. D. SOI (Southern Oscillation Index) South Oscillation Index (SOI) atau Indeks Osilasi Selatan pada tanggal 14 Februari 2018 menunjukkan nilai sekitar 1-2 yang menandakan bahwa SOI relatif bersifat netral. Kondisi netral juga ditunjukkan dengan Indeks SST Nino 3.4 rata-rata mingguan yang nilainya sekitar -0,6. SOI netral mengindikasikan bahwa wilayah Indonesia kurang mendapat suplai uap air dari Samudera Pasifik Timur dalam proses pembentukan awan hujan. Gambar 4. Grafik Indeks Osilasi Selatan dan Indeks Nino 3.4 sampai tanggal 14 Februari 2018
E. DMI (Dipole Mode Index) Indeks Dipole Mode pada tanggal 14 Februari 2018 menunjukkan nilai yang hampir normal, yakni -0,1. Hal ini menunjukkan bahwa suplai uap air dari Samudera Hindia ke wilayah Indonesia atau Sumatera tidak banyak sehingga pembentukan uap air juga kurang signifikan. Gambar 5. Grafik Indeks Dipole Mode sampai tanggal 14 Februari 2018 F. OLR (Outgoing Longwave Radiation) Gambar 6. OLR dan anomali OLR tanggal 14 Februari 2018 Nilai OLR rata-rata harian wilayah Sumatera Barat pada tanggal 14 Februari 2018 menunjukkan nilai 200-220 W/m 2 ( 0-30 W/m 2 ). Nilai OLR harian yang relatif tinggi menunjukkan halangan awan yang dapat berpotensi menjadi hujan rendah. Namun tidak dapat dikatakan bahwa pada hari tersebut tidak ada hujan atau tutupan awannya rendah saat terjadi hujan, karena nilai tersebut menunjukkan nilai rata-rata harian, bukan benar-benar saat terjadi hujan. Sedangkan nilai anomali OLR-nya menunjukkan nilai anomali sebesar 0-30 W/m2. Hal ini menunjukkan bahwa pada hari itu radiasi matahari yang ditahan oleh awan sedikit lebih rendah dari rata-ratanya.
F. MJO (Madden Julian Oscillation) Gambar 7. Fase MJO mingguan sampai tanggal 13 Februari 2018 Pada tanggal 13 Februari 2018, aktivitas MJO tidak terlalu aktif dan berada pada kuadran 7 (Pasifik Barat), yang mengindikasikan aktivitas pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat tidak terlalu besar dan tidak terlalu dipengaruhi oleh MJO. G. Pola Angin Gambar 8. Gradien angin tanggal 14 Februari pukul 12 UTC dan tanggal 15 Februari pukul 00 UTC Berdasarkan peta analisa pola angin tanggal 14 Februari 2018 pukul 12.00 UTC (19.00 WIB) terlihat adanya beberapa pusat tekanan rendah (Low Pressure), salah satunya di Samudera Hindia dekat perairan barat Sumatera. Selain itu terdapat pula pusaran Eddy di sebelah barat Sumatera equator. Pertemuan arus Eddy dan pusat tekanan rendah tersebut mengakibatkan adanya pertemuan dua massa udara yang dibelokkan menuju ke arah Sumatera sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan awan-awan konvektif dan berpotensi hujan di daerah sekitarnya, termasuk Sumatera Barat. Selain itu terlihat adanya siklon tropis GITA yang berpusat di sebelah utara New Zealand. Siklon aktif tersebut berpengaruh pada terbentuknya pola-pola tekanan rendah di sebelah selatan hingga barat Indonesia, atau sekitar 10ºLS. Sedangkan pada tanggal 15 Februari 2018 pukul 00.00 UTC (07.00 WIB), pusat tekanan rendah yang berada di Samudera Hindia sudah tidak ada dan perbedaan tekanan semakin kecil sehingga menyebabkan potensi hujan di wilayah Sumatera menjadi berkurang.