BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan bank merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba. Laba secara operasional merupakan perbedaan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RASIO LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DENGAN PT.BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. Nama : Sarah Natya

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata "to manage" yang dapat diterjemahkan dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current

Analisis Rasio Keuangan

BAB VI KESIMPULAN & SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Laba

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, laporan laba rugi untuk menilai perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dan percaya untuk menanamkan investasi atau dananya di bank.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEET 05 FOR E LEARNING ANALISA RASIO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. negara. Bank sebagai salah satu lembaga keuangan adalah sebuah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 PENUTUP. Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR (Capital Adequacy

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang mengambil topik mengenai Pengaruh Rasio Keuangan. Terhadap Perubahan Laba Perusahaan antara lain penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. luas sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laba menurut beberapa ahli:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator untuk mengukur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan dan bagaimana perubahan unsur unsur itu dari tahun ke tahun untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

Manajemen Keuangan. Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian tentang Pengaruh Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba Masa Mendatang Pada Perusahaan Sektor Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013 membutuhkan kajian teori sebagai berikut: 2.1.1 Kesehatan Bank Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 Nopember 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 pasal 29 ayat (2) menyebutkan bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Kesehatan bank menjadi kepentingan bagi semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/1/Pbi/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum pada Pasal 1 ayat 4 menyebutkan bahwa tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan terhadap risiko dan kinerja bank. 8

9 Kesehatan bank harus dipelihara dan ditingkatkan agar kepercayaan masyarakat terhadap bank dapat tetap terjaga. Selain itu, tingkat kesehatan bank digunakan sebagai salah satu sarana dalam melakukan evaluasi terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi bank serta menentukan tindak lanjut untuk mengatasi kelemahan atau permasalahan bank. 2.1.2 Analisis Rasio Keuangan Menurut Munawir (2002) ada empat kelompok rasio keuangan yaitu: 1. Financial Leverage ratio, menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Rasio financial Leverage ratio terdiri dari: a. Debt ratio menunjukkan tingkat penggunaan modal yang berasal dari hutang dalam total aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar resiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. b. Debt to equity ratio menunjukkan tingkat penggunaan modal yang berasal dari hutang dengan modal sendiri dalam total aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan proporsi penggunaan modal sendiri yang rendah dalam membiayai aktiva. Debt to equity ratio merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham.

10 c. Time interest earned ratio menunjukkan rasio laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga, atau mengukur seberapa jauh laba dapat berkurang tanpa perusahaan mengalami kesulitan keuangan karena tidak mampu membayar bunga. d. Fixed charge coverage ratio mengukur berapa besar kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran dividen saham preferen, bunga, angsuran pinjaman dan sewa. e. Debt service coverage mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman. 2. Rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets maupun laba bagi modal sendiri. Rasio profitabilitas terdiri dari: a. Gross profit margin menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan dalam penjualan untuk menghasilkan laba kotor. Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi perusahaan. b. Net profit margin menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan dalam penjualan untuk menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi perusahaan,

11 apabila gross profit margin selama periode tertentu tidak berubah sedangkan net profit margin mengalami penurunan maka berarti biaya meningkat relatif lebih besar daripada peningkatan penjualan. c. Return on investment menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Laba yang disimpulkan sudah merupakan laba bersih atau laba sesudah dikurangi pajak. d. Return on equity mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, apabila proporsi hutang semakin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. e. Rentabilitas ekonomis adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Modal yang diperkirakan untuk menghitung rentabilitas ekonomis hanyalah modal yang bekerja di dalam perusahaan (operating capital atau asset). Berarti modal yang yang ditanamkan dalam efek (kecuali perusahaan-perusahaan kredit), tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomis. Demikian pula laba yang diperhitungkan adalah laba yang berasal dari operasinya perusahaan, yaitu yang

12 disebut laba usaha (net operating income). Sedang laba yang diperoleh dari usaha-usaha di luar perusahaan atau efek, misal dividen, coupon dan lain-lain tidak diperhitungkan. f. Rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan dan dinyatakan dalam prosentase. Laba yang dimaksud adalah laba untuk usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax (Earnings after tax). 3. Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya. Rasio likuiditas terdiri dari: a. Current ratio (Rasio lancar) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini akan mengukur kemampuan perusahaan dari seluruh kekayaan lancar yang segera dapat diuangkan dengan ketentuan memenuhi kewajiban-kewajiban finansial dalam jangka pendek. Current ratio yang tinggi, menunjukkan jaminan rasio yang lebih baik atas hutang lancarnya atau hutang jangka pendeknya. Tetapi

13 apabila terlalu tinggi akan memberikan efek rendahnya tingkat efisiensi penggunaan modalnya, karena tidak semua modal kerja dapat didayagunakan. Standar current ratio 200% digunakan dengan perimbangan pada prinsip hati-hati, jadi bukan merupakan pedoman yang mutlak. b. Quick ratio (accid test ratio) yaitu perbandingan antara (aktiva lancar dikurangi persediaan) dengan hutang lancar. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih dalam jangka pendek dari seluruh kekayaan lancarnya tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Anggapan untuk tidak memperhitungkan nilai persediaan dianggap likuiditasnya rendah dibanding elemen-elemen lain dari aktiva lancar dan paling sering mengalami fluktuasi harga. Apabila quick ratio kurang dari 100% maka posisi likuiditas kurang baik. c. Cash ratio (kas rasio) yaitu perbandingan antara kas dengan hutang lancar. Rasio ini akan mengukur jumlah uang kas yang tersedia sebagai jaminan atas hutang perusahaan dalam jangka pendek. Makin tinggi kas rasio ini berarti jumlah uang tunai yang tersedia semakin besar sebagai jaminan atas hutang lancarnya. Namun demikian bila terlalu tinggi hal ini akan mengurangi potensi untuk mempertinggi rate of return.

14 4. Rasio aktivitas menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan assets untuk memperoleh penjualan. Rasio aktivitas terdiri dari: a. Cash turn over (perputaran kas) yang menunjukkan kemampuan dana kas yang tersedia untuk menghasilkan pendapatan selama periode tertentu dan menilai besar kecilnya persediaan kas yang tercermin pada perputarannya. Makin tinggi perputaran kas atau cash turn over menunjukkan adanya jumlah modal kerja yang tertanam dalam kas besar. b. Receivable turn over (perputaran piutang) untuk menilai kemampuan dana yang tertanam dalam piutang yang berputar dalam suatu periode tertentu, dan juga sebagai taksiran waktu pengembalian modal dalam bentuk kas. Receivable turn over merupakan perbandingan antara penjualan kredit dengan piutang rata-rata. Makin tinggi receivable turn over menunjukkan adanya modal kerja yang tertanam dalam piutang rendah, dan sebaliknya jika receivable turn over rendah menunjukkan adanya over invesment dalam piutang. c. Inventory turn over (perputaran persediaan) digunakan untuk menilai posisi persediaan yang menunjukkan berapa kali jumlah persediaan diproses dan dijual dalam satu tahun. Dengan rasio ini juga dapat ditentukan waktu rata-rata bahan

15 mentah dibeli, diproses dan waktu tersimpannya barang jadi. Untuk usaha yang bersifat industri maka pada akhir tahun akan memiliki persediaan bahan mentah, persediaan bahan dalam proses dan persediaan barang jadi. Perputaran persediaan merupakan perbandingan antara harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata. Rendahnya rasio ini menunjukkan masih banyaknya stock barang dagangan yang belum terjual, sehingga dalam hal ini akan menghambat pada besarnya keuntungan perusahaan. Dalam hal ini perputaran persediaan meliputi: 1) Perputaran bahan baku (inventory of raw material turn over) merupakan perbandingan antara biaya bahan baku yang digunakan dengan rata-rata persediaan bahan baku. Semakin rendah tingkat perputaran persediaan bahan baku mencerminkan adanya persediaan bahan baku yang semakin besar. 2) Perputaran barang dalam proses (in work in proces turn over) merupakan perbandingan antara harga pokok produksi dengan rata-rata persediaan barang dalam proses. Rendahnya perputaran barang dalam proses menunjukkan adanya bahan baku yang lama diproses sehingga mencerminkan banyaknya persediaan barang dalam proses dalam akhir tahun.

16 3) Perputaran barang jadi merupakan perbandingan antara harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan barang jadi. Rendahnya perputaran barang jadi menunjukkan masih banyaknya stock yang belum terjual, sehingga akan terhadap laba yang dicapai. 2.1.3 Pertumbuhan Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Menurut Harahap (2008) laba yaitu kelebihan penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi. Laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: a. Laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak. b. Pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan. c. Dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang. d. Dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan. e. Sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan. Chariri dan Ghozali (2003) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut: 1. Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi. 2. Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu.

17 3. Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan. 4. Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu. 5. Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya (Warsidi dan Pramuka, 2000). Laba bersih tahun t Laba bersih tahun t-1 Pertumbuhan Laba = Laba bersih tahun t-1 2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba Perusahaan mengharapkan selalu memperoleh pertumbuhan laba yang positif yang menunjukkan perusahaan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan perlu dikaji agar dapat dilakukan upaya untuk memperoleh laba yang meningkat setiap tahunnya. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan laba, yaitu:

18 1. Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio keuangan yang berkaitan dengan permodalan perbankan di mana besarnya modal suatu bank akan pada mampu atau tidaknya suatu bank secara efisien menjalankan kegiatannya. Jika modal yang dimiliki oleh bank tersebut mampu menyerap kerugiankerugian yang tidak dapat dihindarkan, maka bank dapat mengelola seluruh kegiatannya secara efisien, sehingga kekayaan bank (kekayaan pemegang saham) diharapkan akan semakin meningkat demikian juga sebaliknya (Muljono, 2006). Modal Bank (Modal Inti+Modal Pelengkap) CAR = 100% ATMR (Neraca Aktiva+Neraca Administrasi) 2. Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi. Sehingga semakin tinggi LDR maka laba bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank, maka kinerja bank juga meningkat. Dengan demikian besar-kecilnya rasio LDR suatu bank akan mempengaruhi kinerja bank tersebut (Hutagalung dkk, 2012). Total Kredit yang Diberikan LDR = 100% Total Dana Pihak Ketiga

19 3. Non Performing Loan (NPL) Non Performing Loan (NPL) adalah perbandingan antara total kredit bermasalah dengan total kredit yang di berikan kepada debitur. Bank dikatakan mempunyai NPL yang tinggi jika banyaknya kredit yang bermasalah lebih besar daripada jumlah kredit yang diberikan kepada debitur. Apabila suatu bank mempunyai NPL yang tinggi, maka akan memperbesar biaya, baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, dengan kata lain semakin tinggi NPL suatu bank, maka hal tersebut akan mengganggu kinerja bank tersebut (Masyhud, 2006). Jumlah Kredit Bermasalah NPL = 100% Total Kredit 2.1.5 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti faktor-faktor yang terhadap pertumbuhan laba antara lain: Nama Judul Variabel yang Digunakan Hasil Penelitian Wahyuni (2012) Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba Dependen : Pertumbuhan Laba Independen : CAR, LDR, BOPO, NPL Secara parsial CAR dan LDR positif terhadap pertumbuhan laba, sedangkan BOPO dan NPL negatif. Secara simultan CAR, LDR, BOPO dan NPL

20 Nama Judul Variabel yang Digunakan Hasil Penelitian Jungjung Manurung (2012) Aryo Prayogi (2012) Tio Ariella Doloksaribu (2012) U.M Erros Daniariga (2012) Pengaruh Tingkat Likuiditas, Solvabilitas, dan Efisiensi Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Laba (Studi Kasus Pada Bank Pemerintah). Pengaruh Rasio Indikator Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba Perusahaan Perbankan Go Public Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Pertumbuhan Laba (Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI) Dependen : Pertumbuhan Laba Independen : LDR, CAR, DER, OCR Dependen : Pertumbuhan Laba Independen : CAR, KAP, NIM, LDR Dependen : Pertumbuhan Laba Independen : CAR, NPL, NIM, BOPO, LDR Dependen : Pertumbuhan Laba Independen : CAR, RORA, NPM, BOPO, LDR terhadap pertumbuhan laba. CAR, DER dan OCR positif terhadap pertumbuhan laba, sedangkan LDR negatif terhadap pertumbuhan laba. CAR positif terhadap pertumbuhan laba, sedangkan KAP, NIM dan LDR negatif terhadap pertumbuhan laba. CAR dan NPL positif terhadap pertumbuhan laba, sedangkan NIM, BOPO dan LDR negatif. Secara parsial BOPO dan LDR positif terhadap pertumbuhan laba, sedangkan CAR, RORA dan NPM negatif. Secara simultan CAR, RORA, NPM, BOPO dan LDR mempunyai pengaruh signifikan terhadap

21 Nama Judul Variabel yang Digunakan Hasil Penelitian pertumbuhan laba. Lilis Erna Ariyanti (2010) Putri E. Yuniar (2010) Analisis Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, ROA dan Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Perubahan Laba Pada Bank Umum Indonesia Analisis Pengaruh Rasio CAMEL dan Ukuran Bank, Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Moderating Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI Periode 2005-2007 Dependen : Perubahan Laba Independen : CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, ROA, KAP Dependen : Pertumbuhan Laba Independen : CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR Moderating : SIZE, Kepemilikan Manajerial LDR, NPL, BOPO dan KAP positif terhadap perubahan laba, sedangkan CAR, NIM, ROA negatif terhadap perubahan laba. Secara parsial CAR, ATTM, NPL, ROA, ROE, BOPO, LDR dan SIZE positif terhadap pertumbuhan laba, sedangkan APB, PPAP, NIM dan Kepemilikan Manajerial negatif. Secara simultan CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO dan LDR mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. 2.1.6 Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian ini mencoba untuk menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL) terhadap pertumbuhan laba.

22 Kerangka pemikiran yang diajukan adalah sebagai berikut: CAR LDR NPL H1 (+) H2 (+) H3 (+) H4 (-) Pertumbuhan Laba Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 2.1.7 Hipotesis 2.1.7.1 Pengaruh CAR, LDR dan NPL terhadap Pertumbuhan Laba Penelitian tentang pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap pertumbuhan laba telah banyak dilakukan. Yuniar (2010) menyatakan bahwa secara simultan CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR, SIZE dan Kepemilikan Manajerial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba. Penelitian Wahyuni (2012) menyimpulkan bahwa variabel CAR, LDR, BOPO, NPL secara simultan signifikan terhadap pertumbuhan laba. Daniariga (2012) membuktikan bahwa secara simultan CAR, RORA, NPM, BOPO dan LDR mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. H1 : CAR, LDR dan NPL secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.

23 2.1.7.2 Pengaruh CAR terhadap Pertumbuhan Laba Nilai rasio CAR yang meningkat akan menghasilkan laba yang mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah pada modal sendiri sehingga modal sendiri tersebut dapat digunakan untuk mengelola aktiva yang ada dan perputaran aktiva tersebut dapat meningkatkan kinerja perusahaan yang secara tidak langsung juga akan meningkatkan laba perusahaan perbankan (Cahyono, 2008 dalam Doloksaribu 2012). Penelitian Wahyuni (2012), Manurung (2012), Prayogi (2012), Doloksaribu (2012) dan Yuniar (2010) menyatakan bahwa CAR positif terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan Daniariga (2012) dan Ariyanti (2010) menyimpulkan bahwa variabel CAR negatif terhadap pertumbuhan laba. H2 : CAR mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. 2.1.7.3 Pengaruh LDR terhadap Pertumbuhan Laba LDR merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Besarnya Loan to Deposit Ratio menurut peraturan pemerintah maksimum adalah 110% (Wahyuni, 2012). Daniariga (2012), Ariyanti (2012), Yuniar (2010) dan Wahyuni (2012) menyatakan bahwa LDR positif terhadap pertumbuhan laba. H3 : LDR mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.

24 2.1.7.4 Pengaruh NPL terhadap Pertumbuhan Laba Rasio NPL menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain (Setyorini, 2012). Dengan demikian apabila suatu bank kondisi NPL tinggi maka akan memperbesar biaya baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap penurunan laba bank. Sehingga peningkatan rasio NPL menunjukkan penurunan laba perusahaan perbankan (Doloksaribu, 2012). Penelitian Wahyuni (2012) menyatakan bahwa NPL negatif terhadap pertumbuhan laba. Yuniar (2010) dan Doloksaribu (2012) membuktikan bahwa variabel NPL positif terhadap pertumbuhan laba. H4 : NPL mempunyai pengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba.