KESIAPSIAGAAN GURU DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 12 SURAKARTA, KECAMATAN LAWEYAN, KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS VII DALAM MITIGASI NON STRUKTURAL BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 12 KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGETAHUAN DAN KESIAPSIAGAAN GURU DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 6 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KORBAN BENCANA BANJIR DI DESA CEMANI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPABUMI DENGAN PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII A B, DAN E DI SMP NEGERI 1 TULUNG DI KECAMATAN TULUNG KLATEN

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA BULU KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO

ARTIKEL PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TERHADAP ANCAMAN BENCANA BANJIR

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DAN GEMPA BUMI DI SMP NEGERI 1 GATAK

RESPON MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

KERENTANAN DAN KESIAPSIAGAAN DI DESA BAWAK KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN TERHADAP BENCANA BANJIR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

MITIGASI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN KEDUNG LUMBU KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI

ANGGI PRATIWI A

NASKAH PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DIKELURAHAN GANDEKAN KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA

PENGETAHUAN SISWA MTS MUHAMMADIYAH TAWANGSARI DALAM KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PEMETAAN SEKOLAH SMA/SMK BERDASARKAN KERAWANAN BENCANA UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN KEBENCANAAN SISWA DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian banjir dalam Buku Pegangan Guru Pendidikan Siaga

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GURU TERHADAP BENCANA GEMPABUMI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PRAMBANAN TAHUN 2014

NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi. Diajukan Oleh :

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN JOYOSURAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Geografi

III METODE PENELITIAN

BENTUK PENDIDIKAN KESIAPSIAGAAN BENCANA BANJIR PADA SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA ARTIKEL PUBLIKASI

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI DESA LANGENHARJO KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

IDENTIFIKASI KESIAPSIAGAAN BENCANA BANJIR PADA SISWA SMP N 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO.

PERAN PEMERINTAH DESA DAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA LOROG KECAMATAN TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. kewilayahan dalam konteks keruangan. yang dipelajari oleh ilmu tersebut. Obyek formal geografi mencakup

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP KESIAPSIAGAAN SISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI SMA NEGERI 1 GANTIWARNO

BAB 1 PENDAHULUAN. Hujan terkadang turun dalam intensitas yang tidak normal. Jika

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN KAUMAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKATA ARTIKEL PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

TINGKAT KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT TERHADAP BENCANA BANJIR DI DUSUN NUSUPAN DESA KADOKAN KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Hal ini terungkap mengingat bahwa negara indonesia adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo termasuk salah satu kabupaten yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di tiga lempeng tektonik dunia, yaitu: Lempeng Indo-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MITIGASI BENCANA BANJIR DI DESA NGROMBO KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial

BAB I PENDAHULUAN. Bencana banjir merupakan limpahan air yang melebihi tinggi muka air

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGANTISIPASI BENCANA BANJIR DI KAWASAN RAWAN BANJIR DESA PALUR KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan Bencana. kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN STRATEGI JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN IPS MATERI PRANATA SOSIAL MASYARAKAT KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. negara ini baik bencana geologi (gempa bumi, tsunami, erupsi gunung api)

BAB I PENDAHULUAN. satunya rawan terjadinya bencana alam banjir. Banjir adalah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. apapun bentuk dan jenis penelitian yang hendak dilakukan pasti menimbulkan

TINGKAT KESIAPSIAGAAN SISWA TERHADAP BENCANA BANJIR DI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO

TINGKAT KESIAPSIAGAAN DALAM MENGHADAPI BANJIR DITINJAU DARI TINGKAT SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA TELUKAN KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Benua Australia dan Benua Asia serta terletak diantara dua Samudra yaitu

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN R X O 2 R O 4

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang banyak dituntut

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GURU TERHADAP BENCANA GEMPABUMI DI SMK MUHAMMADIYAH 1 PRAMBANAN TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 141 BT. Letak lintang yang berada di 6 LU 11 LS memberi pengaruh pada

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

NASKAH PUBLIKASI KORELASI ANTARA MINAT DENGAN AKTIVITAS BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SDIT NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014

IDENTIFIKASI PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MITIGASI NON STRUKTURAL BENCANA BANJIR KELAS VII DAN KELAS VIII DI SMP N23 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dikenal dengan sebutan bencana. Upaya meminimalisasi resiko. atau kerugian bagi manusia diperlukan pengetahuan, pemahaman,

AYUNI DIANA Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

`BAB III METODE PENELITIAN. bimbingan kelompok dengan komunikasi antar pribadi siswa kelas VIII di

III. METODE PENELITIAN. oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis,

X O 1. Keterangan : O 1 O 2

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Akuntansi

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta terletak antara BT BT dan. lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta.

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia di bagian utara,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak digenangi air dalam selang waktu tertentu. (Pribadi, Krisna. 2008)

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan air memungkinkan terjadinya bencana kekeringan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB III METODE PENELITIAN

KESIAPSIAGAAN SMP NEGERI 1 GATAK KABUPATEN SUKOHARJO DALAM MENGHADAPI BENCANA ALAM NASKAH PUBLIKASI

BAB III MOTODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan

Transkripsi:

KESIAPSIAGAAN GURU DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 12 SURAKARTA, KECAMATAN LAWEYAN, KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Geografi Diajukan Oleh: ANDY TATANG HENDRAWAN A610100046 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

KESIAPSIAGAAN GURU DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 12 SURAKARTA, KECAMATAN LAWEYAN, KOTA SURAKARTA Andy Tatang Hendrawan, A610100046, Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014 ABSTRAK Banjir adalah salah satu bahaya alam yang terjadi di alam ini dimana air menggenang lahan-lahan rendah di sekitar sungai sebagai akibat ketidakmampuan alur sungai menampung dan mengalirkan air, sehingga meluap keluar alur melampaui tanggul dan mengenai daerah sekitarnya.. SMP Negeri 12 Surakarta merupakan daerah yang beresiko terjadi banjir. Tujuan Penelitian ini adalah: 1) Mengetahui tingkat kesiapsiagaan guru dalam menghadapi bencana banjir di SMP N 12 Surakarta. 2) Mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kesiapsiagaan antara guru laki-laki dengan guru perempuan di SMP Negeri 12 Surakarta dalam menghadapi banjir. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yang memberikan gambaran tingkat kesiapsiagaan guru SMP Negeri 12 Surakarta dalam menghadapi bencana banjir bencana banjir. Metode dalam penelitian ini meliputi penyebaran angket, wawancara dan observasi. Sumber data atau responden angket dipilih secara data populasi, sedangkan untuk data pendukung menggunakan wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kesiapsiagaan guru dalam menghadapi bencana banjir di SMP Negeri 12 Surakarta masuk dalam kategori SIAP, terdapat perbedaan tingkat kesiapsiagaan antara guru laki-laki dengan guru perempuan di SMP Negeri 12 Surakarta dalam menghadapi bencana banjir, guru laki-laki cenderung lebih siap dibandingkan dengan guru perempuan. Kata Kunci: Banjir, Kesiapsiagaan, Perbedaan Tingkat Kesiapsiagaan Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010 1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian SMP Negeri 12 Surakarta merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang lokasinya terletak di Kelurahan Kerten, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Bangunan sekolah tersebut berada tepat di sebelah timur atau berbatasan langsung dengan salah satu anak sungai dari Kali Pepe yang pada saat musim penghujan rata-rata debit airnya meningkat cukup tinggi, sungai tersebut seringkali meluap dan menggenangi permukiman di sekitarnya, termasuk bangunan SMP N 12 Surakarta tersebut. Banjir tersebut hampir setiap tahunnya terjadi di daerah tersebut termasuk juga menggenangi halaman dan bangunan gedung SMP N 12 Surkarta, sebagai salah satu alumni di sekolah tersebut peneliti pernah mengalamainya antara tahun 2003 sampai 2006 terutama terjadi pada puncak musim penghujan yaitu antara bulan Januari sampai Maret, bahkan peneliti sering ke sekolah dengan tidak memakai sepatu karena air menggenangi sekolah dengan ketinggian sampai lutut pada waktu itu. Banjir tersebut selain merusak bangunan fisik sekolah juga mengganggu proses belajar mengajar karena tidak jarang air genangan tersebut sampai masuk ke dalam ruang kelas. Selain itu, dari hasil wawancara terhadap penjual makanan di samping sekolah tersebut, beliau mengatakan pada bulan oktober tahun 2013 kemarin terjadi genangan air sampai lutut orang dewasa yang diakibatkan guyuran hujan deras selama beberapa hari berturut-turut. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana kesiapsiagaan guru dalam menghadapi bencana banjir di SMP Negeri 12 Surakarta? b. Apakah ada perbedaan tingkat kesiapsiagaan antara guru laki-laki dengan guru perempuan di SMP N 12 Surakarta? Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010 2

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan tujuan penelitian sebagai berikut: a. Mengetahui kesiapsiagaan guru dalam menghadapi bencana banjir di SMP Negeri 12 Surakarta. b. Mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kesiapsiagaan antara guru laki-laki dengan guru perempuan di SMP Negeri 12 Surakarta. Manfaat Teoritis a. Bertambahnya kazanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana. b. Sebagai masukan kepada pemerintah untuk menekankan masyarakat untuk sadar bencana dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Manfaat Praktis a. Bagi guru Meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman bencana banjir di SMP Negeri 12 Surakarta maupun di daerah tempat tinggal masing-masing guru tersebut serta menambah pengetahuan mengenai bencana alam banjir. b. Bagi peneliti Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman bencana banjir. Istilah geografi berasal dari bahasa Yunani, geo yang artinya bumi dan graphien yang artinya pencitraan. Geografi adalah ilmu pengetahuan yang menggambarkan segala sesuatu yang ada di permukaan bumi. Beberapa definisi geografi yang dikemukakan para ahli geografi, antara lain sebagai berikut. Menurut BNPB, (2011) menjelaskan bahwa, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010 3

kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Menurut Krishna S. Pribadi Dkk, (2008) banjir adalah suatu kejadian saat air menggenangi daerah yang biasanya tidak digenangi air dalam selang waktu tertenu. Banjir umumnya terjadi pada saat aliran air melebihi volume air yang dapat ditampung dalam sungai, danau, rawa, drainase, maupun saluran air lainnya pada selang waktu tertentu. Hujan lebat yang terjadi dalam waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan berlebihnya jumlah air yang dapat ditampung dalam sungai, danau, rawa, maupun saluran air lainnya, sehingga air meluap dan menimbulkan banjir yang menggenangi daerah di sekitarnya. Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana). Menurut Krishna, dkk (2008) menjelaskan Kesiapsiagaan merupakan tindakan yang dilakukan dalam rangka mengantisipasi suatu bencana untuk memastikan bahwa tindakan yang dilakukan dapat dilaksanakan secara tepat dan efektif pada saat dan setelah terjadi bencana. Menurut buku PASTI (Preparedness Assessment Tools For Indonesia) UNESCO, (2009:31) parameter kesiapsiagaan adalah sebagai berikut: a. Parameter pertama adalah pembentukan dan pembangunan kapasitas organisasi untuk mengawasi dan menjalankan sistem peringatan. b. Parameter kedua adalah berkaitan dengan evakuasi. c. Parameter ketiga adalah berupa penyelamatan dan bantuan. d. Parameter keempat yaitu pembuatan rencana pelaksanaan menangani bencana atau rencana penanganan bencana. Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010 4

e. Parameter kelima adalah mobilisasi langsung. f. Parameter keenam adalah pengaturan stok persediaan. g. Parameter ketujuh adalah komunikasi bahaya. h. Parameter kedelapan adalah pelatihan relawan. i. Parameter kesembilan adalah latihan dan simulasi masyarakat. j. Parameter kesepuluh adalah pendidikan dan kesadaran masyarakat. Menurut Oemar Hamalik, (2008) pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang melalui upaya pengajaran dengan menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian. Dalam upaya pengajaran, perumusan tujuan menjadi utama dan setiap proses pengajaran senantiasa diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Munif Chatib, (2011) guru adalah sebuah profesi. Profesionalitas guru tentunya sangat terkait dengan unsur manajemen kerja guru.. B. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan perhitungan prosentase yang menggambarkan tingkat kesiapsiagaan guru dalam menghadapi bencana banjir. No Nilai indeks Katagori 1 80-100 Sangat siap 2 65-79 Siap 3 55-64 Hampir Siap 4 40-54 Kurang Siap 5 < 40 (0-39) Belum Siap Tabel 3.5. Indeks Kesiapsiagaan Sumber : buku lippi UNESCO (2006) Penelitian dilakukan di SMP Negeri 12 Surakarta, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Penelitian dilakukan selama 6 bulan dari bulan Oktober sampai bulan Maret. Populasi dalam penelitian ini seluruh guru SMP Negeri 12 Surakarta sebanyak 50 orang. Variabel penelitian yang digunakan adalah kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir, Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010 5

kesiapsiagaan ini dibagi menjadi beberapa variabel yang meliputi pembangunan dan sistem peringatan, evakuasi, penyelamatan dan bantuan, rencana penanganan bencana, mobilisasi langsung, pengaturan stok persediaan, komunikasi bahaya, pelatihan relawan, pelatihan dan simulasi, pendidikan dan kesadaran. C. Teknik Pengumpulan data a. Observasi Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi secara tidak langsung karena observasi dilakukan pada saat tidak terjadi banjir tetapi beberapa bulan yang lalu setelah terjadinya bencana banjir. Observasi dilakukan dengan mengamati keadaan sarana dan prasarana sekolah. b. Dokumentasi Dokumentasi dalam penelitian ini untuk memperkuat penelitian berupa gambar/foto dan video saat penelitian berlangsung di SMP N 12 Surakarta. c. Angket Angket merupakan pengambilan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulus kepada responden untuk dijawab. Angket pada penelitian ini di berikan kepada seluruh guru untuk mengetahui dan menilai tingkat kesiapsiagaan guru dalam menghadapi bencana banjir dengan 10 indikator kesiapsiagaan. d. Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahn yang diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. Wawancara dalam Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010 6

penelitian ini ditujukan kepada guru, bertujuan untuk mendapatkan informasi pendukung mengenai bagaimana kesiapsiagaan guru dalam menghadapi bencana banjir di SMP N 12 Surakarta. D. Hasil dan Pembahasan 1) Tingkat kesiapsiagaan guru dalam menghadapi bencana banjir di SMP N 12 Surakarta. Guru di SMP Negeri 12 Surakarta yang berjumlah 50 orang mendapat total skor 682 untuk jawaban 20 soal. Guru di SMP Negeri 12 Surakarta yang menjawab dengan pilihan IYA sebanyak 68,20 % dan jumlah guru yang menjawab pertanyaan dengan jawaban TIDAK sebanyak 31,80 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesiapsiagaan guru SMP Negeri 12 Surakarta dalam menghadapi banjir yang terdiri dari 10 parameter masuk kedalam kategori siap (80%- 100%), artinya bahwa tingkat kesiapsiagaan guru SMP Negeri 12 Surakarta dalam menghadapi bencana banjir masuk dalam kategori siap. 2) Perbedaan tingkat kesiapsiagaan antara guru laki-laki dengan guru perempuan di SMP Negeri 12 Surakarta. Untuk menentukan rumus t-test, akan dipilih untuk pengujian hipotesis, maka perlu diuji dulu varians ke dua sampel homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varians digunakan uji F dengan cara sebagai berikut: σ 1 2 σ 2 2 = ( X 1 X ) 2 21 = 204,6669 21 (Rumus 4.2) = 9,746043, n 1 = 21 = ( X 2 X ) 2 29 = 179,44828 29 (Rumus 4.2) = 6,18787, n 2 = 29 Sumber: Sugiyono (2010) Dalam perhitungan di atas dapat dilihat varians ( kuadrat dari simpangan baku ) terbesar = 9,74604 dan terkecil = 6,18787. Jadi F hitung = 9,74604 : 6,18787 = 1,57502. Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010 7

Harga F hitung tersebut perlu dibandingkan dengan F tabel (Tabel XII Lampiran), dengan dk pembilang = (21-1) dan dk penyebut = (29-1). Berdasarkan dk pembilang = 20 dan penyebut 28, dengan taraf kesalahan ditetapkan = 5%, maka harga F tabel = 1,96. (harga antara pebilang dan penyebut 20 dan 28). Rumus mencari F hitung F hitung = Varians terbesar Varians terkecil F hitung = 9,74604 6,18787 F hitung = 1,57502 Sumber: Sugiyono (2010) (Rumus 4.3) Dalam hal ini berlaku ketentuan, bila harga F hitung lebih kecil atau sama dengan F tabel ( F h F t ), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Ho diterima berarti varians homogens. Ternyata harga F hitung lebih kecil dari F tabel (1,57502 < 1,96). Dengan demikian Ho diterima. Hal ini berarti varians homogen. Setelah diketahui varians homogen (σ 1 = σ 2 ) dan jumlah populasi kelompok 1 tidak sama dengan jumlah kelompok 2 (n 1 n 2 ), maka sesuai dengan pedoman yang telah dikemukakan digunakan rumus Polled Varians yaitu: x 1 x 2 ( n 1 n2 ) S1 2 + ( n2 1 ) S2 2 ( 1 n1+ n2 2 n1 + 1 n2 ) 14,333 13,137 (21 29 )9,746+(29 1 )6,18787 ( 1 21+29 2 21 + 1 29 ) 1,196 ( 8 )9,746+(28 ) 6,18787 (0,0476+0,0344) 48 1,196 77,968+ 173,260 (0,082) 48 1,196 95,29236 (0,082) 48 1,196 1,9853 (0,082) 1,196 0,1628 1,196 0,1628 2,96 Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010 8

Harga t hitung tersebut, selanjutnya dibandingkan dengan harga t-tabel. t- tabel dengan digunakan t - n 1 + n 2 2 yaitu t 21+29-2 = t 48 Berdasarkan perhitungan tersebut, ternyata t hitung lebih besar dari t tabel (2,96 > 2,01063). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi kesimpulannya terdapat perbedaan secara signifikan tingkat kesiapsiagaan antara guru laki-laki dengan guru perempuan di SMP N 12 Surakarta dalam menghadapi banjir). Guru laki-laki cenderung lebih siap bila dibandingkan dengan guru perempuan. B. PENUTUP a. Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai kesiapsiagaan guru dalam menghadapi bencana banjir di SMP N 12 Surakarta, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Guru di SMP Negeri 12 Surakarta yang berjumlah 50 orang mendapat total skor 682 untuk jawaban 20 soal. Guru di SMP Negeri 12 Surakarta yang menjawab dengan pilihan IYA sebanyak 68,20 % dan jumlah guru yang menjawab pertanyaan dengan jawaban TIDAK sebanyak 31,80 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesiapsiagaan guru SMP Negeri 12 Surakarta dalam menghadapi banjir yang terdiri dari 10 parameter masuk kedalam kategori siap (80%- 100%), artinya bahwa tingkat kesiapsiagaan guru SMP Negeri 12 Surakarta dalam menghadapi bencana banjir masuk dalam kategori SIAP. b. Terdapat perbedaan tingkat kesiapsiagaan antar guru lakilaki dengan guru perempuan di SMP N 12 Surakarta dalam menghadapi bencana banjir, guru laki-laki cenderung lebih siap dibandingkan dengan guru perempuan. b. Saran a) Sekolah diharapkan dapat memberikan materi disalah satu mata pelajaran tentang kebencanaan khususnya materi kesiapsiagaan Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010 9

menghadapi bencana banjir yang bertujuan agar meningkatkan kesiapsiagaan guru dan siswa sehingga dapat meminimalisir banyaknya kerugian dan korban dikalangan warga sekolah. b) Sekolah diharapkan dapat mengikutsertakan guru dan siswa dalam berpartisipasi melakukan tindakan pelatihan atau simulasi bencana banjir di sekolah agar guru dan siswa lebih mengetahui bagaimana cara penyelamatan apabila bencana banjir melanda. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. PT Rineka Cipta. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Tahun 2011. Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta. Kencana Prenada Media Group. Chatib, Munif. 2011. Gurunya Manusia. Bandung. PT Mizan Pustaka Darsinah, dkk. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi FKIP UMS. Surakarta. BP-FKIP UMS Edy Wibowo, Agung. 2012. Aplikasi Praktis SPSS Dalam Penelitian. Yogyakarta: GAVA MEDIA. Endarto, Danang. 2007. Geografi Untuk SMA/MA Kelas X. Surakarta. DEPDIKNAS Kharisma, Nugroho, dkk. PASTI (Preparedness Assassment Tools For Indonesia). Jakarta Pusat. UNESCO Office dan Humanitarian Forum Indonesia. Lakitan, Benyamin. 1997. Dasar Dasar Klimatologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Pribadi, Krisna S, dkk. 2008. Pendidikan Mitigasi Bencana. Bandung. ITB 1997. Priyana, Yuli. 2008. Dasar-Dasar Meteorologi dan Klimatologi. Surakarta Siregar, Syofian. 2010. Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian.Bandung. Alfabeta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta. Supranto. 2010. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta. Erlangga Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010 10

Triehendradi, C. 2012. Step by Step SPSS 20 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Wijaya, Cece. 1991. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung. Remaja Rosdakarya Offset. Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta. PUSTAKA PELAJAR. Andy Tatang Hendrawan, Pendidikan Geografi UMS 2010 11