digunakan dalam penelitian ini adalah longterm debt to equity ratio

dokumen-dokumen yang mirip
mengelola modal sendiri untuk menghasilkan laba. BAB II TINJAUAN PUSTAKA adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh sumber pendanaan jangka panjang (ekuitas dan utang) yang digunakan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terdapat di neraca. Menurut Munawir (2004:32) solvabilitas menunjukkan

BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

BAB II URAIAN TEORITIS. Studi empiris yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pembaca dalam memahami maksud dari variabel-variabel yang akan diteliti.

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran, dan pertumbuhan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal sendiri dalam perusahaan. Keputusan struktur modal berkaitan dengan pemilihan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan

LANDASAN TEORI. dalam perusahaan yaitu keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perusahaan harus meningkatkan nilai perusahaannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kajian teori. Teori teori struktur modal bertujuan sebagai landasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan memperoleh laba yang maksimal, maka perusahaan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyertaan kepemilikan perusahaan. Struktur modal yang optimal adalah struktur

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber utama yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan (Rodoni dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nilai perusahaan. Menurut IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan untuk digunakan dalam operasinya. Suatu perusahaan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam mendanai aktivanya (Sawir, 2004:2).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Brigham dan Houston (2001) struktur modal adalah bauran dari hutang,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua perusahaan termasuk perusahaan manufaktur sektor makanan dan minuman pada dasarnya melaksanakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola fungsi-fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat telah menciptakan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau keuntungan perusahaan. Profitability menggambarkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis dewasa ini cenderung semakin pesat. Tingkat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk tetap berjalan dengan baik suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono:2001). Setiap keputusan pendanaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham (Sawir, 2009:10).

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) yang berperan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis yang sedang memasuki era globalisasi mengakibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2012:263). Setiap keputusan pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam perusahaan. Oleh karena itu, keputusan pendanaan menjadi pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. dagang bertujuan untuk mencari laba, agar kelangsungan hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, namun disisi lain penggunaan financial leverage dapat berpotensi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan sektor perekonomian yang mendukung kelancaran aktivitas

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat dan semakin

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjudul Factors Determining the Capital Structure of Pharmaceutical

BAB I PENDAHULUAN. diperdagangkan. Pasar modal dapat dikatakan pasar abstrak, karena yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Struktur Modal Struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Menurut Husnan (2000 : 275 ), Struktur modal merupakan perbandingan antara sumber jangka panjang yang bersifat pinjaman dan modal sendiri. Struktur modal juga dapat didefinisikan sebagai pertimbangan atau perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2001:296). Sedangkan menurut Sutrisno (2003 : 289), struktur modal adalah merupakan perimbangan antara modal asing atau hutang dengan modal sendiri. Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa struktur modal menggambarkan perbandingan modal asing terhadap modal sendiri pada suatu perusahaan yang digunakan untuk kebutuhan operasi sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan. Struktur modal diindikasikan dengan debt to asset ratio (DAR), debt to equity ratio (DER), longterm debt to asset ratio (LDAR) dan longterm debt to equity ratio (LDER). Struktur modal yang digunakan dalam penelitian ini adalah longterm debt to equity ratio (LDER), yaitu perbandingan antara hutang jangka panjang dengan

ekuitas pemegang saham. Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut. LDER = Longterm debt Stockholder s equity Semakin tinggi long term debt to equity ratio mengindikasikan bahwa dengan struktur modal tersebut, risiko keuangan yang ditanggung oleh pemegang saham semakin tinggi. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham (Astuti, 2004 : 138). 2.1.2 Komponen Struktur Modal Struktur modal pada perusahaan secara umum terdiri dari dua komponen, yaitu modal sendiri dan modal asing. 1. Modal Sendiri Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik dan tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya (Riyanto, 2001 : 240). Modal sendiri juga dapat didefinisikan sebagai dana yang dipinjam dalam jangka waktu tak terbatas dari para pemegang saham. Secara umum pinjaman baru dikembalikan kepada para pemegang saham bilamana perusahaan tersebut dipailitkan (Sutojo dan Kleinsteuber, 2002 : 20). Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut,

modal sendiri dapat diartikan sebagai dana yang berasal dari pemegang saham di dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak tertentu lamanya. 2. Modal Asing Modal asing atau hutang jangka panjang dapat didefinisikan sebagai kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca) (Munawir, 2002 : 19). Menurut Riyanto (2001 : 238), hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hutang jangka panjang adalah kewajiban yang mempunyai jangka waktu pembayaran lebih dari satu tahun. Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar (Riyanto, 2001 : 238). Besarnya jumlah hutang jangka panjang akan berpengaruh terhadap baik dan buruknya struktur modal. Struktur modal yang kurang sehat ditandai dengan terlalu besarnya jumlah pinjaman dari pihak ketiga untuk mendanai kegiatan bisnis. Suatu perusahaan

yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, dimana mempunyai hutang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat pada perusahaan yang bersangkutan. 2.1.3 Teori Struktur Modal a. Agency Theory Menurut teori ini, struktur modal disusun sedemikian rupa untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Pemegang saham dengan manajeman juga akan mengalami konflik kepentingan. Konflik yang pertama. Jika hutang mencapai jumlah yang signifikan dibandingkan dengan saham, maka pemegang saham akan tergoda melakukan subtitusi asset, dalam hal ini pemegang saham akan beroperasi dengan meningkatkan risiko perusahaan. Risiko perusahaan yang meningkat menguntungkan bagi pemegang saham karena kemungkinan memperoleh keuntungan yang tinggi akan semakin besar. b. Pecking Order Hiphotesys Pada dasarnya teori ini dibangun berdasarkan asumsi dan temuan empiris tentang perilaku keuangan perusahaan berikut : (1) kebijakan deviden yang bersifat sticky (tidak mudah naik atau turun), (2) perusahaan lebih menyukai sumber pendanaan internal (laba ditahan) dibandingkan dengan sumber dana eksternal (kewajiban dan ekuitas), (3) apabila harus menggunakan sumber dana eksternal, maka perusahaan tentunya akan menggunakan

sekuritas yang teraman, (4) ketika kebutuhan dana eksternal cukup besar, maka perusahaan akan memilih menerbitkan sekuritas menurut urutan : hutang yang paling aman, hutang yang berisiko tinggi, convertible securities, preferred stock, dan saham biasa (Arifin, 2005 : 94). Teori ini menjelaskan bahwa perusahaan lebih mengutamakan pendanaan ekuitas internal (menggunakan laba yang ditahan) daripada pendanaan ekuitas eksternal (menerbitkan saham baru). Hal itu disebabkan penggunaan laba yang ditahan lebih murah dan tidak perlu mengungkapkan sejumlah informasi perusahaan (yang harus diungkapkan dalam prospektus saat menerbitkan obligasi dan saham baru). Apabila perusahaan membutuhkan pendanaan eksternal, pertama kali akan menerbitkan hutang sebelum menerbitkan saham baru. c. Signaling Theory dan Asymetric Informtion Model Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manajer yang memiliki informasi yang bagus tentang perusahaan akan menyampaikan kepada investor luar sehingga akan meningkatkan harga saham perusahaan. Akan tetapi dengan adanya masalah asymetric information, maka manajer tidak bisa hanya menyampaikan informasi yang bagus tersebut karena bisa saja manajer lain juga menyampaikan hal yang sama yang dapat menimbulkan kurangnya kepercayaan pada investor.

2.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal. 1. Stabilitas Penjualan Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Perusahaan umum, karena permintaan atas produk atau jasanya stabil, secara historis mampu menggunakan lebih banyak leverage keuangan daripada perusahaan industri. 2. Struktur Aset Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang. Aktiva multiguna yang dapat digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk dijadikan jaminan. Karena itu, perusahaan real estate biasanya mempunyai leverage yang tinggi, sedangkan perusahaan yang terlibat dalam penelitian teknologi tidak demikian. 3. Leverage Operasi

Jika hal-hal lain tetap sama (konstan), perusahaan dengan laverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar laverage keuangan karena perusahaan akan memiliki risiko bisnis yang lebih kecil. 4. Tingkat pertumbuhan Jika diasumsikan hal-hal lain tetap sama, maka perusahaan yang tumbuh dengan pesat lebih banyak mengandalkan pendanaan eksternal. Akan tetapi, pada suatu kondisi perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi ketidakpastian yang lebih besar yang menyebabkan perusahaan tersebut mengurangi keinginan untuk menggunakan hutang sebagai sumber pendanaan. 5. Profitabilitas Seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan utang yang relative kecil. Meskipun tidak ada pembenaran teoritis mengenai hal ini, namun penjelasan praktis atas kenyataan ini adalah bahwa perusahaan yang menguntungkan, seperti Intel, Microsoft dan Coca Cola memang tidak memerlukan banyak pembiayaan dengan utang. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal.

6. Pajak Bunga merupakan beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan yang terkena tarif pajak. Oleh karena itu semakin tinggi tarif pajak, semakin besar manfaat penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan. 7. Pengendalian Pengaruh utang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur pendanaan. Apabila manajemen saat ini mempunyai hak suara untuk mengendalikan perusahaan (mempunyai lebih dari 50 persen) tetapi sama sekali tidak diperkenankan untuk membeli saham tambahan, mereka mungkin akan memilih utang untuk pembiayaan baru. Di lain pihak, manajemen mungkin memutuskan untuk menggunakan ekuitas jika kondisi keuangan perusahaan sangat lemah sehingga penggunaan utang dapat membawa perusahaan pada risiko kebangkrutan, karena jika perusahaan jatuh bangkrut, para manajer tersebut akan kehilangan pekerjaan. Tetapi, jika utangnya terlalu kecil, manajemen menghadapi risiko pengambilalihan. Jadi, pertimbangan pengendalian tidak selalu mengkhendaki penggunaan utang atau ekuitas karena jenis modal yang memberi perlindungan terbaik bagi manajemen bervariasi dari

suatu kondisi ke kondisi yang lain. Bagaimanapun, jika posisi manajemen sangat rawan, situasi pengendalian perusahaan akan dipertimbangkan. 8. Sikap manajeman Sebagian manajeman cenderung lebih konservatif daripada manajeman yang lain sehingga menggunakan hutang yang lebih kecil daripada rata-rata industri yang bersangkutan, sementara manajeman yang lain cenderung menggunakan banyak hutang usaha dalam upaya mengejar laba yang tinggi. 9. Sikap Pemberi Pinjaman dan Penilai Peringkat Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktorfaktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap para pemberi pinjaman dan perusahaan penilai peringkat (rating agency) seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan. Dalam sebagian besar kasus, perusahaan membicarakan struktur pendanaannya dengan pemberi pinjaman dan lembaga penilai peringkat serta sangat memperhatikan masukan yang diterima. 10. Kondisi Pasar Kondisi pasar saham dan obligasi yang mengalami perubahan dalam jangka panjang dan jangka pendek sangat berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang optimal.

11. Kondisi Internal Perusahaan Dalam hal ini, kondisi internal perusahaan juga berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal. Jika kondisi internal perusahaan baik, maka kebijakan struktur modal juga akan meningkat. 12. Fleksibilitas Keuangan Dengan fleksibilitas keuangan, maka akan sangat membantu perusahaan dalam bidang pendanaan karena melalui adanya fleksibilitas keuangan maka kapasitas cadangan yang memadai dapat dipertahankan. 2.2 Rentabilitas Tujuan perusahaan pada umumnya yaitu memperoleh laba sesuai dengan yang telah direncanakan. Untuk memperoleh laba tersebut,dalam menjalankan operasinya perusahaan memerlukan sumber daya berupa modal maupun aktiva. Rentabilitas menunjukkan perbandingan antara laba dengan modal atau aktiva yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan laba tersebut. Menurut Martono (2001 : 18), rentabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Sedangkan menurut Harahap (2004 : 395), rentabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba atau keuntungan melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada. Cara menilai rentabilitas bermacam-macam tergantung pada laba dan aktiva, atau

modal mana yang akan diperbandingkan satu dengan yang lainnya, apakah itu laba dari operasi atau laba neto sesudah pajak dengan keseluruhan aktiva tangible atau modal sendiri. Adanya beberapa cara penilaian terhadap rentabilitas suatu perusahaan, menyebabkan beberapa perusahaan juga memiliki cara yang berbeda dalam menghitung rentabilitasnya, yang penting adalah rentabilitas mana yang akan digunakan sebagai alat pengukur efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan yang bersangkutan. 2.3 Rentabilitas Modal Sendiri Rentabilitas modal sendiri (return on equity) menunjukkan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak (net profit after taxes) yang tersedia bagi pemegang saham dengan jumlah modal pada perusahaan. Menurut Riyanto (2001: 44), rentabilitas modal sendiri menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi pemilik modal sendiri yang ada dalam perusahaan itu. Itu artinya rentabilitas modal sendiri dapat menjadi ukuran efisiensi bagi penggunaan modal sendiri yang dioperasikan dalam perusahaan. Semakin besar rentabilitas modal sendiri berarti semakin besar pula kemampuan perusahaan itu menghasilkan laba bagi pemilik modalnya. Laba yang diperhitungkan adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rentabilitas modal sendiri : a. Struktur modal Kebijakan pemenuhan kebutuhan akan menentukan tingkat financial leverage suatu perusahaan. Penambahan hutang akan memeberikan pengaruh menguntungkan terhadap modal sendiri apabila rate of return pada penambahan hutang tersebut lebih besar daripada biaya hutang atau bunganya, dan sebaliknya. Sehingga dalam hal ini, perluasan modal yang dipenuhi dengan modal sendiri akan lebih menguntungkan terhadap tingkat rentabilitas modal sendiri. b. Return on Asset (ROA) Return on Asset atau disebut juga dengan rentabilitas ekonomis juga ikut mempengaruhi besarnya rentabilitas modal sendiri. Pengaruh Return on Asset terhadap rentabilitas modal sendiri secara teoritis memiliki pengaruh positif. Dengan kata lain, semakin tinggi ROA akan mengakibatkan kenaikan rentabilitas modal sendiri. c. Tingkat bunga Bagi perusahaan tingkat bunga akan mempengaruhi biaya modal yang ditangggung dari adanya penggunaan hutang atau modal asing oleh perusahaan tersebut. Tingkat bunga yang tinggi akan menyebabkan biaya modal yang tinggi, sehingga

akan mengurangi laba bersih yang akan diterima oleh perusahaan. 2.4 Rentabilitas Ekonomi Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan dalam perentase. Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi adalah laba yang berasal dari operasi perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha (net operating income) sedangkan modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi adalah modal yang bekerja di dalam perusahaan (operating capital/asset). Faktor- faktor yang mempengaruhi Return On Asset (ROA) terdiri dari profit margin dan turnover of operating asset. 1. Profit margin Profit margin merupakan perbandingan antara laba usaha dengan penjualan bersih, perbandingan tersebut dinyatakan dalam bentuk persentase. Profit margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan tingkat pendapatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perhitungan profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan pendapatan yang diterima. Semakin tinggi profit margin yang diterima perusahaan berarti semakin efisien operasi perusahaan tersebut.

2. Turnover of operating asset (tingkat perputaran aktiva) Turnover of operating asset merupakan tingkat perputaran aktiva usaha selama satu periode. Turnover of operating asset mengukur sampai seberapa jauh aktiva usaha dipakai dalam perusahaan, selain itu juga dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating asset dalam satu periode tertentu. Hasil kali antara profit margin dengan turnover of operating asset menentukan tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi. Semakin tinggi tingkat profit margin atau turnover of operating asset maka akan mengakibatkan naiknya rentabilitas ekonomi. Apabila ingin memperbesar rentabilitas ekonomi dengan cara memperbesar profit margin, berarti berhubungan dengan usaha untuk meningkatkan efisiensi di bidang produksi, penjualan, dan pembenahan administrasi. Sedangkan untuk memperbesar rentabilitas ekonomi dengan cara memperbesar turnover of operating asset berhubungan dengan kebijaksanaan investasi dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tetap. 2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara lain oleh Saut Andreas (2010), menguji pengaruh Debt to equity ratio dan Debt to asset ratio terhadap rentabilitas modal sendiri (Return on equity) pada industri

otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Debt to equity ratio secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri, Debt to asset ratio juga secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap rentabilitas modal sendiri. Variabel independen yang digunakan oleh Saut adalah Debt to equity ratio dan Debt to asset ratio. Variabel dependen yang digunakan adalah Return on equity. Mushthafa (2010) meneliti pengaruh struktur modal terhadap rentabilitas pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri maupun terhadap rentabilitas ekonomi. Variabel independen yang digunakan oleh Mushthafa adalah struktur modal, sedangkan variabel dependennya adalah rentabilitas modal sendiri dan rentabilitas ekonomi. Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti dan tahun Penelitian Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Saut Andreas Pengaruh struktur modal terhadap rentabilitas modal sendiri pada industri Variabel dependen:debt to Equity Ratio dan Debt to Secara parsial Debt to Equity Ratio dan Debt

(2010) otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Asset Ratio Variabel independen: adalah Return on Equity to Asset Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Return on Equity. 2 Mushthafa (2010) Pengaruh struktur modal terhadap rentabilitas pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Variabel dependen: struktur modal Variabel independen: rentabilitas modal sendiri dan rentabilitas ekonomi Struktur modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri maupun terhadap rentabilitas ekonomi. Sumber : diolah dari berbagai sumber oleh penulis, 2012 2.6 Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka, maka dapat disimpulkan kerangka konseptual sebagai berikut: Struktur Modal LDER (X1) Return On Asset (X2) Rentabilitas Modal Sendiri (Y) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.7 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah yang masih harus dibuktikan kebenarannya secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : struktur modal berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri. H2 : Return on Asset berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas modal sendiri. H3 : Struktur modal dan Return on Asset secara simultan berpengaruh signifikan terhadap rentablitas modal sendiri.