BAB 1 PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Frederiko, FH UI, Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan. meningkatnya kemajuan tersebut, maka semakin di perlukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB III KEABSAHAN JAMINAN SERTIFIKAT TANAH DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DI SLEMAN. A. Bentuk Jaminan Sertifikat Tanah Dalam Perjanjian Pinjam

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi sebagai dampak krisis ekonomi global. tahun 2008 mencapai (dua belas ribu) per dollar Amerika 1).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan pemenuhan kebutuhan taraf hidup. Maka dari itu anggota masyarakat

KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Elizabeth Karina Leonita, FH UI, Universitas Indonesia

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang. Perdata. Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial di mana manusia hidup

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. fungsi intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Kekuatan Eksekutorial Hak Tanggungan dalam lelang

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 4 TAHUN 1996

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga yang bergerak di bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract)

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN TITLE EKSEKUTORIAL DALAM SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

CARA PENYELESAIAN PERKARA DEBITOR WANPRESTASI DALAM SENGKETA EKONOMI SYARIAH oleh : H. Sarwohadi, S.H.,M.H.(Hakim PTA Mataram)

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

Hak Tanggungan. Oleh: Agus S. Primasta 2

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut pihak-pihak sebaiknya dituangkan dalam suatu surat yang memiliki

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

Lex Privatum Vol. V/No. 4/Jun/2017

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

BAB II KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM YANG MENYANGKUT JAMINAN FIDUSIA. artinya, apabila jaminan dengan hak tanggungan sebagaimana diterangkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

Mengenai Hak Tanggungan. Sebagai Satu-Satunya Lembaga Hak Jaminan atas Tanah

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan

Pembebanan Jaminan Fidusia

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tentang perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

PELAKSANAAN PERJANJIAN FIDUSIA PADA FIF ASTRA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Kapal laut merupakan salah satu transportasi perairan yang sangat. Indonesia, baik dalam pengangkutan umum maupun

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dengan disertai berbagai tantangan dan resiko yang dihadapi.

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH MENURUT UNDANG - UNDANG NOMOR 04 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

HAK TANGGUNGAN TANAH & BANGUNAN SEBAGAI JAMINAN PELUNASAN UTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah perjanjian berasal dari bahasa Belanda overeenkomst dan verbintenis.

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI. Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI

EKSEKUSI BARANG JAMINAN FIDUSIA DAN HAMBATANNYA DALAM PRAKTEK

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju perkembangan perkreditan di Indonesia menuntut adanya sistem peraturan hukum yang efisien, jelas dan tepat sasaran dalam setiap pembuatan perjanjiannya serta dapat melindungi hak-hak para pihaknya, baik dari pihak kreditur maupun debitur. Pada prakteknya hubungan pinjam-meminjam ini dapat dituangkan dalam bentuk lisan ataupun tulisan berupa perjanjian kredit. Adapun yang dimaksud dengan perjanjian kredit adalah perjanjian atau kesepakatan pinjam-meminjam yang dibuat antara bank dengan nasabah atau debiturnya tentang pemberian kredit atau pembiayaan yang mewajibkan nasabah atau debitur untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga atau imbalan bagi hasil. Dengan adanya perjanjian pinjam-meminjam ini muncul suatu hubungan hukum, yaitu hubungan hutang piutang di mana ada hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak, baik debitur maupun kreditur. Hubungan hukum tersebut akan berjalan dengan baik apabila kedua belah pihak dapat menjalankan semua kewajibannya tepat pada waktu yang diperjanjikan dan apabila hubungan hukum itu tidak berjalan dengan lancar maka perjanjian kredit merupakan alat bukti yang kuat bagi kreditur. Dengan demikian untuk lebih memberikan kepastian hukum maka perjanjian kredit tersebut sebaiknya dituangkan secara tertulis dalam akta notariil. Sebagaimana diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ( KUH Perdata ), akta notariil merupakan akta otentik apabila dibuat oleh pejabat yang berwenang yaitu Notaris, dibuat sesuai dengan bentuk yang telah ditetapkan oleh Undang-undang dan dibuat di wilayah kerja Notaris yang berwenang. Apabila ketentuan ini diabaikan oleh banyak pihak termasuk oleh Notaris sendiri maka akibatnya sebuah akta akan kehilangan otentisitasnya.

2 Akta notariil dapat digunakan sebagai alat bukti yang sempurna apabila dikemudian hari ada salah satu pihak yang lalai menjalankan kewajiban yang sudah diperjanjikan sebelumnya. Dengan adanya akta notariil ini maka masing-masing pihak akan mendapat kepastian hukum tentang apa saja yang telah diperjanjikan sebelumnya. Apabila debitur tidak dapat melunasi hutangnya kepada kreditur sesuai dengan waktu dan jumlah yang sudah diperjanjikan maka kreditur berhak untuk menuntut pelunasan hutang dengan cara mengeksekusi barang jaminan yang dijaminkan oleh debitur. Adapun barang jaminan tersebut biasanya diagunkan ke bank dengan lembaga jaminan Hak Tanggungan, Gadai, hipotik dan Fidusia, di mana lembaga jaminan ini memberikan keistimewaan kepaa kreditur untuk dapat melakukan eksekusi barang jaminan tanpa perlu mengajukan gugatan terlebih dahulu ke Pengadilan untuk membuktikan adanya wanprestasi yang dilakukan oleh debitur. Kreditur dapat langssung mengajukan permohonan lelang kepada Kantor Lelang setempat untuk menjual di muka umum barang jaminan tersebut atau menjual di bawah tangan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak agar dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar dari hasil penjualan. Apabila tidak terdapat barang jaminan dari pihak debitur maka seluruh harta kekayaan yang dimiliki debitur dapat dijadikan sebagai barang jaminan untuk pelunasan hutang. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata yang menyatakan bahwa seluruh harta kekayaan seseorang itu, baik yang sudah ada maupun yang akan diperolehnya kemudian, merupakan jaminan dari pelunasan hutang-hutangnya. Dari ketentuan pasal ini, jelas kepentingan dari pihak kreditur telah dilindungi oleh hukum. Akan tetapi pada kenyataannya, hal tersebut tidak semudah sebagaimana diatur dalam ketentuan hukum yang mengatur lembaga-lembaga jaminan yang memberikan hak istimewa kepada kreditur sebagaimana telah Penulis jelaskan di atas, karena seringkali penjualan barang jaminan secara lelang dipersulit oleh debitur yang sudah nyata-nyata wanprestasi melalui bantahan dan upaya hukum lainnya sehingga mempersulit bank sebagai kreditur untuk memperoleh pelunasan piutangnya. Upaya hukum yang masih harus dilakukan oleh kreditur karena adanya bantahan atau tindakan lain yang dilakukan oleh debitur dianggap sebagai tindakan yang tidak

3 efektif dan kurang efesien karena jelas memperpanjanng waktu dan menambah biaya yang harus dikeluarkan oleh kreditur, padahal dunia perbankan sekarang ini menuntut kelancaran perputaran uang. Oleh karena itu, untuk menghindari proses pengadilan yang membutuhkan waktu yang cukup lama ini, para pelaku bisnis lebih memilih membuat grosse akta pengakuan hutang yang mempunyai kekuatan eksekutorial dengan irah-irah Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang dipegang kreditur (bank). Grosse akta memiliki keistimewaan dalam proses penyelesaian suatu perjanjian hutang, yaitu adanya kekuatan eksekutorial yang melekat pada grosse akta, sehingga apabila debitur lalai dalam menjalankan kewajibannya maka kreditur dapat langsung mengajukan permohonan eksekusi grosse akta kepada Ketua Pengadilan tempat domisili debitur berada atau tempat lain yang telah ditentukan dalam akta tanpa harus melalui proses gugatan sebagaimana diatur dalam pasal 224 HIR (Het Herziene Indonesisch Reglement). Dengan adanya grosse akta dan barang yang dijaminkan dengan lembaga jaminan yang memberikan hak istimewa semacam parate eksekusi kepada kreditor maka debitor tidak dapat mengajukan bantahan dan upaya hukum lain untuk menghambat kreditor memperoleh pelunasan piutangnya dengan penjualan barang jaminan secara lelang. Adapun kutipan bunyi pasal 224 HIR 1 : Surat asli daripada surat hipotek dan surat hutang yang diperkuat dihadapan Notaris di Indonesia dan yang kepala aktanya memakai perkataan Demi Keadilan Bedasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa berkekuatan sama dengan keputusan hakim, jika surat yang demikian itu tidak ditetapi dengan jalan damai, maka perihal menjalankanya dilangsungkan dengan perintah dan pimpinan ketua pengadilan negeri yang dalam daerah hukumnya orang yang berutang itu diam atau tinggal. Adapun Grosse akta pengakuan hutang adalah pernyataan sepihak yang dibuat oleh debitur sebagai perjanjian accesoir atau perjanjian tambahan dari perjanjian pokoknya, dengan tujuan untuk memperkokoh perlindungan hukum terhadap pihak kreditur. 1 http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4bce9ab50b7e9/titel-eksekutorial-grosse-akta-ketika- nama-tuhan-tidak-lagi-bermakna-

4 Hampir setiap hari ada permintaan eksekusi dari pihak bank yang berdasar pada ketentuan pasal 224 HIR ini, dan gejala tersebut memberi bukti bahwa kelesuan perekonomian merupakan faktor utama yang mengkibatkan kegagalan dan ketidakmampuan debitur untuk melunasi hutanngnya. Meskipun ketentuan dalam pasal 224 HIR ini jelas memberikan perlindungan hukum bagi kreditur, namun sering kali terdapat kendala dalam penerapannya, khususnya dalam hal eksekusi karena debitur tidak selamanya menerima begitu saja pelaksanaan eksekusi dan kadang kala ada debitur yang melakukan perlawanan dan jika perlawanan ini diterima maka pengadilan akan memprosesnya sebagai perkara biasa. Apabila hal itu terjadi maka kekuatan eksekutorial grosse akta ini akan menjadi rancu dalam penerapannya dan menimbulkan ketidakpastian hukum. Salah satu bentuk permasalahan hukum terkait adanya perlawanan yang tetap dilakukan oleh debitur walaupun sudah ada grosse akta pengakuan hutang berdasarkan perjanjian kredit yang telah dibuat antara debitur dan kreditur telah menarik hati Penulis untuk melakukan penelitian di mana salah satu alasan yang dapat digunakan oleh debitur untuk melakukan perlawanan adalah mengenai tidak berwenangnya pejabat yang mewakili Perseroan Terbatas ( PT ) dalam pembuatan dan penandatangan suatu perjanjian kredit yang telah dibuat antara kreditur dengan debitur tersebut. Adapun Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) yang menyebutkan bahwa yang berwenang mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar adalah direksi. Kewenangan pejabat yang mewakili kreditur atau debitur dalam bentuk PT untuk membuat perjanjian dengan pihak lain menjadi hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena hal ini menyangkut sah tidaknya perjanjian yang ditanda tangani kedua belah pihak. Hal ini sesusai dengan Pasal 1321 KUH Perdata yang menetapkan 4 (empat) syarat sahnya perjanjian, yaitu : 1. Kesepakatan dari mereka yang mengikatkan dirinya dalam perjanjian tersebut; 2. Kecakapan para pihak untuk membuat perjanjian; 3. Adanya suatu hal atau objek barangtertentu yang diperjanjikan;

5 4. Suatu sebab yang halal. Apabila ternyata pihak yang menandatangani tidak berwenang maka perjanjian kredit tersebut walaupun dibuat secara notariil dapat dimintakan pembatalannya di Pengadilan karena tidak memenuhi unsur kedua syarat sahnya perjanjian sebagaimana telah disebutkan di atas. Demikian pula dengan grosse akta pengakuan hutang yang dibuat secara sepihak oleh debitur atau pihak ketiga sebagai penanggung hutangnya. Apabila yang mewakili suatu PT untuk menandatangani perjanjian penanggungan hutang dan grosse akta pengakuan hutang adalah seseorang yang tidak berwenang untuk mewakili PT tersebut maka akibatnya debitur dapat menggunakan hal tersebut sebagai alasan untuk melakukan bantahan atau perlawanan terhadap kreditur yang ingin meletakkan sita jaminan atas barang jaminan dan melakukan eksekusi atas barang jaminan tersebut untuk memperoleh pelunasan melalui lelang. Dengan demikian jelas pihak yang dirugikan adalah pihak Bank selaku kreditur yang telah memberikan pinjaman uang dan tujuan pembuatan grosse akta pengakuan hutang menjadi tidak tercapai malah menimbulkan ketidakpastian hukum bagi kreditor. Padahal dalam pembuatan setiap akta notariil, pengecekan berwenang atau tidaknya seseorang baik secara pribadi maupun untuk mewakili suatu PT dalam pembuatan dan penandatanganan akta merupakan tugas penting dari seorang Notaris sebagai pejabat yang dipercaya oleh kedua belah pihak untuk membuat suatu akta otentik yang memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna di Pengadilan. Permasalahan-permasalahan hukum dalam praktek pemberian kredit perbankan inilah yang menjadi fokus perhatian peneliti yang mencoba mengangkat permasalahan perlindungan hukum bagi kreditur yang beritikad baik apabila terdapat kendala terkait adanya upaya debitur untuk membatalkan perjanjian kredit dan grosse akta pengakuan hutang yang telah dibuat olehnya dengan alasan-alasan sebagaimana telah disampaikan oleh Penulis pada paragraf di atas..

6 1.2. Rumusan Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka pokok permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kekuatan pembuktian dari grosse akta pengakuan utang sebagai akta otentik apabila pada perjanjian pokoknya terdapat cacat hukum dan bagaimanakah perlindungan hukum bagi kreditur beritikad baik? 2. Bagaimanakah kedudukan notaris dalam hal terjadinya sengketa mengenai akta yang telah dibuatnya? 1.3. Metode Penelitian Metode penelitian 2 yang digunakan dalam penulisan proposal tesis ini adalah metode penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian mengenai pengkajian pelaksanaan peraturan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan terbatas, yang kemudian diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan hukum yang terjadi dalam prakteknya. Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan adalah evaluatif, yaitu dalam penulisan ini penulis melakukan pengkajian atau penilaian kembali mengenai penerapan peraturan-peraturan yang terkait terhadap permasalahn hukum yang terjadi didalam masyarakat, khususnya mengenai permasalahan perlindungan hukum bagi kreditur yang beritikad baik dalam eksekusi grosse akta pengakuan hutang. Oleh karena jenis penilitiannya adalah yuridis normatif, data yang diperoleh berasal dari studi kepustakaan, dimana penulis memilah dan membaca kepustakaan yang berkaitan dengan kasus perlindungan hukum bagi kreditur yang beritikad baik dalam eksekusi grosse akta pengakuan hutang, dan data yang digunakan adalah data sekunder. Data ini tidak diperoleh langsung dari sumbernya dan biasanya diperoleh dengan penelusuran kepustakaan yang terdiri dari 2 (dua) sumber, yaitu : 1. Sumber Hukum Primer 2 Mamudji, Sri. Et al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Hukum, 2005.

7 Yaitu data yang berupa bahan hukum, dan berasal dari aturan yang mengikat seperti peraturan perundang-undangan, perjanjian, dan peraturan-peraturan nasional terkait lainnya. Dalam penelitian ini data yang digunakan berasal dari Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 2. Sumber Hukum Sekunder Yaitu bahan hukum yang diperoleh dari berbagai kepustakaan seperti buku, jurnal ilmiah yang berasal dari internet dan majalah. 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah : 1. Mengetahui bagaimana kekuatan pembuktian dari grosse akta pengakuan utang yang pada dasarnya adalah perjanjian tambahan, apabila pada perjanjian pokoknya terdapat cacat hukum. 2. Mengetahui peran serta kedudukan seorang Notaris dalam hal adanya sengketa terhadap akta yang telah dibuatnya. 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tesis yang berjudul Perlindungan Hukum Bagi Kreditur Beritikad Baik Dalam Eksekusi Grosse Akta Pengakuan Hutang ini terdiri dari 3 (tiga) bab, yang setiap babnya mencakup hal-hal sebagai berikut : 1. Dalam bab 1 yang merupakan pendahuluan yang akan menguraikan mengenai latar belakang masalah-masalah, pokok permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta metode penelitian yang akan digunakan dalam pengumpulan data. 2. Dalam bab 2 ini akan membahas mengenai landasan teori berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan hukum bagi kreditur beritikad baik dalam eksekusi grosse akta pengakuan hutang dan posisi kasus berupa permasalahan hukum yang lazimnya dialami oleh

8 masyarakat dalam prakteknya dan kemudian dianalisis untuk menemukan solusi dari pokok permasalahan. 3. Bab 3 merupakan penutup dari penulisan ini dimana penulis mencoba untuk membuat simpulan dan rangkuman serta saran-saran yang dapat menjadi masukan untuk studi penelitian selanjutnya yang diharapkan dapat memberikan manfaat.