BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kecemasan Komunikasi Pengertian kecemasan komunikasi dalam kamus istilah psikologi, Chaplin (2006) mendefinisikan kecemasan sebagai perasaan campuran berisi ketakutan dan keprihatinan mengenai rasa-rasa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Daradjat (1969) menjelaskan kecemasan sebagai manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Ada beberapa jenis rasa cems, yaitu cemas akibat mengetahui ada bahaya yang mengancam dirinya, rasa cemas berupa penyakit yang dapat mempengaruhi keseluruhan diri pribadi. Selanjutnya, rasa cemas karena perasaan berdosa atau bersalah yang nantinya dapat menyertai gangguan jiwa. Sementara itu, menurut Lazarus (1976) kecemasan mempunyai dua arti, yaitu: 1. Kecemasan sebagai respon, digambarkan sebagai suatu pengalaman yang dirasakan tidak menyenangkan serta diikuti dengan suasana gelisah, bingung, khawatir dan takut. Bentuk kecemasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu: a) State anxienty, merupakan gejala kecemasan yang sifatnya tidak menetap pada diri inividu ketika dihadapkan pada situasi tertentu, gejala ini akan tampak selama situasi tersebut masih ada. 13
14 b) Trait anxienty, kecemasan yang tidak tampak langsung dalam tingkah laku tetapi dapat dilihat frekuensi dan intensitas keadaan kecemasan individu sepanjang waktu, merupakan kecemasan yang sifatnya menetap pada diri individu dan timbul dari pengalaman yang tidak menyenanngkan pada awal kehidupan. Kecemasan tersebut berhubungan dengan kepribadian individu yang merupakan disposisi pada individu untuk menjadi cemas. 2. Kecemasan sebagai intervening variable, disini kecemasan lebih mempunyai arti sebagai motivating solution, artinya situasi kecemasan tersebut dapat mendorong individu agar dapat mengatasi masalah. Sementara itu, Nevid, dkk (1997) menganggap kecemasan sebagai suatu keadaan takut atau perasaan tidak enak yang disebabkan oleh banyak hal seperti kesehatan individu, hubungan sosial, ketika hendak menjalankan ujian skolah, masalah pekerjaan, hubungan internal dan lingkungan sekitar. Lebih lanjut, Hudaniah dan Dayakisni (2003) menyatakan bahwa pada umumnya kecemasan berwujud ketakutan kognitif, keterbelakangan syarat fisiologi dan suatu pengalaman subjektif dari ketegangan atau kegugupan. Beberapa individu juga mengalami perasaan tidak nyaman dengan kehadiran orang lain, biasanya disertai dengan perasaan malu yang ditandai dengan kelakuan, hanbatan dan kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial. Keadaan individu yang seperti ini dianggap mengalami kecemasan sosial. Salah satu bentuk kecemasan yang sering terjadi adalah kecemasan dalam hal berkomunikasi. Burgoon dan Ruffer (dalam Dewi & Andrianto, 2007)
15 mendefinisikan communication apprehension sebagai suatu rekasi negative dari individu berupa kecemasan yang dialami individu ketika berkomunikasi, baik komunikasi antar pribadi, komunikasi di depan umum maupun komunikasi massa. Pada penelitian kali ini penulis akan menekankan pada kecemasan komunikasi pada mahasiswa prodi-prodi kependidikan. Kecemasan berbicara di depan umum juga termasuk dalam kategori kecemasan sosial. Kecemasan sosial adalah perasaan tak nyaman dalam kehadiran individu lain, yang selalu disertai oleh perasaan malu yang ditandai dengan kekakuan, hambatan dan kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial (Hudaniah, Tri & Dayaksini, 2006). Ketika mengalami kecemasan individuindividu biasanya berperilaku (overt behavior) dalam cara-cara yang mengganggu interaksi sosial. Ketika gugup (nervous), individu menunjukkan gejala kecemasan yang dialami (misalnya gemetar dan gelisah), menghindari individu lain dan gangguan pada perilaku-perilaku lain yang terus-menerus (misalnya tidak lancar berbicara, kesulitan konsentrasi). Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian kecemasan, maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan merupakan respon atau pengalaman emosional yang dirasakan sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan dan sumbernya tidak diketahui dengan jelas. Hal ini ditandai dengan adanya gejala fisiologis dan psikologis seperti takut tanpa sebab yang jelas, tidak berdaya, khawatir atau gelisah dan adanya gejala kognitif seperti keluhan sulit konsentrasi, bingung, kehilangan kontrol.
16 1. Faktor-faktor kecemasan komunikasi Kecemasan komunikasi dipengaruhi oleh berbagai macam hal. Beberapa penelitian menghubungkan kecemasaan komunikasi dengan karkteristik kepribadian individu. MacIntyre dan Thivierge (dalam Anwar, 2009) misalnya, menemukan bahwa ciri-ciri umum ekstraversi, kestabilan emosi, dan intelektualitas secara signifikan berhubungan dengan kecemasan komunikasi. Weaver, Sarget, dan Kiewitz juga menemukan hubungan antara tipe kepribadian (Tipe A dan Tipe B) dengan kecemasan komunikasi, di mana dilaporkan bahwa individu Tipe A memiliki tingkat kecemasan komunikasi yang lebih rendah dibandingkan dengan individu Tipe B (Roach, dalam Anwar, 2009). Rogers (2004) meyakini bahwa yang sangat berpengaruh terhadap kecemasan komunikasi adalah pola pikir keliru. Seseorang yang hendak berbicara di depan umum berpikir bahwa dirinay sedang diadili, merasa bahwa penampilan dan gerak-gerik dan ucapannya sedang menjadi perhatian banyak orang. Sama halnya dengan pendapat Rahayu, dkk (dalam Anwar, 2009) yang menyatakan bahwa kecemasan komunikasi bukan disebabkan oleh ketidakmampuan individu, tetapi disebabkan pada pikiran-pikirannya yang negatif dan tidak rasional. Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan komunikasi, diantaranya adalah pengalaman individu, citra diri individu, jenis kelamin, dan keyakinan atau kepercayaan diri seseorang.
17 2. Komponen kecemasan komunikasi tiga, yaitu: Rogers (2004) membagi komponen kecemasan komunikasi menajadi a. Komponen fisik yang biasanya dirasakan jauh sebelum memulai pembicaraan. Gejala fisik tersebut dapat berbeda setiap orangnya. Beberapa contoh gejala fisik yang dimaksud adalah detak jantung yang semakin cepat, suara yang bergetar, kaki gemetar, kejang perut, sulit bernafas dan hidung berlendir. b. Komponen mental, misalnya sering mengulang kata atau kalimat, hilang ingatan secara tiba-tiba sehingga sulit untuk mengingat fakta secara tepat dan melupakan hal-hal yang sangat penting. Selain itu juga tersumbatnya pikiran sehingga membuat individu yang sedang berbicara tidak tahu apa yang harus diucapkan selanjutnya. c. Komponen emosional, yang termasuk dalam komponen emosional adalah adanya rasa tidak mampu, rasa takut yang biasa muncul sebelum individu tampil dan rasa kehilangan kendali. Biasanya secara mendadak muncul rasa panik dan rasa malu setelah berakhirya pembicaraan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpilkan bahwa komponen kecemasan komunikasi terdiri dari komponen fisik, komponen proses mental, dan komponen emosional.
18 B. Mekanisme Koping Individu Menurut kamus psikologi koping adalah (tingkah laku atau tindakan penanggulangan) sembarang perbuatan, dalam mana individu melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Dengan tujuan menyelsaikan sesuatu (Chaplin, 2006). Strategi koping juga diartikan sebagai upaya baik mental maupun prilaku, untu menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau meminimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Atau juga bisa dikatakan sebagai perilaku mengatasi masalah, adalah kecendrungan perilaku yang digunakan individu dalam menghadapi dan memanage suatu masalah yang menimbulkan stres dalam menghindari, menjauhi, dan mengurangi stress atau dengan menyelesaikan dan mencari dukungan sosial. Koping merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologis. Stuart dan Sundeen (1998) mengemukakan bahwa kemampuan koping dipengaruhi oleh antara lain faktor internal meliputi umur, kepribadian, intelegensi, pendidikan, nilai, kepercayaan, budaya, emosi dan kognitif dan faktor eksternal, meliputi suport sistem, lingkungan, keadaan finansial penyakit. Hasil penelitian menunjukkan perempuan cenderung menggunakan koping yang adaptif dibandingkan laki-laki meskipun tidak signifikan. Berdasarkan definisi maka koping adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.
19 1. Penggolongan mekanisme koping Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi dua Stuart dan Sudeen (dalam Mulyadi, 2014), yaitu: a. Mekanisme koping adaptif Adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik seimbang dan aktivitas konstruktif. b. Mekanisme koping maladaptif Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecahkan pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan/tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar. 2. Jenis strategi koping Faktor yang menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat tergantung pada kepribadian sesesorang, dan sejauh mana tingkat stres dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya. Contoh seseorang cendrung menggunakan problem solving focused coping dalam menghadapi masalah-masalah yang menurutnya bisa dikontrol. Seperti, masalah-masalah yang berhubungan dengan sekolah atau pekerjaan. Sebaliknaya ia akan cendrung menggunakan strategi emotion focused coping ketika dihadapkan pada masalah yang menurutnya
20 sulit dikontrol. Perilaku koping yang berfokus pada persoalan berfungsi mngubah relasi antara individu dan lingkungan yang bermasalah dengan melakukan tindakan langsung pada lingkungan atau individu yang bersangkutan. Dalam Candra (2004) tentang koping juga dikenal dua strategi, yaitu: a. Active Coping Strategy, yaitu: Strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap sumber stres. Diantaranya yaitu: 1. Lebih berorientasi pada penyelsaian masalah. 2. Meminta dukungan pada individu lain. 3. Melihat sesuatu dari segi positifnya. 4. Menyusun rencana yang akan dilakukan untuk menyelsaikan masalah. 5. Cendrung realistik. b. Avodiant Coping Strategy, yaitu: Merupakan strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber stres dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan atau situasi yang berpotensi meimbulkan stres. Yang biasanya ditandai dengan: 1. Menjauhi permasalahan dengan cara menyibukkan diri pada aktivitas lain. 2. Menarik diri (whit drawl).
21 3. Cendrung bersifat emosional. 4. Suka berkhayal dan berangan-angan. 5. Makan berlebihan. 6. Menggunakan obat penenang. Apa yang dilakukan individu dalam avoidant koping strategi sebenarnya merupakan suatu bentuk mekanisme pertahanan diri, yang sebenarnya dapat menimbulkan dampak negatif pada individu karena cepat atau lambat permasalahan yang ada haruslah diselesaikan oleh yang berangkutan. C. Kepercayaan Diri Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting pada seseorang. Tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak menimbulkan masalah pada diri seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Dikarenakan dengan kepercayaan diri, seseorang mampu mengaktualisasikan segala potensi dirinya. Kepercayaan diri merupakan sesuatu yang urgen untuk dimiliki setiap individu. Kepercayaan diri diperlukan baik oleh seseorang anak maupun orang tua, secara individu maupun kelompok. Menurut Willis (dalam Ghufron 2013: 34) kepercayaan diri adalah keyakinan bahwa seseorang mampu menanggulangi suatu masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan suatu yang menyenangkan bagi orang lain.
22 Menurut Lautser (dalam Ghufron 2013: 34) dalam mendefinisikan kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman hidup. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang merupakan keyakinan akan kemampuan diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak, gembira, optimis, cukup toleran, dan bertanggung jawab. Lautser (2003) menambahkan bahwa kepercayaan diri berhubungan dengan kemampuan melakukan sesuatu yang baik. Anggapan seperti ini membuat individu tidak pernah menjadi orang yang mempunyai kepercayaan diri yang sejati. Bagaimana pun kemampuan manusia terbatas pada sejumlah hal yang dapat dilakukan dengan baik dan sejumlah kemampuan yang dapat dikuasai. Anthony (dalam Ghufron 2013: 34) berpendapat bahwa kepercayaan diri merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan, dan mempunyai kemampuan untuk memiliki kemandirian, dan mempunyai kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan. Kumara 1988 (dalam Ghufron 2012: 34) menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan cirri kepribadian yang mengandung arti keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri. Kepercayaan diri merupakan sikap mental seseorang dalam menilai diri maupun objek sekitarnya sehingga orang tersebut mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya untuk dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuannya.
23 1. Dimensi dan Indikator Skala Kepercayaan Diri Menurut Lautser (dalam Ghufron & Risnawita 2012:35-26), orang yang memiliki kepercayaan diri yang positif adalah yang disebutkan dibawah ini: a. Keyakinan kemampuan diri Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang dirinya. Ia mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang dilakukan. b. Optimis Optimis adalah sikap optimis yang dimiliki seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan kemampuannya. c. Objektif Orang yang memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau dirinya sendiri. d. Bertanggung jawab Bertanggung jawab adalah kesedian orang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya. e. Rasional dan realistis Rasional dan realistis adalah analisis terhadap suatu masalah, sesuatu hal, dan sesuatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.
24 D. Hubungan Antara Mekanisme Koping Individu dan Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Komunikasi 1. Hubungan anatar mekanisme koping individu dengan kecemasan komunikasi Masalah kecemasan yang sering kali terjadi ditemui pada lingkungan baru, banyak hal para ahli atau peneliti yang mengadakan penelitian tentang faktorfaktor yang dapat menyebabkan kecemasan, dimana faktor kecemasan telah dianggap sebagai bagian dari hidup yang tidak akan lepas dari berbagai masalah sehari-hari (Mulyadi, 2014). Menurut Rasmus (dalam Mulyadi, 2014) menyatakan bahwa koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang menetap yang merupakan kebiasaan baru dan perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan koping yang tidak efektif berakhir dengan perilaku maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang dari keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain atau lingkungan. Menurut Hidayat (dalam Mulyadi, 2014) menyatakan bahwa semakin adaptif mekanisme koping yang digunakan mahasiswa maka tingkat kecemasan akan semakin berkurang dan semakin maladaptif mekanisme koping mahasiwa maka kecemasan akan semakin tinggi. 2. Hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi Sebagai calon guru setiap mahasiswa prodi-prodi kependidikan diharapkan mampu bekomunikasi secara lisan maupun tertulis, baik dalam komunikasi antar pribadi, komunikasi di depan umum maupun komunikasi massa.
25 Rakhmat (2009) menyebutkan bahwa faktor yang paling menentukan dalam hambatan kecemasan komunikasi adalah kurangnya kepercayaan diri. Seseorang yang kurang percaya diri akan cenderung sedapat mungkin menghindari presentasi atau berbicara di depan umum. Mereka takut orang lain akan mengejek atau menyalahkan, dalam diskusi, mereka akan lebih banyak diam, dalam pidato, mereka akan bebricara terpatah-patah. 3. Hubungan antara mekanisme koping individu dan kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi Sebagai calon guru mahasiswa harusnya memiliki kemampuan mekanisme koping individu yang baik, sehingga mampu melakukan mekanisme koping terhadap kecemasan komunikasi yang dialaminya. Bukan hanya mekanisme koping individu yang harus dimiliki oleh para calon guru, tapi mahasiswa juga harus memiliki kepercayaan diri yang baik dalam menurunkan kecemasan komunikasi. Dalam hubungan mekanisme koping individu dan kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi adalah jika seorang mahasiswa calon guru mampu melakukan mekanisme koping individu yang baik maka akan memiliki kepercayaan yang tinggi sehingga dapat menurunkan kecemasan komunikasi yang dialaminya saat melakukan kegiatan belajar mengajar.
26 E. Kerangka teoritik Dari pemaparan di atas maka dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara mekanisme koping individu dan kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi. Kemudian untuk mengetahui jika seseorang melakukan mekanisme koping active strategy maka orang tersebut cenderung bisa mengatasi kecemasan komunikasi, sedangkan jika seseorang melakukan avoidance strategy maka orang tersebut cenderung mengalami kecemasan komunikasi. Untuk kepercayaan diri jika seseorang mengalami kecemasan komunikasi biasanya orang tersebut memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah, dan sebaliknya jika seseorang memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi maka orang tersebut tidak mengalami kecemasan komunikasi. Sehingga kemungkinan orang yang mengalami kecemasan komunikasi biasanya akan melakukan avoidance strategy terhadap apa yang dihadapinya dan memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah, dan sebaliknya orang yang melakukan active strategy kemungkinan tidak akan mengalami kecemasan komunikasi dan juga memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Mekanisme koping individu dan kepercayaan adalah dua faktor kecemasan komunikasi yang biasanya dialami oleh para calon-calon guru.
27 Dapat digambarkan kerangka teoritik mengenai hubungan mekanisme koping individu dan kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi adalah sebagai berikut : MEKANISME KOPING INDIVIDU (X1) Active Coping Strategy Avoidance Coping Strategy KECEMASAN KOMUNIKASI (Y) KEPERCAYAAN DIRI (X2) Gambar 2.1 : Hubungan antara mekanisme koping individu dan kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi. Maksud dari gambar di atas adalah gambaran dari tiga variabel yang yang mempunyai keterkaitan satu sama lain. Untuk yang pertama adalah menjelaskan mekanisme koping individu dua strategy, yaitu: active coping strategy dan avoidance coping strategy dengan kecemasan komunikasi. Kedua yaitu menjelaskan bagaimana hubungan antara mekanisme koping individu dan kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi. Ketiga yaitu menjelaskan bagaimana hubungan antara mekanisme koping individu dengan kecemasan komunikasi. Dan yang keempat yaitu menjelaskan bagaimana hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi.
28 F. Hipotesis Berdasarkan keranga teoritis diatas pada penelitian ini penulis akan mengajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara mekanisme koping individu dan kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi pada mahasiswa prodi-prodi kependidikan. 2. Terdapat hubungan antara mekanisme koping individu dengan kecemasan komunikasi pada mahasiswa prodi-prodi kependidikan. 3. Terdapat hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi pada mahasiswa prodi-prodi kependidikan.