BAB I PENDAHULUAN. Pada masa pembangunan perekonomian di Indonesia seperti sekarang ini,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. rangka pembaharuan hukum dengan mengadakan kodifikasi dan unifikasi

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK ATAS PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya pembangunan aspek ekonomi tentunya tidak

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT CITA DEWI COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S-1) Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan, perkembangan, dan kemajuan internasional yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

PERAN NOTARIS DAN PPAT DALAM PELAKSANAAN PERALIHAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DARI KREDITUR LAMAA KEPADA KREDITUR BARU PADA PERBANKAN KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. satu perolehan dana yang dapat digunakan masyarakat adalah mengajukan

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor penentu dalam pelaksanaan pembangunan. pelaku pembangunan baik pemerintah maupun masyarakat sebagai orang

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

ASURANSI DAN KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran uang, dimana lembaga keuangan memberikan peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, ia memerlukan tangan ataupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

II. Tinjauan Pustaka. Kata Bank dalam kehidupan sehari-hari bukanlah merupakan hal yang asing lagi. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

RINGKASAN SKRIPSI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan begitu cepat, dengan berbagai macam jenis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dan. dan peningkatan pembangunan yang berasaskan kekeluargaan, perlu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa pembangunan perekonomian di Indonesia seperti sekarang ini, secara nyata dapat dilihat bahwa perkembangan yang sangat pesat adalah di bidang perbankan. Dan bidang ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tujuan pembangunan nasional yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berkesinambungan, dan peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berdasarkan kekeluargaan yang senantiasa perlu dipelihara dengan baik. Guna mencapai tujuan tersebut maka pelaksanaan pembangunan ekonomi harus lebih memperhatikan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan unsur-unsur pemerataan, pembangunan ekonomi dan stabilitas nasional. Berdasarkan tujuan pembangunan nasional di bidang perekonomian di atas, Negara telah mempercayakan suatu lembaga resmi yaitu lembaga perbankan guna mencapai tujuan nasional tersebut, yang fungsinya adalah mengelola, menghimpun dan menyalurkan dana ke masyarakat. Dengan adanya lembaga perbankan tersebut maka pemerintah telah memperkecil kemungkinan adanya rentenir-rentenir yang dapat merugikan masyarakat yang memerlukan modal tersebut. 2 2 Malayu SP. Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hal. 3. 1

2 Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang berbunyi : Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Salah satunya adalah Bank Sumut. Bank Sumut didirikan di Medan berdasarkan akta notaris Rusli No. 22 tanggal 04 Nopember 1961 dalam bentuk Perseroan Terbatas. Berdasarkan UU No. 13 tahun 1962 tentang ketentuan pokok Bank Pembangunan Daerah dan sesuai dengan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 5 tahun 1965 bentuk usaha diubah menjad Badan Usaha Milik Daerah ( BUMD). Pada tanggal 16 April 1999, akta Notaris Alina Hanum Nasution. S.H, No 38, menyatakan bahwa bentuk usaha kembali menjadi Perseroan Terbatas. Akta Pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C-8224 HT.01.01 TH.99 tanggal 05 Mei 1999 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 54 tanggal 06 Juli 1999 Tambahan No. 4042. Bank Sumut diharapkan dapat menjadi subjek hukum yang merupakan lembaga keuangan yang diharapkan mempunyai peranan yang sangat besar dalam memacu perekonomian masyarakat. Usaha pokok bank adalah sektor perkreditan dan pendapatan bank yang terbesar adalah berasal dari sektor perkreditan. Kredit, baik konsumtif maupun produktif memang sudah menjadi target utama perbankan dalam meraih pendapatan. Dengan demikian, kelebihan dana masyarakat yang bisa membuat bank memiliki dana yang berlebih akan menjadi lebih produktif lagi karena diberikan dalam bentuk kredit. Walaupun sudah dilakukan analisis kredit, dan

3 kredit sudah dinyatakan layak untuk diberikan kepada calon debitur, kemungkinan mengalami kemacetan dalam pengembaliannya akan selalu ada. Dalam menilai suatu permintaan kredit biasanya sebuah bank berpedoman pada beberapa faktor yang dikenal dengan The Five C s of Credit, antara lain : 3 1. Character (Watak) Penilaian terhadap character perlu dilakukan untuk mengetahui itikad baik dan kejujuran calon debitur untuk membayar kemabali kredit yang diterimanya. Penilaian tersebut meliputi moral; sifat; perilaku; tanggung jawab; kehidupan pribadi calon debitur. 2. Capacity (Kemampuan) Penilaian terhadap capacity adalah untuk mengetahui kemampuan calon debitur untuk membayar kembali kredit serta bunganya. Penilaian kemampuan tersebut dilihat dari kegiatan usaha dan kemampuan mengelola usaha yang akan dibiayai melalui kredit. 3. Capital (Modal) Penilaian terhadap capital perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah modal yang dimiliki calon debitur cukup memadai untuk menjalankan usahanya. Besarnya jumlah modal yang ditanam terutama berupa benda bergerak dan tidak bergerak akan memberi daya tahan usaha dalam menghadapi siklus atau fluktuasi ekonomi. 4. Collateral (Jaminan) 3 Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal 61.

4 Penilaian terhadap collateral perlu dilakukan untuk mengetahui nilai barang jaminan yang diserahkan calon debitur untuk menutupi risiko kegagalan pengembalian kredit yang akan diperolehnya. Barang jaminan berfungsi sebagai pengaman terhadap kemungkinan ketidakmampuan calon debitur melunasi kredit yang diterimanya. 5. Condition (Keadaan) Penilaian terhadap condition perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi pada suatu saat di suatu daerah yang mungkin akan mempengaruhi kelancaran usaha calon debitur. Kondisi ekonomi ini meliputi juga peraturan atau kebijaksanaan pemerintah yang memiliki dampak terhadap keadaan perekonomian yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan usaha calon debitur. Dengan memperhatikan The Five C s of Credit, pihak bank akan memakainya sebagai pertimbangan untuk memberikan kredit pada calon debitur agar debitur tersebut dapat menepati janji karena kelima syarat itu merupakan ukuran kemampuan debitur untuk mengembalikan uangnya, sehingga bagi pihak bank itu sendiri itu merupakan alat pengaman atas kemungkinan terjadinya resiko/kerugian. Dari 5 (lima) faktor penilaian yang dilakukan oleh bank, faktor terpenting yang berfungsi sebagai pengaman yuridis dari kredit yang disalurkan adalah jaminan kredit. 4 4 Tan Kamelo, Hukum Jaminan Fidusia, Alumni, Bandung, 2006, hal 185.

5 Pada prinsipnya, pemberian hak tanggungan selalu disertai dengan perjanjian utang piutang atau perjanjian lainnya yang menerbitkan kewajiban pembayaran utang tertentu. Dan dengan tujuan untuk menjamin pelunasan utang piutang inilah maka penjamin dengan hak tanggungan diberikan. 5 Adapun penggunaan kredit adalah penting sebagaimana yang dikemukakan oleh seorang sarjana : Setiap usaha apakah itu disektor industri, perdagangan, pertanian atau perhubungan, besar atau kecil memerlukan kredit yang berfungsi sebagai faktor produksi sehingga melalui bantuan kredit bank, usaha akan semakin besar dan berkembang. 6 Pengambilan kredit yang dapat menunjang akan kebutuhan modal kerja untuk mencukupi dan mencapai tujuan usaha dapat diperoleh dengan mudah dengan menggunakan bunga yang rendah yang bertujuan agar nasabah tidak terlalu berat dibebani atas bunga dan cicilan utangnya. Namun dalam hal ini debitur yang mengambil kredit juga tidak boleh ceroboh dalam menggunakan pinjaman dana yang telah diberikan oleh bank, tetapi debitur itu juga harus berpikir bagaimana cara mengembalikan kredit yang telah diambilnya sesuai dengan yang telah diperjanjikan sehingga nasabah itu terhindar dari kredit macet. Jika hal ini terjadi maka pihak bank akan dirugikan, sebab dana yang disalurkan kemungkinan tidak dapat dikembalikan oleh debitur. Berarti kredit tersebut macet tanpa ada asset dari debitur yang tidak dapat menutup kredit yang 5 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fiducia, Cetakan kedua, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal.108. 6 Muchdarsyah Sinungan, Dasar-dasar dan Teknik Manajemen Kredit, Bumi aksara, Jakarta, 1991, hal. 1.

6 tidak terbayar. Sementara itu apabila ada agunan, maka pihak bank dapat menarik kembali dana yang disalurkan dengan memanfaatkan jaminan tersebut. Selain itu, jaminan kredit oleh calon debitur/debitur juga diharapkan dapat membantu memperlancar proses analisa pemberian kredit bank. Mengenai jaminan yang diperlukan bagi pihak bank untuk pelunasan utang ini diperlukan persetujuan mengenai lembaga hak jaminan yang digunakan. Dalam hal ini, karena pihak debitur memberikan jaminan yang berupa benda tidak bergerak yaitu tanah maka lembaga jaminan yang berlaku atasnya adalah ketentuan hak tanggungan yang diatur dalam UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah. Defenisi Hak Tanggungan dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 1 Undang- Undang Hak Tanggungan yang berbunyi : Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain. Dalam kenyataan, meskipun bank telah melakukan berbagai upaya untuk memperkecil kerugian yang timbul sebagai akibat dari debitur yang wanprestasi baik itu melakukan seleksi terhadap para penerima kredit termasuk jaminannya juga melakukan pengawasan kredit yang dilakukan sejak kredit itu diberikan serta

7 memberi kemudahan-kemudahan mengenai syarat-syarat, prosedur serta bunga yang ringan namun tetap saja banyak debitur yang melakukan wanprestasi, baik itu disebabkan keadaan debitur sendiri yang tidak mempunyai kemauan untuk membayar dan melunasi kredit yang telah diterimanya juga penggunaan kredit yang salah yaitu penggunaannya tidak sesuai dengan permintaan semula ataupun faktor-faktor lain yang akan mengakibatkan suatu kerugian bagi kreditur karena akan terjadi tunggakan pembayaran atau kredit macet. Meskipun pihak Bank Sumut Cabang Binjai dalam memberikan suatu fasilitas kredit kepada seorang debitur telah benar-benar didasarkan pada prinsip kehati-hatian dan asas-asas perkreditan yang sehat serta didukung oleh iktikad baik dari para pejabat kredit, namun kemungkinan timbulnya kredit bermasalah tetap ada mengingat bahwa pemberian kredit mengandung resiko yang tinggi tidak kembalinya sebagian/seluruh kredit beserta bunganya. Terbukti dari data kolektibilitas pinjaman dan outstanding Bank Sumut Cabang Binjai pada posisi Desember 2011 menunjukkan bahwa kredit mengalami permasalahan dalam proses pengembalian, yaitu adanya debitur yang tidak membayar kredit sampai tanggal jatuh tempo. Adapun besar kredit dengan kolektibilitas kurang lancar sebesar Rp 28.137.036,- atau 6 nasabah, kolektibilitas diragukan sebesar Rp 274.318.944,- atau 413 nasabah, kolektibilitas macet sebesar Rp 11.603.959.826,- atau 7517 nasabah. Akibat dari terjadinya tunggakan pembayaran atau kredit macet di Bank Sumut Cabang Binjai adalah timbulnya masalah-masalah yang secara tidak langsung akan menghambat kelancaran usaha perkreditan. Dan ini memerlukan

8 proses penyelesaian adalah dengan penghapusbukuan kredit macet atau write-off yakni penghapusbukuan utang namun bukan berarti penghapusan utang seluruhnya. Akan tetapi meskipun kredit yang macet itu sudah dihapus dari pembukuan, piutang dari kredit yang macet itu tetap akan terus ditagih oleh pihak Bank Sumut. Karena jika kredit macet itu dibiarkan tetap tercantum dalam pembukuan sedangkan kepastian kapan kredit yang macet dapat dilunasi masih menjadi teka-teki maka hal itu dapat menyebabkan kinerja Bank Sumut menjadi buruk. Terjadinya kemacetan pengembalian kredit disebabkan oleh beberapa kesalahan/kelalaian dari pihak bank sendiri atau dari pihak nasabah, atau karena keadaan memaksa (force majure) yang mengakibatkan penyelesaian dengan cara penghapusbukuan utang. Karena besarnya resiko dalam perkreditan, maka Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No. 9/6/PBI/2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum dalam Hal Hapus Buku Utang. Peraturan-peraturan yang digunakan Bank Sumut dalam penanganan kredit macet juga didasarkan dengan Peraturan Bank Indonesia. Mekanisme pelaksanaan penghapusbukuan yang dilakukan oleh Bank Sumut dilakukan dengan peraturan intern Bank. Atas perintah Bank Indonesia yang memberikan wewenang pada Bank untuk menyelesaikan masalah penghapusbukuan kredit bermasalah, maka mekanisme hapus buku dilakukan oleh Bank Sumut.

9 Kredit dapat dihapusbukukan apabila telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan seperti : 7 A. Kredit Macet Diluar Kredit Tetap dan Kredit Pensiun 1) Syarat Umum Pada dasarnya yang dapat dihapusbukukan adalah semua fasilitas kredit atas nama seorang debitur yang kolektibilitasnya telah macet dan semua usaha debitur yang dibiayai dengan fasilitas kredit tersebut benar-benar telah macet. Dengan kata lain penghapusbukuan hanya dapat dilaksanakan apabila kolektibilitas dari semua fasilitas yang dinikmati oleh seorang debitur telah macet dan usaha atau semua usaha yang dibiayai dengan fasilitas tersebut benar-benar macet. Penghapusbukuan terhadap sebagian dari fasilitas kredit yang dinikmati oleh seorang debitur tidak diperkenankan. 2) Syarat Khusus Selain syarat umum di atas, suatu kredit dapat dihapusbukukan apabila telah memenuhi salah satu, beberapa, atau semua kriteria sebagai berikut : a. Telah diterbitkan Surat Keputusan Kredit Macet sebagai Piutang Negara yang untuk sementara belum dapat ditagih oleh BUPLN (sekarang disebut dengan KPKNL). b. Dokumen jaminan lemah (bukti pemilikan dan pengikatan ntidak lengkap). 7 Peraturan Intern Bank Sumut, 2002.

10 c. Hasil penjualan baik secara dibawah tangan atau hasil pelelangan tidak dapat menutup seluruh kewajiban debitur. d. Jaminan tidak laku minimal telah melalui 2 kali pelelangan BUPLN. e. Debitur sudah tidak ada lagi atau tidak diketahui lagi alamatnya. f. Debitur badan usaha telah dinyatakan pailit dengan pembuktian surat putusan pailit dari Pengadilan Negeri. B. Kredit Macet Kredit Tetap dan Kredit Pensiun 1). Syarat Umum Pinjaman kredit tetap dan kredit pensiun dapat dihapusbukukan apabila telah dibukukan ke rekening. 2). Syarat Khusus Selain syarat umum di atas, kredit tetap dan kredit pensiun dapat dihapusbukukan apabila telah memenuhi salah satu, beberapa atau semua kriteria di bawah ini : a. Debitur telah meninggal dunia, tidak ada asuransi jiwa dan ahli waris tidak mampu membayar. b. Debitur tidak diketahui lagi alamatnya yang dibuktikan dengan Surat Keterangan Lurah atau Kepala Desa setempat. c. SK pensiun debitur palsu yang dibuktikan dengan berita acara pelaporan kepolisian. d. Debitur dikeluarkan atau dipecat dari dinas dan pesangon yang diterima tidak cukup untuk menutup sisa kreditnya sesuai dengan surat keterangan dari instansi yang bersangkutan.

11 Masalahnya adalah jika suatu utang telah dihapus dalam pembukuan apakah pihak yang memberi utang (kreditur) dalam hal ini adalah pihak bank masihkah memiliki kekuatan hukum ketika harus menagih piutangnya? Dan bagaimana dengan jaminan yang diajukan oleh debitur apabila terjadi penghapusbukuan utang? Oleh karena itu, permasalahan ini menarik untuk diteliti, dan akan penulis tuangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul Aspek Hukum Penghapusbukuan Kredit (Write Off ) Sebagai Salah Satu Cara Penyelesaian Kredit Bermasalah (Studi Pada Bank Sumut Cabang Binjai). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pokok permasalahan yang dapat dikemukakan untuk dikaji selanjutnya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kriteria pemberian penghapusbukuan kredit (write off) terhadap kredit bermasalah di Bank Sumut Cabang Binjai? 2. Bagaimana proses pemberian penghapusbukuan kredit (write off) terhadap kredit bermasalah di Bank Sumut Cabang Binjai? 3. Bagaimana akibat hukum pemberian penghapusbukuan kredit (write off) terhadap jaminan bank di Bank Sumut Cabang Binjai?

12 C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui kriteria pemberian penghapusbukuan kredit (write off) terhadap kredit bermasalah di Bank Sumut Cabang Binjai. 2. Untuk mengetahui proses pemberian penghapusbukuan kredit (write off) terhadap kredit bermasalah di Bank Sumut Cabang Binjai. 3. Untuk mengetahui akibat hukum pemberian penghapusbukuan kredit (write off) terhadap jaminan bank di Bank Sumut Cabang Binjai. D. Manfaat Penulisan Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari dua (2) sisi secara teoritis maupun secara praktis, yaitu : 1. Secara teoritis Hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk berbagai konsep ilmiah yang pada waktunya nanti dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam Hukum Perbankan dan pada Hak Tanggungan, khususnya didalam penyelesaian masalah dalam perjanjian kredit pada Bank Sumut Cabang Binjai dalam kaitannya terhadap penyelesaian akibat hukum mengenai penghapusan kredit. 2. Secara Praktis Penulis berharap bahwa tulisan ini dapat bermanfaat sebagai informasi dan pengetahuan bagi masyarakat tentang upaya hukum yang dapat dilakukan apabila terjadi masalah akibat hukum penghapusbukuan dalam perjanjian kredit pada

13 bank nasional maupun bank swasta lainnya. Serta dapat pula memberi manfaat atau perbandingan bagi penulis lain yang meneliti lebih lanjut dan mendalam. E. Metode Penelitian Untuk mendapatkan data yang diperlukan sesuai dengan masalah yang diteliti maka dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian yang bila dilihat dari jenisnya, maka penelitian ini dapat digolongkan kedalam penelitian observational research dengan cara survey. Penelitian observational research adalah pengumpulan data di lapangan dengan menggunakan alat pengumpulan data berupa wawancara tentang bagaimana prosedur penghapusbukuan kredit pada bank Sumut Cabang Binjai. Sedangkan dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang bagaimana menyelesaikan kredit bermasalah yang ada pada bank Sumut Cabang Binjai. Penelitian ini dilakukan di Binjai, tempat kedudukan bank Sumut Cabang Binjai, adapun yang menjadi alasan penulis melakukan penelitian di tempat ini dikarenakan bank Sumut Cabang Binjai merupakan salah satu bank BUMD yang melakukan pemberian kredit dan penulis memiliki kemudahan dalam mendapatkan data dibandingkan dengan bank lainnya. Responden dalam penelitian ini adalah dari pihak bank Sumut, dalam hal ini diwakili oleh Asisten 5 Divisi Penyelamatan Kredit pada Bank Sumut Pusat dan Kabid Divisi Penyelamatan Kredit pada Bank Sumut Cabang Binjai. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis

14 dan kontruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Yang dimaksud dengan metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu sistem, konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dengan suatu kerangka tertentu. 8 Pada dasarnya penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan. Dilihat dari metode pendekatannya, penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan pendekatan yuridis-normatif, yang dapat diartikan sebagai penelitian mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan perjanjian kredit bank dalam penyelesaian penghapusbukuan kredit dalam perjanjian kredit di bank Sumut cabang Binjai. a. Data primer yaitu data yang diperoleh penulis dari hasil kerja penelitian lapangan atau riset. b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh penulis berdasarkan literatur, hasil penelitian, jurnal serta surat kabar yang berkaitan dengan materi skripsi dan yang mendukung data primer. Adapun yang menjadi alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 8 Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hal. 92.

15 a. Wawancara, yaitu komunikasi dua arah antara penulis dengan responden untuk memperoleh data primer dengan lebih cepat dan memperoleh keyakinan bahwa penafsiran yang diberikan oleh responden adalah benar. Wawancara dilakukan dengan membuat daftar pertanyaan secara urut dan sistematis sesuai dengan yang telah dipersiapkan. b. Studi Pustaka, yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan cara menggali sumber-sumber tertulis, baik dari instansi yang terkait, maupun buku literatur yang ada relevansinya dengan masalah penelitian yang digunakan sebagai kelengkapan penelitian. Berdasarkan permasalahan dan tujuan dari penelitian yang telah dikemukakan oleh penulis, maka penelitian ini bersifat deskriptif analisis artinya bahwa penelitian ini termasuk dalam lingkup penelitian yang menggambarkan, mendeskripsikan, menelaah, dan menjelaskan secara tepat serta menganalisis dan menyeleksi data yang diperoleh sehingga akan diketahui gambaran mengenai halhal yang diperlukan dan kemudian disimpulkan. F. Keaslian Penulisan Penulisan skripsi ini pada awalnya didasarkan pada ide, gagasan, pemikiran, dan yang paling utama adalah dikarenakan ketertarikan penulis

16 terhadap aspek hukum penghapusbukuan kredit (write off) sebagai salah satu cara penyelesaian kredit bermasalah. Penulisan skripsi ini asli diangkat dari pemikiran penulis sendiri, yang artinya penulisan skripsi ini bukanlah berasal dari hasil penggandaan dari hasil karya tulis orang lain dan sudah diperbandingkan judulnya di kampus tempat penulis menimba ilmu di Fakultas Hukum. G. Sistematika Penulisan Untuk lebih jelas dan terarahnya penulisan skripsi ini, maka akan dibahas dalam bentuk sistematika, yaitu sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN : merupakan bab pendahuluan yang mengemukakan tentang latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERBANKAN : di dalam bab ini dibahas mengenai pengertian perbankan, pengertian bank, prinsip perbankan, sejarah perbankan yang dimulai dari masa sebelum Indonesia merdeka sampai dengan sekarang, jenis-jenis perbankan dan kelembagaan perbankan. BAB III TINJAUAN UMUM KREDIT DALAM UNDANG-UNDANG PERBANKAN : di dalam bab ini dibahas mengenai pengertian kredit, unsur-unsur dalam pemberian suatu fasilitas kredit, tujuan pemberian suatu kredit, jenis kredit, prinsip pemberian kredit, dan jaminan dalam pemberian kredit bank.

17 BAB IV PENGHAPUSBUKUAN KREDIT (WRITE OFF) SEBAGAI SALAH SATU PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH : di dalam bab ini dibahas mengenai gambaran umum mengenai Bank Sumut, penyebab kredit bermasalah dari berbagai sisi, kualitas kredit, langkah-langkah dalam menyelesaikan kredit bermasalah, kriteria pemberian penghapusbukuan kredit (write off) terhadap kredit bermasalah pada Bank Sumut Cabang Binjai, prosedur pelaksanaan peghapusbukuan kredit (write off) terhadap kredit bermasalah pada Bank Sumut Cabang Binjai, dan akibat hukum pemberian penghapusbukuan kredit (write off) terhadap jaminan bank pada Bank Sumut Cabang Binjai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN : bab terakhir dari penulisan skripsi ini berisi kesimpulan mengenai bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan pemberian saran-saran dari penulis yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.