GAMBARAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI RS ASSAKINAH MEDIKA SIDOARJO

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU MULTIPARA TENTANG KONTRASEPSI IUD DI DESA SIDAHARJA WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATIBOGOR

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU (usia, Pendidikan, Pekerjaan, Dan Paritas ) DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS SUKUDONO SIDOARJO

Mitha Destyowati ABSTRAK

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG METODE ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI DESA BULUTENGGER KECAMATAN SEKARAN KABUPATEN LAMONGAN

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

UMUR DAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEJADIAN AMENORRHOE

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA CAKUPAN KB IUD DI DESA KEBONAGUNG KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia per tahun selama 2 tahun terakhir adalah sebesar 1,49% (Profil

Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

HUBUNGAN POLA AKTIVITAS SEKSUAL DENGAN KETERATURAN KONSUMSI PIL KB PADA AKSEPTOR KB PIL. Andri Tri Kusumaningrum ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

Oleh : Lia Natalia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

1. BAB I PENDAHULUAN

Sukriani 1),Priharyanti Wulandari 2)

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI BPS INSULAMI DESA NGUWOK KEC

BAB 1 PENDAHULUAN. ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan. Usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya laju pertumbuhan penduduk saat ini memang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2)

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. administrasi kependudukan. Estimasi Jumlah penduduk Indonesia tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas Tahun Keluarga yang berkualitas

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

GAMBARAN PENGETAHUAN PUS TENTANG KB LENDIR SERVIKS DI DESA BALUNG TAWUN KECAMATAN SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA PILANGSARI KECAMATAN NGRAMPAL KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ALAT KONTRASEPSI VASEKTOMI DI DESA SAMBIROTO NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

Transkripsi:

GAMBARAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI RS ASSAKINAH MEDIKA SIDOARJO Lina Darmayanti Bainuan* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.11 Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id ABSTRAK Pendahuluan: Saat ini laju pertumbuhan penduduk Indonesia masih tinggi, dimana setiap tahun bertambah 3-4 juta jiwa. Berdasarkan data BKKBN PPM untuk KB IUD adalah 77,7 % sedangkan peminat KB IUD yang ada di RS.Assakinah Medika hanya 21,42 % angka ini jauh dari PPM yang di tentukan BKKBN. Kecenderung masih rendahnya pemakaian kontrasepsi IUD kemungkinan sangat berhubungan dengan pendidikan dan pekerjaan akseptor. Pendidikan akseptor dalam menerima informasi tentang program KB dan faktor pendidikan seseorang sangat mempengaruhi dalam keputusan ber-kb. Semakin rendah pendapatan, makin rendah pula motivasi akseptor dalam mengikuti KB. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Dalam Pemilihan Kontrasepsi IUD di SidoarjoTahun 215. Metode : Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, populasi dalam penelitian adalah seluruh jumlah akseptor KB di RS.Assakinah Medika Sidoarjo Tahun 215. Pengambilan sampel secara systematic sampling dengan besar sampel 2 akseptor KB IUD. Analisa menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang. Hasil: Hasil penelitian, akseptor KB yang menggunakan KB IUD (2 %),akseptor yang tidak menggunakan KB IUD (8 %). Mayoritas yang menggunakan KB adalah akseptor dengan pendidikan yang Tinggi (28, %) dan ibu yang bekerja (21,38 %). Diskusi: pendidikan dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi akseptor KB dalam mengikuti KB. Diharapkan petugas kesehatan mampu memberikan konseling tentang KB supaya akseptor bisa memilih sesuai dengan keadaan kesehatan dan memberikan komunikasi, informasi, edukasi pada akseptor KB maupun calon akseptor KB sehingga mengerti benar tentang jenis,efek kontrasepsi dan manfaat kontrasepsi. Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Pemilihan IUD PENDAHULUAN Pelayanan KB merupakan upaya paling strategis dalam akselerasi penurunan AKI melalui perlindungan kontrasepsi baik bagi PUS maupun ibu pasca bersalin/keguguran. Pemakaian kontrasepsi dalam pelayaan KB dapat berfungi untuk penjarangan kelahiran dan mengatur jarak kelahiran.keluarga berencana merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat menolong pasangan suami istri menghindari kehamilan risiko tinggi. Kehamilan risiko tinggi dapat timbul pada keadaan 4 terlalu yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak, dan dekat jaraknya(hartanto, H., 21). Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas Tahun 215.Keluarga yang berkualitas adalah keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan 73

Yang Maha Esa. Dalam paradigm baru Keluarga Berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Keluarga adalah salah satu diantara kelima matra kependudukan yang sangat mempengaruhi perwujudan penduduk yang berkualitas.visi tersebut dijabarkan kedalam enam misi, yaitu 1) Memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas, 2) Menggalang kemitraan dalam meningkatkan kesejahteraan, kemandirian dan ketahanan keluarga, 3) Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, 4) Meningkatkan promosi perlindungan dan upaya mewujudkan hakhak reproduksi, 5) Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui program KB dan 6) Mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai dengan lanjut usia (Saifuddin, A.B., 26). AKDR adalah suatu metode kontrasepsi yang efektif dan non hormonal yaitu:alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu. AKDR akan berada dalam uterus yang bekerja terutama untuk mencegah terjadinya pembuahan (fertilisasi) yang juga ada keuntungan dan kerugiannya(hartanto, H., 24). Oleh karena itu dalam target MDGs, salah satu indikator pencapaian tujuan MDGs yang kelima (penurunan angka kematian ibu) adalah tingkat pencapaian pemakaian kontrasepsi. Nampak disini bahwa program keluarga berencana memiliki fungsi ganda yaitu selain untuk pengendalian kuantitas penduduk juga untuk penurunan angka kematian ibu (BKKBN Jatim, 214). Peserta KB Baru secara nasional sampai dengan bulan Desember 215 sebanyak 8.5.247 peserta. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka persentasenya adalah sebagai berikut : 348.134 peserta IUD (7,75 %), 128.793 peserta MOW (1,52 %), 784.215 peserta Implant (9,23 %), 4.128.115 peserta Suntikan (48,56 %), 2.261.48 pesertapil (26,6 %), 9.375 peserta MOP (,25 %) dan 517.638 peserta Kondom (6,9 %) (BKKBN, 213). Data dari BKKBN sampai bulan Desember 214 di Kabupaten Sidoarjo didapatkan jumlah seluruh akseptor KB adalah 137.548 meliputi KB IUD 3966 orang (2,9 %), MOP 783 orang (,6 %), MOW 1664 orang (1,2 %),Kondom 2753 orang (2 %),Implan 16.11 orang (11,7 74

%), KB Suntik 76.473 orang (55,6 %), Pil 35.88 orang (26 %). Dari data diatas dapat diketahui bahwa angka pencapaian KB IUD di kabupaten Sidoarjo masih jauh dari target yang ditentukan oleh BKKBN. Angka Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM) untuk IUD adalah 51 (77,7 %). Data dari RS.Assakinah MedikaSidoarjo sampai bulan Desember 215 didapatkan jumlah seluruh akseptor KB adalah 2 meliputi KB IUD 4 orang (2 %), Implant9 orang (4,5 %), Suntik129 orang (64,5 %), Pil18 orang (9 %), MOW 2 orang (1 %), dan MOP2 orang (1 %). Berdasarkan laporan di RS.Assakinah Medika Sidoarjo diperoleh data peserta KB IUD padatahun 212-215 mengalami penurunan, hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 Tabel 1 Data Akseptor KB IUD di diketahui bahwa ibu yang menggunakan KB IUD semakin tahun semakin menurun hal ini karena banyaknya ibu yang takut untuk menggunakan KB IUD dan karena pengetahuan ibu yang masih rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi keikutsertaan KB IUD adalah faktor karakteristik ibu yang terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan, paritas, faktor predisposisi meliputi pengetahuan, sikap, sosial budaya (adat istiadat), persepsi masyarakat, faktor pendukung meliputi sarana pelayanan kesehatan, faktor pendorong meliputi dari sikap petugas kesehatan dan sosial ekonomi (Notoatmodjo, S., 25). Tabel 2 Data Pencapaian Peserta KB IUD Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RS.Assakinah Medika Sidoarjo Tahun RS.Assakinah Medika 212-214 Sidoarjo tahun 212-214 Akseptor KB IUD % Tahun 212 51 36,4 Tahun 213 47 33,5 Tahun 214 Jumlah 42 14 3 1 Berdasarkan Tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa keikusertaan KB IUD dari tahun 212-214 cenderung mengalami penurunan yaitu 212 IUD (22,76 %), 213 IUD (23,15 %), 214 IUD (21,42 % ), dari hasil data tersebut Tahun Pendidikan 212 213 214 % % % SD SMP 15 29,41 8 17,2 SMA 3 58,82 33 7,21 38 9,4 PerguruanTinggi 6 11,76 6 12,76 4 9,52 Sumber : Data Kohort KB IUD RS.AssakinahMedikaSidoarjoTh 212-214. Berdasarkan Tabel 1.2 mayoritas peserta KB IUD tahun 214 sebanyak 38 orang (9,4 %) dari tingkat pendidikan SMA semakin tahun semakin meningkat 75

karena ibu yang berpendidikan tinggi lebih mempunyai wawasan yang lebih luas dan dapat berfikir rasional dalam pembatasan jumlah anak. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi IUD adalah faktor predisposisi (usia, paritas, pekerjaaan, pendidikan), faktor pendukung (sosial, budaya, sosial ekonomi, agama, hukum, psikologis, fasilitas pelayanan) dan faktor pendorong (petugas kesehatan, dukungan keluarga) (Notoatmodjo, S., 25) Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan lebih mudah menerima gagasan baru (Notoatmodjo, S., 25). Demikian pula halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga. Pendidikan juga akan meningkatkan kesadaran wanita terhadap manfaat yang dapat dinikmati bila ia mempunyai jumlah anak sedikit dan wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung membatasi jumlah anak(bkkbn, 211). Tabel 3 Data Pencapaian Peserta KB IUD Berdasarkan Pekerjaan di RS.Assakinah Medika SidoarjoTahun 212-214 Tahun212 Tahun213 Tahun214 % % % Bekerja 26 5,98 35 74,46 42 1 Tidakbekerja 25 49,1 12 25,53 Sumber : Data Kohort KB IUDRS.AssakinahMedikaSidoarjoTh 212-214 Berdasarkan Tabel 1.3 mayoritas peserta KB IUD tahun 214 paling banyak ibu yang bekerja sebanyak 42 orang (1 %) dengan alasan karena lebih efektif dan berjangka panjang untuk ibu sehingga tidak mengganggu aktifitas pekerjaan ibu. Dampak yang mungkindihadapi jika pencapaian KB Efektif termasuk KB IUD tidak terpenuhi, maka dikhawatirkan angka kelahiran semakin meningkat. Diketahui bahwa dengan jumlah anak yang banyak, akan terjadi peledakan jumlah penduduk bukan saja secara nasioal akan menjadi beban, tapi secara mikro akan sulit mewujudkan misi Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengubah persepsi dan partisipasi ibu tentang keikutsertaan KB IUD dengan cara penyuluhan-penyuluhan yang berkaitan dengan KB IUD tentang macammacam KB IUD, efek samping dari KB IUD, keuntungan dan kerugian 76

menggunakan KB IUD. Dengan demikian perlu dilakukan pendekatan antara petugas kesehatan dengan para akseptor KB dengan komunikasi yang efektif, informatif, edukatif, dan motivasi oleh petugas kesehatan pada semua akseptor KB yang datang ke RS.Assakinah Medika Sidoarjo. Adanya persepsi dan partisipasi akseptor KB tentang keikutsertaan KB IUD di RS.Assakinah Medika Sidoarjo, perlu dilakukan penelitian tentang Gambaran karakteristik pendidikan dan pekerjaan ibu dalam pemilihan kontrasepsi KB IUD.Dan Pelayanan yang bermutu harus didukung oleh tenaga kesehatan dan alat kontrasepsi yang bermutu, informasi, tatap muka terbuka dan bertanggung jawab.rujukan medis yang prima serta KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) yang dapat mendorong tidak hanya menjadi peserta, tetapi juga dapat menjadi penyuluh yang bermutu. Upaya yang dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dengan melakukan safari KB, Serta menggerakkan program kelas ibu hamil yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang manfaat dan cara penggunaan alat kontrasepsi IUD, Dengan demikian perlu pendekatan antara petugas kesehatan dengan para calon akseptor KB. Berdasarkanuraian di atas bahwa dalam penelitian ini dibatasi pada faktor pendidikan dan pekerjaan ibu dengan pemilihan kontrasepsi KB IUD METODE PENELITIAN Jenis penelitian deskriptif, dilakukan pengambilan data pada bulan April 216 sampai bulan Januari 217. Populasinya seluruh Akseptor KB di RS.Assakinah Medika Sidoarjo tahun 215 sebanyak 2 ibu hamil. Sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah Non Probability Sampling dengan teknik (Total Populasi). Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini melalui data sekunder register KB untuk mengetahui gambaran pendidikan dan pekerjaan akseptor KB IUD di RS.Assakinah Medika Sidoarjo tahun 215. Variabel dalam penelitian ini adalah pendidikan dan pekerjaan ibu dalam pemilihan kontrasepsi IUD. HASIL PENELITIAN Distribusi Frekuensi akseptor KB Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RS.Assakinah Medika Sidoarjo Tahun 215 menunjukan bahwa pendidikan Akseptor KB di RS.Assakinah Medika Sidoarjo tahun 215 mayoritas pendidikan Tinggi sebanyak (62,5 %). Distribusi Frekuensi akseptor KB IUD Berdasarkan Pekerjaan di RS.Assakinah Medika Sidoarjo Tahun 215 menunjukan bahwa mayoritas akseptor KB yang Bekerja sebanyak (72,5 %). Distribusi Frekuensi Pemilihan Akseptor KB IUD dan Non-IUD di RS.Assakinah Medika Sidoarjo Tahun 215 menunjukan akseptor KB yang memilih kontrasepsi IUD sebanyak 4 orang (2 %). Dari pengumpulan data yang dilakukan, langkah selanjutnya adalah tabulasi silang seperti pada tabel 4. Tabel 4 Tabulasi Silang Pendidikan Akseptor KB terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi IUD di RS.Assakinah Medika Sidoarjo Tahun 215 77

Tingkat Pendidikan Metode Jumlah IUD Non-IUD % % % Rendah Menengah PerguruanTinggi 19 21 15,2 28, 16 54 84,8 72, 125 75 1 1 Sumber: Data primer diolah oleh peneliti. Berdasarkan tabel 4 dapat disimpulkan bahwa Metode kontrasepsi lebih banyak dipilih oleh ibu dengan pendidikan tinggi (28, %), sedangkan yang kontrasepsi Non IUD Hasil tabulasi silang dari pekerjaan ibu terhadap pemilihan metode kontrasepsi IUD di RS.Assakinah Medika dapat dilihat pada pada Tabel 5 lebih banyak dipilih oleh ibu yang pendidikan menengah (84,8 %). Tabel 5 Tabulasi Silang Pekerjaan Akseptor KB terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi IUD di RS.Assakinah Medika Sidoarjo Tahun 215 Tingkat Pekerjaan Metode Jumlah Bekerja TidakBekerja IUD Non-IUD % % % 31 21,38 114 78,62 145 1 9 16,36 46 83,64 55 1 Menurut Tabel 5 Akseptor KB yang menggunakan KB IUD mayoritas adalah ibu yang bekerja (21,38 %), sedangkan yang tidak menggunakan KB Non IUD adalah mayoritas ibu tidak bekerja (83,64 %). Ibu yang bekerja lebih banyak memilih menggunakan KB IUD karena ibu lebih sibuk dalam pekerjaanya sehingga ibu lebih memilih KB yang efektif yang mempunyai jangka panjang. PEMBAHASAN Keluarga Berencana adalah upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas melalui promosi, perlindungan, dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi serta penyelenggaraan pelayanan, pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur jumlah, jarak, dan usia ideal melahirkan anak, pengaturan kehamilan, dan melahirkan anak, dan membina ketahanan dan kesejahteraan keluarga (Kuswardani, S., 215). Berdasarkan data yang telah disajikan dalam bab 5, maka dalam bab ini akan diuraikan tentang kajian tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu dalam pemilihan kontrasepsi IUD di RS.Assakinah Medika Sidoarjo tahun 215. Pada tabel 5.3 dapat disimpulkan bahwa akseptor KB yang memilih kontrasepsi IUD sebanyak 4 orang (2 %). Menurut Tabel 5.4 Berdasarkan hasil penelitian didapatkan akseptor IUD lebih banyak di pilih oleh ibu yang pendidikan tinggi. dapat disimpulkan bahwa akseptor KB yang berpendidikan menengah lebih banyak memilih menggunakan KB Non- 78

IUD sebanyak 16 orang (84,8 %) dibandingkan akseptor KB yang berpendidikan tinggi memilih KB IUD sebanyak 21 orang (28, %). Ibu yang berpendidikan tinggi lebih banyak memilih KB IUD karena pengetahuan ibu yang lebih luas. semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga banyak pula yang didapat. Jadi dapat disimpulkan bahwa ibu yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima informasi yang diperoleh dari petugas. Hal ini akan mempengaruhi ibu dalam pemilihan KB IUD. Pada Tabel 5.5 dapat disimpulkan bahwa akseptor KB yang tidak bekerja lebih banyak memilih menggunakan KB Non-IUD sebanyak 46 orang (83,64 %) dibandingkan akseptor KB yang bekerja memilih KB IUD sebanyak 31 orang (21,38 %). Ibu yang bekerja lebih banyak memilih menggunakan KB IUD karena ibu lebih sibuk dalam pekerjaanya sehingga ibu lebih memilih KB yang efektif yang mempunyai jangka panjang. Pekerjaan merupakan aktifitas yang dilakukan diluar pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, dimana ibu akan lebih sibuk dengan pekerjaannya sehingga waktunya tersita untuk kegiatan yang berkaitan dengan keluarganya. Ibu yang bekerja tidak dapat membagi waktu sehingga tidak sempat untuk hadir dalam kegiatan kegiatan (Notoatmodjo, S., 25). Dalam meningkatkan mutu pelayanan dan pencapaian program KB dengan kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan petugas hendaknya memberikan penyuluhan tentang kesehatan efek samping, indikasi, kontraindikasi, cara kerja semua alat kontrasepsi, dan melakukan pendekatan untuk melutuskan mitos-mitos yang berkembang dimasyarakat dan seperti menganjurkan bagi akseptor KB yang mempunyai penghasilan rendah sebaiknya mengikuti program pemerintah yaitu adanya safari KB di puskesmas, Rumah sakit, BPS. Dan pada pendidikan hendaknya petugas memberikan penyuluhan pada akseptor KB tentang kontrasepsi IUD sehingga dapat menambah pengetahuan akseptor KB IUD tentang kontrasepsi IUD, mengenai jenisjenisnya, keuntungan, kerugian, indikasi, kontraindikasi, dan komplikasinya sehingga ibu memilih KB IUD SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Mayoritas ibu berpendidikan tinggi dan bekerja memilih KB IUD. Saran Diharapkan dapat meningkatkan mutu dan kualitas proses belajar mengajar khususnya mata pelayanan KB sehingga menghasilkan bidan yang professional dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai kajian baru di bidang kesehatan untuk penelitian selanjutnya DAFTAR PUSATAKA Budijanto, D dan Prajoga., 25. Metode Penelitian. Surabaya : P3SKK Hidayat, A.A.A., 27. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Hurlock, E.,1998. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. 79

Hartanto, H., 22. Keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. BKKBN, 211. Profil BKKBN Perwakilan Provinsi Jawa Timur. Surabaya : Bidang Pengendalian Penduduk. BKKBN, 212. Profil BKKBN Perwakilan Provinsi Jawa Timur. Surabaya : CV. Era Jaya Sejahtera. BKKBN, 213. Profil Pengendalian Kuantitas Penduduk Jawa Timur. Surabaya : Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur. Notoatmodjo, S., 212. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam, 23. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Nursalam dan Pariani, S., 21. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV. Info Medika. Saifuddin, A.B., 26. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saifuddin, A.B., 22. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Cetakan Kedua. Jakarta : YBPSP. Setiadi, 27. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Stright, B., 25. Panduan Belajar Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir Edisi 3. Jakarta : EGC. Suratun, dan Wiknjosastro., H 28. Pelayanan KB dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : CV. Trans Info Media. Kuswardani, S., 213. KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran. Jakarta: BKKBN. Handayani, S., 21. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihana. Arikunto, S., 21. Prosedur Penelitian. Jakarta : Karya Cipta 8