BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan narkoba mempunyai dimensi yang luas dan kompleks, baik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan masyarakatnya. Kondisi masyarakat yang sehat dan cerdas akan. tantangan global di masa kini dan di masa yang akan datang.

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan IPTEK serta informasi berkembang sangat pesat. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat, secara garis besar masalah kesehatan jiwa. Masalah psikososial membutuhkan kemampuan penyesuaian dan

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB V PENUTUP. 1. Pemikiran Abah Anom dalam kitab Miftahus Shudur merupakan ajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

BAB V PENUTUP. metode kualitatif dengan pendekatan metode study kasus yang menyajikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan. berkualitas dan mempunyai kelebihan dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

efek stupor atau bingung yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Fransiska, 2012).

BAB IV ANALISIS A. Analisis Pelaksanaan Metode SEFT Total Solution dalam Menangani Trauma Remaja Korban Perkosaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Setelah satu masalah

Dwi Gita Arianti Panti Rehabilitasi Narkoba di Samarinda BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

BAB I PENDAHULUAN. yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba,

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. Analisis data adalah pengungkapan data yang diperoleh dari hasil penelitian di

BAB I PENDAHULUAN. strategis, utamanya sebagai landasan spiritual, moral, dan etika dalam hidup

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

PUSAT REHABILITASI KRISTIANI TERPADU BAGI KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DAN STRES PSIKOSOSIAL DI UNGARAN

BAB I PENDAHULUAN. jika masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan

PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB II PEMAHAMAN PUSAT REHABILITASI NARKOBA DENGAN METODE THERAPEUTIC COMMUNITY

BAB I PENDAHULUAN. Nations Office Drugs and Crime pada tahun 2009 melaporkan ada 149

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

2014 PENDAPAT PESERTA ADIKSI PULIH TENTANG PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL DI RUMAH CEMARA

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. serius. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kasus narkoba yang meningkat setiap tahun.

2016, No Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431); 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lemb

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan,

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Sutoyo, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik), Pustaka Pelajar, Yogjakarta, 2013, hal

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Nasional, Jakarta, 2003, h Metode Therapeutic Community Dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba, Badan

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ayat di atas bermakna bahwa setiap manusia yang tunduk kepada Allah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan.

STRATEGI GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK DI SMP AL ISLAM KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB V PENUTUP. yang telah dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif

BAB I PENDAHULUAN. yang sifatnya menembangkan pola hidup yang menyimpang dari norma. perikehidupan dan perkembangan remaja.

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

3 Badan Narkotika Provinsi Sulut, Op Cit, h.43 4 Pasal 1 angka 16 UU No 35 tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Andi Mappiare, Psikologi Remaja (Surabaya: Usaha Nasional 1982), h. 45

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

BAB I PENDAHULUAN. amanah dari Allah SWT dan fungsi sebagai generasi penerus kehidupan di

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS PENANGANAN KLEPTOMANIA DENGAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM. Dalam kehidupan, yang namanya masalah besar maupun kecil harus di

BAB VI PENUTUP. penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang Islami dalam aspek sumber. (wawancara dengan dr. Ismanto tenaga medis di RSI Pati, 17 Maret 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa yang kritis, yaitu saat untuk berjuang

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, baik dari sudut medis, psikiatri, kesehatan jiwa, maupun psikososial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN TA- 100

BAB III METODE PENELITIAN

17. Keputusan Menteri...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan ahkirat. manusia dengan berbagai dimensi kemanusiaannya, potensinya, dan

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia darurat narkoba, Indonesia sedang menghadapi permasalahan yang sangat kompleks, salah satu permasalahan tersebut yaitu peredaran obat obatan terlarang atau biasa disebut narkoba. Permasalahan penyalahgunaan narkoba mempunyai dimensi yang luas dan kompleks, baik dari sudut medik, psikiatrik, kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial budaya, kriminalitas dan sebagainya). Penyalahgunaan narkoba merupakan fenomena sosial yang telah menjadi masalah sosial. Narkoba dan sejenisnya merupakan fenomena yang sudah ada sejak jaman dulu seiring munculnya perkembangan peradaban manusia di muka bumi ini (Kibtyah, 2015: 53). Dalam ringkasan eksekutif hasil survei BNN tahun 2016 dikatakan menurut UNODC (United Nation Office on Drugs and Crime) pada tahun 2015 bahwa prevalensi penyalahgunaan narkoba di dunia sejak tahun 2006 hingga 2013 mengalami peningkatan. Besaran prevalensi penyalahgunaan di dunia diestimasi sebesar 4,9% atau 208 juta pengguna di tahun 2006 kemudian mengalami sedikit penurunan pada tahun 2008 dan 2009 menjadi 4,6% dan 4,8%. Namun kemudian meningkat kembali menjadi 5,2% di tahun 2011 dan tetap stabil hingga 2013. Secara absolut, diperkirakan ada sekitar 167 hingga 315 juta orang penyalahguna dari populasi penduduk dunia yang berumur 15-1

2 64 tahun yang menggunakan narkoba minimal sekali dalam setahun di tahun 2013 (BNN-PUSLITKES UI, 2017: 2). Angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Jawa barat mencapai 2,42 persen. Angka tersebut setara dengan sekitar 850-900 jiwa penduduk. Selain itu, peredarannya di Tatar Priangan menduduki peringkat ke enam di Indonesia dengan diperkirakan setiap hari sebanyak 8-9 orang meninggal dunia akibat narkoba. Demikian terungkap saat Sosialisasi 'Sadar Bahaya Narkoba Bersama Bank BRI' yang digelar BRI Kanwil Bandung bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Barat, di Gedung BRI Kanwil Bandung, Selasa 29 Agustus 2017. Sebagai obat-obatan yang memiliki daya agar para pemakainya tidak sadarkan diri narkoba juga memiliki kekuatan yakni membuat candu para pemakainya. Dari beberapa kasus yang ada, salah satunya adalah coba-coba. Rasa keingintahuan yang berlebihan pada remaja sekarang membuat mereka mencoba barang haram tersebut. Baik Berasal dari pengaruh individu itu sendiri maupun dari faktor eksternal dan faktor lingkungan meliputi faktor pergaulan lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, lingkungan masyarakat / sosial. Dari awal coba-coba dapat meningkat sebagai pecandu. Dari sanalah awal kehancuran masa depan mereka dipertaruhkan. Bukan hanya kematian yang menjadi dampak mengkhawatirkan bagi korban penyalahgunaan narkoba, akan tetapi juga dampak bagi masa depan. Para korban penyalahgunaan narkoba dipandang sebelah mata dan berkesan buruk bagi lingkungannya sehingga ia dikucilkan dari lingkungannya.

3 Hal ini terus-menerus terjadi pada diri individu (pengguna narkoba) maka sering kali kegoncangan dalam jiwanya yang pada akhirnya akan mengganggu kesehatan mentalnya. Salah satunya kecemasan menghadapi masa depan yang berkaitan dengan emosi yang tidak menyenangkan yang terkait dengan berbagai masalah yang harus dihadapi dalam masa perkembangannya yang berpengaruh pada aspek afektif, aspek kognitif, dan aspek perilaku. Masalah yang menjadi sumber kecemasan dalam menghadapi masa depan berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, keluarga. Salah satu usaha untuk menanggulangi korban penyalahgunaan narkoba ini adalah dengan didirikannya pusat-pusat rehabilitasi untuk para korban penyalahgunaan narkoba. Pusat rehabilitasi tersebut bertujuan untuk membantu menumbuhkan kembali rasa kesadaran dan tanggung jawab bagi para korban penyalahgunaan narkoba terhadap masa depannya, keluarga dan sekitarnya. Pondok Remaja Inabah XIV Garut merupakan salah satu tempat rehabilitasi bagi para korban penyalahgunaan narkoba. Dasar pemikiran yang bersifat religi dan menekankan pada pemulihan diri para korban agar lepas dari ketergantungan dari narkoba melalui pendekatan secara islami. Adanya konseling Islam bagi korban penyalahgunaan narkoba diharapkan akan membentuk kehidupan yang baik, membina akidah, membina kepribadian, mengetahui hak dan kewajiban bermasyarakat. Untuk menjadikan putra-putri bangsa ini menjadi manusia yang lebih berguna baik bagi nusa, bangsa, dan agama. Yayasan ini menerapkan suatu metode bimbingan keagamaaan dengan membiasakan para anak bina didalamnya mengikuti

4 pembinaan keagamaan dalam hal ini konseling Islam, sebagai target agar anak binaan yang merupakan korban penyalahgunaan narkoba tersebut tidak sebatas hanya sembuh secara medis atau psikologis pada umumnya, melainkan diharapkan mampu menjadi manusia yang Arif billahi atau menjadi manusia yang mengenal kepada Allah SWT, yang mempunyai kepribadian religius dan trasendentalis. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis berkeinginan untuk lebih memperdalam pembahasan MODEL KONSELING ISLAM UNTUK REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, terdapat beberapa hal yang perlu untuk dikaji. Adapun perumusan masalah yang dimaksud antara lain : 1. Bagaimana kondisi anak bina (korban penyalahgunaan narkoba) di Pondok Remaja Inabah XIV Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya Perwakilan Garut? 2. Bagaimana model konseling islam untuk rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di Pondok Remaja Inabah XIV Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya Perwakilan Garut? 3. Bagaimana hasil penerapan model konseling islam untuk rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di Pondok Remaja Inabah XIV Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya Perwakilan Garut?

5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui kondisi anak bina (korban penyalahgunaan narkoba) di Pondok Remaja Inabah XIV Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya Perwakilan Garut. b. Untuk mengetahui model konseling islam untuk rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di Pondok Remaja Inabah XIV Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya Perwakilan Garut. c. Untuk mengetahui hasil model konseling islam untuk rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di Pondok Remaja Inabah XIV Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya Perwakilan Garut. 2. Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi disiplin ilmu bimbingan dan konseling pada umumnya dan secara khusus dapat menambah khasanah ilmu pada bidang bimbingan dan konseling Islam. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian mengenai Model Konseling Islam untuk proses rehabilitasi korban peyalahgunaan narkoba. b. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi mahasiswa, pengurus Pondok Remaja Inabah XIV Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya Perwakilan Garut, serta masyarakat

6 pada umumnya. Serta penelitian ini diharapkan dapat membantu mengetahui dan menjadi bahan pertimbangan antisipatif dan solusi nyata dalam permasalahan/kendala yang dihadapi selama pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam untuk proses rehabilitasi korban peyalahgunaan narkoba di Pondok Remaja Inabah XIV Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya Perwakilan Garut. D. Tinjauan Pustaka Hasil dari penulusuran yang dilakukan, peneliti menemukan beberapa skripsi yang membahas mengenai Model Konseling Islam untuk Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba. Adapun penelitian yang relevan dengan pembahasan yang akan diteliti telah dilakukan oleh : 1. Cucu Rosmiati (2009), Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, yang berjudul Metode Bimbingan Keagamaan bagi Pengguna Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA), (Penelitian terhadap Proses Bimbingan Keagamaan K.H. Dahlan Saepulloh di Pondok Pesantren Al-Mu in Cibangban Ciwalen Warungkondang Cianjur). Dalam skrispsi tersebut peneliti mengungkapkan metode bimbingan keagamaan yang dilakukan oleh K.H Dahlan Saepulloh terhadap pengguna NAPZA diantaranya terdapat metode wawancara, group guidance, directive, non directive, dan psikoanalisis, dan terdapat empat teknik yang khusus dipakai yaitu doa, dzikir, shalat, dan hipnoterapi. Adapun hasil-hasil yang dicapai oleh K.H Dahlan Saepulloh dalam bimbingan keagamaannya, kebanyakan klien

7 dapat berhasil disembuhkan dengan catatan semua klien yang datang harus mengikuti anjuran-anjurannya. Rata-rata kesembuhan kliennya antara 7 40 hari. 2. Hayan Fuad (2009) dengan judul Pembinaan Mental Agama Sebagai Terapi pada Korban Penyalahgunaan Narkoba (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al Islamy Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo). Temuan dalam penelitian ini menyebutkan bahwa pelaksanaan Pembinaan Mental Agama di Pondok Pesantren Al Islamy sangat mendukung dalam proses terapi pada korban penyalahgunaan narkoba, hal ini ditunjukkan pada hasil yang dicapai dalam Pembinaan Mental Agama di Pondok Pesantren Al Islamy yang cukup baik. Dalam pelaksanaan Pembinaan Mental Agama materi yang diberikan kepada santri korban penyalahguna narkoba di Pondok Pesantren Al Islamy lebih menekankan pada praktek pelaksanaan ibadah, yang meliputi tiga macam bentuk amalan pokok, yaitu: Mandi taubat, Sholat, dan Dzikir. Sedangkan metode yang diterapkan dalam penyampaian materi Pembinaan Mental Agama di Pondok Pesantren Al Islamy adalah: Metode Keteladanan, Metode Pemberian Nasehat dan Cerita (Ceramah), Metode Disiplin. Berdasarkan hasil penelitian yang telah disebutkan sebelumnya menunjukkan adanya perbedaan dengan penelitian penulis. Perbedaannya yaitu penelitian sebelumnya hanya berfokus pada metode bimbingan keagamaan bagi Pengguna Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA)

8 serta pembinaan mental sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah keseluruhan pelaksanaan dan model bimbingan konseling Islam dalam proses rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba yang mencakup metode, beserta prosesnya baik dalam proses pembinaan mental dan fisiknya. E. Kerangka Berpikir Dalam seminar nasinonal Bimbingan dan Konseling Islam I pada tanggal 15-16 Mei 1985, diperoleh rumusan bahwa konseling Islami adalah suatu proses dalam bimbingan dan konseling yang dilakukan dengan mendasarkan pada ajaran Islam, untuk membantu individu yang mempunyai masalah guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Subyek yang dibimbing adalah individu bermasalah yang membutuhkan bantuan bimbingan dan konseling. Pembimbingnya adalah individu yang memiliki kewenangan (kompetensi) untuk melakukan BK Islami yaitu: (a) ahli bimbingan konseling Islami (konselor), (b) ahli psikologi, (c) ahli pendidikan (pedagok), (d) ahli agama Islam (ulama), dokter, dan (f) pekerja social. Isi BK Islami mencakup hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan individu yang sedang menghadapi masalah berupa kebutuhan jasmani dan ruhani untuk mencapai kebahagiaan dunia dan ukhrowi (Tajiri, 2012: 238). Pentingnya Konseling Islam untuk manusia karena ajaran Islam adalah sebagai pedoman hidup. Agar manusia dapat melaksanakan fungsi dan tugas kehidupannya dengan baik dan benar, maka Allah menurunkan undangundang, aturan, dan ketentuan-nya yaitu Dinul Islam yang bersumber dari Al- Qur an dan Sunah Nabi. Dengan berpedoman pada ajaran Islam, manusia dapat

9 menjalankan fungsi dan tugas pengabdiannya kepada Allah dengan sebaikbaiknya (Ma ruf, 1983: 94). Sehingga dalam hal ini diperlukan seorang manusia sebagai pembimbing yang dapat memberikan bantuan, arahan serta petunjuk sesuai dengan firman Allah Swt dalam Q,S Ali Imron : 110. kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik Inabah adalah istilah yang berasal dari Bahasa Arab yaitu anabayunibu (mengembalikan), sehingga inabah berarti pengembalian atau pemulihan, maksudnya proses kembalinya seseorang dari jalan yang menjauhi Allah swt ke jalan yang mendekatinya. Program Inabah berasal dari hasil pemahaman keagamaan baik Al-Quran dan Hadits Nabi SAW serta ijtihad penemu metode tersebut. Pandangan Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN) dalam hal ini Inabah terhadap orang yang menyalahgunakan obat-obatan (NAPZA) yang berakibat pada hilangnya kesadaran akal, harus diperlakukan

10 sebagai orang yang ada dalam pengaruh sistem (hawa nafsu), sehingga perlu mendapat bantuan (Bimbingan Konseling Islam) diantaranya dengan memperbanyak dzikir kepada Allah dan amaliah ibadah lainnya (melakukan pertobatan serta memohon perlindungan kepada Allah dari segala macam rayuan dan bisiskan setan). Oleh sebab itu program layanan pada Inabah ini disebut sebagai metode yang berbasis keagaamaan (Saepulrahim, 2016: 89). Menurut Dadang Hawari (1999: 147), intervensi agama selesai menjalani sesudah penderita penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif (NAPZA) detoksifikasi (lepas racun), memasuki tahapan psikoterapi (berbagai macam teori) dan selanjutnyapada tahapan rehabilitasi. Selain berbagai bentuk teori (non medik), maka selama perawatan bila mereka diberikan kegiatankegiatan keagamaan hasilnya akan lebih baik dari pada hanya terapi medik psikiatrik saja. Sebaliknya jika hanya diberikan terapi keagamaan saja hasilnya kurang baik bila dibandingkan dengan modifikasi kombinasi antara ilmu pengetahuan kedokteran (medik psikiatrik) dengan agama (psikoreligius). Karena itulah Korban penyalahgunaan narkoba hakikatnya memerlukan bimbingan, bantuan, dan pertolongan untuk perawatan, penyembuhan guna menumbuhkan kembali Akhláq-al-Karímah, meningkatkan ketaqwaan, dan terlepas dari bayang-bayang Narkoba, serta ingat kepada Sang Penciptanya, yakni Allah SWT. Konseling Islam merupakan salah satu upaya pemecahan masalah dengan memberikan bantuan kepada orang yang mengalami kesulitan, baik lahiriyah maupun batiniyah, yang menyangkut kehidupan sekarang maupun kehidupan yang akan datang.

11 Bantuan tersebut berupa pertolongan dibidang mental spiritual, dengan maksud agar orang mampu menyelesaikan permasalahannya dengan kemampuan yang ada pada dirinya, dengan kekuatan iman dan taqwa kepada Allah SWT (Arifin, 1982: 2). Dadang Hawari (1999: 133) pada tahun 1990 membuktikan bahwa dampak yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba ini antara lain merusak hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar, merosotnya produktivitas kerja, gangguan kesehatan, mempertinggi tingkat kecelakaan lalu lintas, tidak mampu untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dan perubahan perilaku yang anti sosial. Oleh karena itu tidak jarang para korban penyalahgunaan narkoba dipandang sebelah mata dan berkesan buruk bagi lingkungannya sehingga ia dikucilkan dari lingkungannya. Jika hal ini terus-terusan terjadi pada diri individu (pengguna narkoba) maka akan terjadi kegoncangan dalam jiwanya yang pada akhirnya akan mengganggu kesehatan mentalnya. Mental manusia pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi dua, pertama adalah mental yang sehat, yaitu terhindar dari segala gangguan dan penyakit jiwa (mental). Kedua adalah mental yang tidak sehat; yaitu mental yang telah mengalami gangguan, seperti: sering cemas tanpa diketahui sebabnya, malas, tidak ada gairah untuk bekerja, rasa badan lesu, dan sebagainya (Darajat, 1988: 11). Jika manusia memiliki mental yang pertama, maka segala sikap dan tindakannya akan mengarah kepada kebaikan (positif) tetapi bila manusia memiliki mental yang kedua, maka segala sikap

12 dan perbuatannya akan cenderung pada hal-hal yang buruk (negatif). Untuk membentuk mental yang sehat, diperlukan adanya pembinaan mental yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan, ini tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan manusia sebagai makhluk yang mempunyai keterikatan pada dirinya, Tuhan, dan masyarakat sosial. Dengan demikian, konseling Islam perlu diberikan kepada klien agar mereka dapat menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran beragama, dan mengetahui pembinaan agamanya yang selama ini mereka cenderung tinggalkan. Agar potensi keagamaan melalui keimanan dan ketaqwaan dapat dijadikan penggerak pribadi manusia, maka perlu digerakkan dengan berbagai metode yang bersifat psikologis sebagaimana dalam bukunya Samsul Munir (2010: 362) metode yang bisa di pakai dalam bimbingan adalah (a) wawancara, (b) group guidance, (c) direktif, (d) non direktif. Maka jelaslah pengaruh bimbingan keagamaan dapat menjadikan manusia itu sebagai hamba Allah yang mampu berjalan di jalan yang benar sesuai dengan petunjuk-nya. Oleh karena itu, pendekatan dari segi agama inilah yang paling penting bagi pelaksanaan program bimbingan keagamaan ini (Samsul Munir, 2010: 44). Keberhasilan pelaksanaan konseling ini bisa terselenggara dengan baik apabila mempertimbangkan beberapa indikator diantaranya : a. Pembimbing, yaitu seseorang yang berupaya membantu korban narkoba menjadi sabar, tenang dan optimis untuk kembali kepada masyarakat sebagaimana mestinya.

13 b. Metode, yakni cara bagaimana materi dapat disampaikan dengan efektif dan efisien c. Materi, yaitu bagaimana materi dapat tersampaikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan korban narkoba. d. Media, yaitu sarana yang digunakakan pembimbing untuk memberikan tuntunan rohani pada korban narkoba. e. Terbimbing, yaitu seorang penerima manfaat bimbingan keagamaan. F. Langkah-Langkah Penelitian Berikut ini peneliti akan memaparkan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian : 1. Lokasi Penelitian Tempat yang menjadi lokasi penelitian, terkait permasalahan yang akan diteliti yaitu di Pondok Remaja Inabah XIV Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya Perwakilan Garut, Jalan Raya Bayongbong Kp. Padarek RT/RW 003/006 Desa Sirnagalih Kec. Bayongbong Garut. Observasi awal sebagai penelitian pendahuluan dilakukan tanggal 27 Oktober tahun 2017 M. Peran peneliti sebagai partisipan, artinya peneliti adalah orang luar yang netral yang telah diizinkan untuk berpartisipasi dengan tujuan guna melakukan pengamatan dan merekam. Peneliti mengambil penelitian di tempat tersebut dengan beberapa alasan antara lain yaitu : a. Tempat ini telah dikenal sebagai tempat rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba, serta merupakan cabang XIV Yayasan

14 Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya yang merupakan pesantren rehabilitasi yang terkenal di Indonesia dan memiliki peran penting dalam menanggulangi serta telah berhasil merehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di Indonesia termasuk Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Garut ini. b. Pondok Remaja Inabah XIV juga aktif bekerjasama dengan BNN Kabupaten Garut, dan Kepolisian Daerah Garut dalam merehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di Garut. c. Pembina dan Konselor yang adapun telah bersertifikasi dari Ikatan Konselor Adiksi Indonesia. d. Terdapat masalahan yang relavan dengan Jurusan Bimbingan Dan Konseling Islam; e. Tersedianya data yang dijadikan objek penelitian yang relevan dengan Jurusan Bimbingan Dan Konseling Islam; f. Peneliti berminat untuk mengungkap dan menganalisa. 2. Metode Penelitian Sebagaimana tujuan penelitian yang peneliti pilih untuk mengumpulkan data adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yakni metode terhadap pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan secara sistematis dan aktual mengenai fakta-fakta penelitian, yakni untuk menggambarkan model konseling Islam yang dilakukan oleh konselor. Sedangkan kualitatif penelitian dilakukan pada objek yang alamiah (apa adanya) untuk mendapatkan data yang mengandung makna atau data yang

15 sebenarnya. Penelitian kualitatif menitikberatkan pada makna yakni data yang sebenarnya di Pondok Remaja Inabah XIV. Peneliti memilih metode penelitian dengan deskriptif kualitatif karena dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk mendeskripsikan pelaksanaan konseling Islam yang dilakukan dalam proses rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di Pondok Remaja XIV Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya Perwakilan Garut dan hasil yang didapat dari hasil pelaksanaan bimbingan konseling tersebut. 3. Sumber dan Jenis Data Informasi dan data-data sangat dibutuhkan untuk mendukung adanya fenomena yang peneliti lakukan, untuk itu terdapat teknik-teknik untuk mencari informasi dan data tersebut.pemberi informasi merupakan orang yang sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian tersebut, peneliti harus tepat dalam menentukan pelaku pemberi informasi atau yang biasa disebut informan. Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dimana data-data diperoleh, adapun sumber data yang diperoleh adalah: a. Sumber data primer adalah sumber data langsung berupa wawancara dengan responden Pembina Pondok Remaja XIV Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya Perwakilan Garut, Pembimbing, Konselor, dan Anak Bina yang berkaitan dengan judul peneliti yaitu Pondok Remaja Inabah XIV Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren

16 Suryalaya Perwakilan Garut, Kp. Padarek RT/RW 003/006 Desa Sirnagalih Kec. Bayongbong Garut. b. Sumber data sekunder dalam penelitian merupakan sumber data penunjang yang bekaitan dengan judul dan pembahasan penelitian yang berasal dari dukungan berupa konsep, teori, jurnal, buku-buku, artikel, hasil penelitian terdahulu, dan informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Adapun jenis data dalam penelitian ini ada dua yaitu: a. Data primer yaitu informasi yang diperoleh dari konselor tentang model konseling islam yang mereka gunakan dalam rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba. b. Data sekunder yaitu segala data yang diperoleh dari orang-orang yang berkaitan dengan proses konseling yang tidak terkait secara langsung tetapi sangat membantu dalam memberikan informasi mengenai model konseling Islam dam rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba. Berupa dokumentasi, arsip-arsip resmi maupun buku, karya ilmiah, artikel, majalah, surat kabar dan artikel dari internet yang ditulis oranglain yang berkaitan dengan pembahasan penelitian. 4. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang relevan dengan tujuan dan permasalahan penelitian. Teknik pengumpulan data yang penulis pergunakan antara lain:

17 a. Observasi Penelitian ini menggunakan teknik observasi nonpartisipan artinya peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Alasan menggunakan teknik tersebut karena peneliti hanya mencatat, menganalisi dan selanjutnya membuat kesimpulan tentang program, pelaksanaan rehabilitasi serta perilaku korban penyalahguna narkoba di Pondok Remaja Inabah XIV. b. Wawancara Penelitian ini menggunakan teknik wawancara terstruktur, dengan menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan. Digunakannya wawancara ini untuk memperoleh data yang akurat dari yang telah ditentukan yang ada di Pondok Remaja Inabah XIV. c. Dokumentasi Dalam metode ini sebagian besar data-data yang diperoleh untuk mendukung penelitian baik dalam bentuk dokumentasi yang tidak terbuplikasi sepeti data anak bina, struktur organisasi, company profil, jadwal kegiatan, surat keterangan penyerahan anak bina dari orang tua kepada Pondok Remaja Inabah XIV, jadwal pengobatan anak bina, daftar nama pengurus, maupun dokumentasi terpublikasi terkait dengan koran, makalah, laporan, kliping dan dokumendokumen lainnya, baik bersifat dokumenter dan literatur. Dalam metode ini sebagian besar data-data yang diperoleh untuk mendukung penelitian terkait model konseling Islam dalam

18 rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba di Pondok Remaja Inabah XIV. 5. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Pengumpulan data Dalam penelitian ini, proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, pada saat penelitian dan akhir penelitian. Pada awal penelitian kualitatif umumnya peneliti melakukan studi preeliminary yang berfungsi untuk verifikasi dan pembuktian awal bahwa fenomena yang diteliti benar-benar ada. Proses pengumpulan data pada saat penelitian dilakukan ketika peneliti menjalin hubungan dengan subjek penelitian melalui observasi, wawancara dan catatan lapangan yang menghasilkan data untuk diolah. Ketika peneliti mendapatkan data yang cukup untuk di proses dan dianalisis, selanjutnya peneliti melakukan reduksi data. b. Reduksi Data Reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan di analisis. Hasil wawancara dan observasi diubah menjadi bentuk tulisan sesuai dengan formatnya masing-masing. Hasil rekaman wawancara akan diformat menjadi bentuk verbatim wawancara.

19 c. Display Data Setelah semua data diformat berdasarkan instrumen pengumpulan data yang telah berbentuk tulisan (script), langkah selanjutnya adalah melakukan display data. Display adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas dalam suatu kategorisasi sesuai tematema tersebut ke dalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana yang disebut sub tema. d. Penarikan kesimpulan Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam rangkaian analisis data kualitatif menurut model interaktif yang dikemukakan Miles. Kesimpulan ini berisi tentang uraian dari seluruh subkategori tema yang tercantum. Kesimpulan disini menjurus kepada jawaban dari pertanyaan yang diajukan sebelumnya dan mengungkap dari hasil penelitian (Moleong, 2008: 135).